Tren Leisure

Bukan Sekadar Gaya Hidup, Ini Alasan Gen Z Suka Ngopi

  • Sejumlah penelitian menunjukkan, kegemaran Gen Z terhadap kopi dipengaruhi oleh kombinasi faktor psikologis individual dan budaya sosial modern.
Ilustrasi wanita sedang nongkrong dan memesan segelas kopi.
Ilustrasi wanita sedang nongkrong dan memesan segelas kopi. (freepik.com/@prostooleh)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Fenomena nongkrong di kedai kopi atau sekadar membeli kopi take away kini lekat dengan keseharian Generasi Z (Gen Z). Aktivitas “ngopi” tidak lagi dipandang sekadar kebiasaan minum kafein, melainkan telah berkembang menjadi bagian dari gaya hidup, ekspresi diri, hingga ruang sosial. 

Sejumlah penelitian menunjukkan, kegemaran Gen Z terhadap kopi dipengaruhi oleh kombinasi faktor psikologis individual dan budaya sosial modern.

Bila ditinjau dari sisi psikologis, kopi memiliki fungsi yang cukup jelas bagi Gen Z, terutama dalam mendukung aktivitas belajar dan bekerja. Hal itu diketahui dari hasil penelitian King Faisal University, yang dipaparkan dalam jurnal berjudul "Coffee Consumption Behavior in Young Adults," dikutip Jumat, 26 Desember 2025, 

Studi terhadap ratusan dewasa muda di Arab Saudi menunjukkan bahwa motivasi utama konsumsi kopi adalah peningkatan kewaspadaan dan energi. Kandungan kafein dinilai membantu menjaga fokus, melawan rasa kantuk, serta meningkatkan konsentrasi.

Selain fungsi kognitif, kopi juga berperan sebagai pengatur suasana hati. Penelitian kualitatif terhadap Gen Z di wilayah Tangerang menemukan bahwa aktivitas ngopi di kafe sering dimaknai sebagai bentuk self-reward, pelepas stres, dan sarana mencari ketenangan. 

Bagi sebagian anak muda, secangkir kopi menjadi simbol jeda dari tekanan akademik, pekerjaan, maupun dinamika sosial.

Baca juga : Resep Joseph Stiglitz untuk Pertumbuhan Hijau

Kafe sebagai Ruang Sosial dan Produktivitas

Tak hanya soal minuman, tempat menikmati kopi juga menjadi faktor penting. Penelitian di Bogor menunjukkan bahwa kafe dimanfaatkan Gen Z sebagai “ruang ketiga” selain rumah dan kampus atau kantor. 

Kafe dipilih karena menawarkan suasana nyaman untuk mengerjakan tugas, diskusi kelompok, hingga bekerja secara mandiri.

Fenomena ini memperlihatkan pergeseran fungsi kafe dari sekadar tempat makan-minum menjadi ruang produktivitas dan interaksi sosial. Akses internet, desain interior yang estetik, serta suasana yang relatif santai menjadikan kafe sebagai ruang alternatif yang mendukung kebutuhan Gen Z akan fleksibilitas.

Ngopi juga menjadi sarana aktualisasi diri. Dalam penelitian di Tangerang, aktivitas nongkrong di kafe disebut sebagai media untuk membangun identitas, memperoleh nilai prestise, serta menunjukkan gaya hidup modern. 

Unggahan foto kopi atau suasana kafe di media sosial menjadi bagian dari cara Gen Z mengekspresikan diri dan membangun eksistensi digital.

Tren ini diperkuat oleh ketertarikan Gen Z pada pengalaman, bukan sekadar produk. Mereka tertarik pada variasi kopi seperti cold brew, kopi spesial, hingga produk dengan kemasan unik. 

Data pasar menunjukkan sekitar 47 persen Gen Z mengonsumsi kopi setiap hari, sekaligus mendorong munculnya tren baru seperti kopi fungsional, kopi instan berkualitas tinggi, serta merek yang mengusung nilai keberlanjutan dan transparansi.

Baca juga : Dividen ADRO Cair Januari, Boy Thohir-Edwin Cuan Melintir

Antara Tren dan Kesadaran Konsumsi

Meski memiliki banyak fungsi positif, para peneliti mengingatkan pentingnya konsumsi kopi secara bijak. Konsumsi berlebihan dapat memicu efek samping seperti gelisah, gangguan tidur, hingga gejala withdrawal seperti sakit kepala. 

Karena itu, Gen Z disarankan untuk memahami tujuan mereka saat ngopi apakah untuk fokus, relaksasi, atau bersosialisasi agar pengalaman tersebut tetap sehat dan bermakna.

Pendekatan mindful coffee juga mulai diperkenalkan, yakni menikmati kopi secara sadar tanpa distraksi berlebihan. Dengan cara ini, ngopi tidak hanya menjadi rutinitas, tetapi juga momen refleksi dan koneksi sosial.

Kegemaran Gen Z terhadap kopi bukan sekadar ikut tren. Psikologi dan riset sosial menunjukkan bahwa ngopi adalah perpaduan antara kebutuhan fungsional, pencarian kenyamanan emosional, serta ekspresi budaya dan identitas. 

Di balik secangkir kopi, tersimpan dinamika generasi muda yang mencari fokus, makna, dan ruang untuk menjadi diri sendiri di tengah ritme kehidupan modern.