Sinyal Bullish Sektor Unggas: Analis Jagokan Saham JPFA dan CPIN
- Sektor saham perunggasan diprediksi bangkit kuat di paruh kedua 2025. CGS International Sekuritas menaikkan rekomendasi menjadi Overweight, dengan JPFA sebagai top pick, didukung harga ayam naik dan biaya pakan turun.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Sinyal kebangkitan yang sangat kuat datang untuk sektor saham perunggasan. Riset terbaru dari CGS International Sekuritas secara resmi menaikkan peringkat sektor ini menjadi Overweight, sebuah sinyal bullish yang mengindikasikan bahwa prospeknya dinilai akan jauh melampaui pasar secara umum.
Optimisme ini didasari oleh kombinasi sempurna yang sangat menguntungkan: harga ayam (broiler) yang meroket, di saat yang sama biaya bahan baku pakan justru menurun. Kombinasi inilah yang diprediksi akan membuat laba bersih para raksasa unggas meroket di paruh kedua tahun ini.
Analis CGS International, Jason Chandra, bahkan telah memilih jagoan utamanya di sektor ini. Lantas, seberapa besar potensi lonjakan laba yang diramal dan siapa yang menjadi pilihan utama? Mari kita bedah tuntas.
1. Faktor Pendorong: Harga Jual Naik, Biaya Produksi Turun
Faktor pertama dari momentum positif yang akan datang adalah kenaikan harga jual. Harga rata-rata broiler nasional pada kuartal ketiga 2025 tercatat naik menjadi Rp21.000 per kg. Kenaikan ini didorong oleh program pemusnahan (culling) dan pengurangan kuota impor bibit ayam (grandparent stock) yang sukses menciptakan kelangkaan pasokan.
Faktor kedua adalah penurunan biaya bahan baku pakan. Turunnya harga bungkil kedelai global dan diizinkannya impor gandum untuk pakan menjadi penopang di tengah langkanya pasokan jagung domestik. “Kombinasi inilah yang akan melebarkan margin keuntungan perusahaan,” terangnya dalam risetnya dikutip Senin, 6 Oktober 2025.
2. Proyeksi Laba Meroket 70%
Dengan faktor pendorong sesempurna ini, CGS International Sekuritas pun memproyeksikan akan terjadi lonjakan laba. Laba bersih PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) untuk kuartal ketiga 2025 diramal akan meroket 70% secara tahunan.
Nasib serupa juga diprediksi akan dialami oleh PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), di mana laba bersihnya diperkirakan akan terbang 64% secara tahunan. “Lonjakan profitabilitas inilah yang menjadi fondasi utama di balik rekomendasi Overweight,” jelasnya.
3. Pilihan Utama Analis: JPFA
Di antara dua raksasa ini, CGS International secara spesifik memilih JPFA sebagai pilihan utama atau top pick mereka. JPFA dinilai sebagai perusahaan yang akan paling diuntungkan dari pemulihan harga unggas, memiliki manajemen biaya yang baik, dan valuasi yang masih sangat menarik.
Rekomendasi yang disematkan untuk JPFA adalah "ADD" (Beli) dengan target harga di level Rp2.500. Valuasinya yang masih diperdagangkan di P/E 7 kali untuk proyeksi tahun 2026 menjadi daya tarik utamanya.
4. Rekomendasi untuk CPIN dan Katalis Tambahan
Meskipun bukan pilihan utama, CPIN juga tetap mendapatkan rekomendasi "ADD" (Beli) dengan target harga Rp6.800. Analis menilai, proses pemulihan bisnis di CPIN akan berjalan lebih bertahap, namun prospeknya tetap sangat positif.
Selain itu, ada satu katalis tambahan yang sangat besar di depan mata: program makan bergizi gratis dari pemerintah. Percepatan realisasi program ini diyakini akan secara signifikan mendongkrak permintaan daging ayam domestik, memberikan pendorong baru bagi pertumbuhan kinerja emiten unggas.
5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?
Bagi investor, riset ini adalah sinyal yang sangat kuat bahwa sektor perunggasan sedang berada di titik balik (inflection point). Setelah melewati periode yang sulit, kini saatnya untuk kembali panen cuan.
Rekomendasi Overweight dari sekuritas besar seperti CGS International adalah sebuah validasi bahwa cerita pemulihan ini sangat kredibel. Mengacu faktor di atas, momen ini menjadi sangat menarik bagi investor yang ingin menambah portofolio di sektor unggas.

Alvin Bagaskara
Editor
