EMAS Vs BRMS, ARCI, dan PSAB: Siapa Raja Baru Tambang Emas di Bursa?
- Benarkah EMAS akan menjadi raja emas baru di BEI? Lihat bagaimana potensi cadangan dan produksinya jika diadu dengan para pesaingnya.

Alvin Bagaskara
Author


Presiden Direktur MDKA Albert Saputro memberikan pemaparan pada public expose usai pelaksanaan RUPST dan RUPSLB MDKA di Jakarta, Selasa, 25 Mei 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
(Istimewa)JAKARTA, TRENASIA.ID – Pendatang baru di sektor tambang emas, PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS), langsung menggebrak panggung Bursa Efek Indonesia. Setelah sukses menggelar IPO jumbo dan memulai aktivitas penambangan perdananya, kini EMAS digadang-gadang akan menjadi raja baru, menantang para pemain lama yang sudah lebih dulu eksis.
Berbekal Proyek Emas Pani yang disebut sebagai harta karun kelas dunia, emiten afiliasi Boy Thohir dan Winato Kartono ini memang memiliki amunisi yang luar biasa. Namun, seberapa hebat sebenarnya EMAS jika diadu langsung dengan para pesaingnya seperti BRMS, ARCI, dan PSAB?
Lantas, bagaimana sebenarnya posisi EMAS jika diadu langsung dengan para pemain lama seperti BRMS dan ARCI? Mari kita bedah tuntas perbandingan kekuatan di antara para raja emas di bursa ini.
1. Adu Harta Karun: Cadangan Emas
Harta karun atau cadangan emas adalah fondasi utama bagi sebuah perusahaan tambang. Dalam hal ini, EMAS langsung unggul telak. Dengan total cadangan terbukti dari Proyek Emas Pani yang mencapai 7 juta ons, EMAS kini menjadi emiten dengan cadangan emas terbesar kedua di BEI.
Berdasarkan riset Mandiri Sekuritas, angka ini jauh melampaui para pesaingnya. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) berada di posisi kedua dengan cadangan 5,1 juta ons, diikuti oleh PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) sebesar 3,4 juta ons, PT J Resources Tbk (PSAB) sebesar 2 juta ons, dan PT Indika Energy Tbk (INDY) sekitar 1,5 juta ons.
2. Adu Kapasitas Produksi: Potensi Jadi No. 3 di Indonesia
Meskipun belum berproduksi secara komersial, potensi kapasitas produksi EMAS di masa depan sangatlah masif. Pada puncaknya nanti, produksi dari Proyek Emas Pani ditargetkan bisa mencapai 500.000 ons emas per tahun.
Jika target ini tercapai, EMAS akan menjadi perusahaan tambang emas dengan kapasitas produksi terbesar ketiga di Indonesia, hanya di bawah Freeport dan Amman Mineral. Angka ini jauh melampaui realisasi produksi para pesaingnya saat ini.
Sebagai perbandingan, volume produksi PSAB saat ini adalah 100,7 ribu ons, ARCI sebesar 93,4 ribu ons, dan BRMS sebesar 65,0 ribu ons. Proyek tambang emas Awak Mas milik INDY sendiri baru membidik kapasitas 100.000–120.000 ons per tahun mulai 2026.
3. Adu Efisiensi: Siapa Paling Murah Biaya Produksinya?
Efisiensi adalah kunci profitabilitas. Dalam hal ini, EMAS juga menunjukkan keunggulan dengan proyeksi biaya produksi (cash cost) yang relatif murah, yaitu di level US$1.200 per ons. Dengan harga emas saat ini, potensi margin keuntungannya bisa mencapai US$2.000 per ons setelah pajak.
Biaya produksi ini lebih rendah jika dibandingkan dengan ARCI yang cash cost-nya sekitar US$1.881 per ons. Namun, perlu dicatat bahwa BRMS (US$928 per ons) masih memiliki biaya produksi yang lebih efisien.
4. Adu Ukuran dan Likuiditas: Potensi Masuk Indeks MSCI
Dari sisi ukuran, EMAS yang baru melantai sudah berhasil menjadi emiten emas dengan kapitalisasi pasar nomor tiga terbesar, mencapai Rp75,39 triliun. Angka ini sudah melampaui market cap ARCI (Rp23,84 triliun), PSAB (Rp15,08 triliun), dan INDY (Rp12,29 triliun).
Dari sisi likuiditas, saham EMAS yang beredar di publik atau free float mencapai 13,63%. Angka ini dinilai cukup ideal dan membuka peluang bagi saham EMAS untuk bisa masuk ke dalam perhitungan indeks MSCI large capital di masa depan, yang akan menarik dana pasif asing.
5. Adu Prospek Pertumbuhan Laba
Inilah bagian yang paling menarik bagi para investor. Berdasarkan proyeksi dari Trimegah Sekuritas, EMAS memiliki prospek pertumbuhan laba yang paling eksplosif. Rata-rata kenaikan tahunan pendapatan diprediksi mencapai 61% dan laba bersih sebesar 42% per tahun dalam lima tahun ke depan.
Proyeksi ini jauh melampaui estimasi pertumbuhan untuk para pesaingnya. Laba bersih EMAS pada 2029 bahkan diproyeksikan bisa mencapai US$519 juta, sebuah angka yang sangat fantastis dan menunjukkan potensi jangka panjang dari Proyek Emas Pani.
Sebagai perbandingan, laba bersih BRMS diproyeksikan mencapai US$150 juta pada 2027, dan INDY sebesar US$122 juta pada 2027, menurut riset dari berbagai sekuritas.

Alvin Bagaskara
Editor
