Tren Pasar

Manuver Cerdas Preskom BBCA: Jual di Puncak, Beli Saat Pasar Panik

  • Preskom BBCA, Jahja Setiaatmadja, jual saham di harga tinggi lalu serok bawah saat pasar panik. Pahami manuver cerdas dan sinyalnya bagi investor.
Pembukaan BCA Expoversary - Panji 2.jpg
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja memberikan sambutan saat pembukaan BCA Expoversary 2025 offline di ICE BSD City, Kabupaten Tangerang. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Pasar saham sedang bergejolak hebat. Di tengah tekanan akibat memanasnya situasi politik, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sempat terperosok hingga 6,93% ke level Rp7.725 pada Senin, 1 September 2025. Kepanikan investor ritel dan asing terlihat jelas di papan perdagangan.

Namun, di tengah gejolak tersebut, ada satu pergerakan senyap yang sangat menarik. Pimpinan tertinggi bank, Presiden Komisaris Jahja Setiaatmadja, justru dengan tenang melakukan aksi beli saat harga turun atau membeli saham BBCA di saat harganya sedang anjlok.

Langkah ini sontak dianggap sebagai sinyal kepercayaan diri tingkat tinggi. Namun jika ditelisik lebih dalam, ini bukan sekadar aksi beli biasa, melainkan sebuah manuver trading yang sangat cerdas. Mari kita bedah tuntas.

1. Aksi Beli Saat Pasar Panik Senilai Setengah Miliar

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jahja Setiaatmadja memborong sebanyak 62.500 lembar saham BBCA pada Senin, 1 September 2025. Aksi ini dilakukan pada harga rata-rata Rp7.975 per saham, tepat di saat harga sedang tertekan hebat akibat gejolak demonstrasi.

Dari transaksi ini, Jahja menggelontorkan dana segar senilai Rp498,4 juta. Langkah buy on weakness yang dilakukan oleh orang nomor satu di perusahaan ini tentu menjadi sinyal kuat bagi pasar bahwa pelemahan yang terjadi hanya bersifat sementara.

2. Manuver Cerdas: Ternyata Sudah Jual di Harga Puncak

Namun, inilah bagian yang paling menarik. Ternyata, beberapa minggu sebelumnya, Jahja Setiaatmadja justru sempat menjual 1 juta lembar saham BBCA miliknya. Aksi jual ini dilakukan pada Selasa, 12 Agustus 2025, di harga yang jauh lebih tinggi, yaitu Rp8.750 per saham.

Dari aksi jual tersebut, Jahja berhasil mengantongi dana segar senilai Rp8,75 miliar. Jika digabungkan, manuver ini menunjukkan sebuah strategi trading yang sangat cerdas: menjual di harga puncak, lalu membeli kembali di harga bawah saat pasar sedang panik.

3. Harapan di Balik Tekanan: Suku Bunga Turun

Meskipun ada tekanan jangka pendek dari sisi politik, ada sentimen positif fundamental yang dilihat oleh para investor jangka panjang. Bank Indonesia (BI) baru saja kembali memangkas suku bunga acuannya menjadi 5%, sebuah langkah yang akan sangat menguntungkan bagi perbankan.

Penurunan suku bunga ini berpotensi menekan biaya dana (cost of fund) dan menjaga margin bunga bersih (NIM) tetap sehat. Inilah salah satu alasan fundamental mengapa prospek jangka panjang BBCA sebenarnya masih sangat solid.

4. Pandangan Para Analis: Kompak Rekomendasi Beli

Meskipun ada tantangan makro, para analis secara umum tetap sangat optimistis terhadap prospek saham BBCA. BRI Danareksa Sekuritas dengan yakin mempertahankan rekomendasi "Beli" dengan target harga jangka panjang yang sangat tinggi, yaitu di level Rp11.900.

Pandangan serupa juga datang dari analis BinaArtha Sekuritas, Ivan Rosanova. Ia secara spesifik merekomendasikan strategi buy on weakness di area Rp7.300–Rp7.450, sejalan dengan aksi yang baru saja dilakukan oleh Jahja Setiaatmadja.

5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?

Bagi investor, manuver Jahja Setiaatmadja ini memberikan dua pelajaran penting. Pertama, aksi beli saat harga turun oleh seorang Presiden Komisaris adalah sinyal kepercayaan diri (vote of confidence) tingkat tertinggi terhadap fundamental jangka panjang perusahaannya.

Kedua, ini juga menjadi contoh nyata dari strategi trading yang cerdas, memanfaatkan volatilitas pasar untuk meraih keuntungan. Ini adalah pelajaran strategi yang sangat berharga: tetap tenang saat pasar panik, karena di situlah seringkali peluang terbaik muncul.