Tren Ekbis

Riset Setahun MBG, 34,2 Persen Anggaran Potensi Salah Sasaran

  • Evaluasi satu tahun Program Makan Bergizi Gratis (MBG) oleh Celios menunjukkan belum adanya dampak signifikan terhadap perbaikan gizi anak. Program ini juga dinilai berpotensi salah sasaran dan memicu pemborosan anggaran negara hingga triliunan rupiah.
images (23).jpeg
MBG (Unicef)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang sebagai kebijakan unggulan pemerintah belum menunjukkan dampak nyata terhadap perbaikan gizi anak dan kelompok rentan. Hal itu terungkap dalam studi evaluasi satu tahun pelaksanaan MBG yang dirilis Center of Economic and Law Studies (Celios) pada 2025.

Berdasarkan survei nasional terhadap 1.868 responden, mayoritas orang tua menyatakan MBG tidak meringankan beban ekonomi keluarga. Selain itu, sebanyak 65% responden mengaku tetap mengeluarkan biaya tambahan untuk makanan pengganti karena porsi atau kualitas menu MBG dinilai tidak mencukupi.

Dari data tersebut, MBG hanya menutup satu dari tiga kebutuhan makan harian. Sementara keluarga tetap harus menanggung biaya sarapan, makan malam, kebutuhan gizi di akhir pekan, serta jajan camilan di sekolah yang sudah menjadi pola konsumsi anak jauh sebelum program tersebut hadir. 

Terlebih lagi jika porsi terlalu kecil atau kualitas rendah, sehingga klaim penghematan jauh dari kebenaran yang ada. Hal ini juga disertai dengan adanya bukti lain yang ditemukan bahwa MBG belum terbukti meningkatkan fokus, keaktifan, maupun kedisiplinan belajar anak. 

Celios juga mencatat hingga pertengahan November 2025, terdapat sekitar 15.117 korban keracunan makanan yang terkait dengan pelaksanaan MBG di berbagai daerah. Tanpa reformasi tata kelola, jumlah tersebut diperkirakan berpotensi meningkat menjadi 22.747 korban dalam beberapa bulan ke depan.

Studi ini turut menyoroti persoalan tata kelola dan transparansi. Sebanyak 79% responden menyadari adanya konflik kepentingan dalam penunjukan mitra penyedia MBG, sementara 48% tidak mengetahui adanya keterlibatan usaha mikro dan warung lokal dalam rantai pasok program tersebut. Akibatnya, dampak ekonomi yang dijanjikan bagi pelaku usaha kecil dinilai belum dirasakan secara luas.

Realokasi MBG Berpotensi Salah Sasaran

Celios menghitung adanya potensi pemborosan anggaran besar akibat ketidaktepatan sasaran. Dari realokasi Rp24,7 triliun anggaran kesehatan untuk MBG, sekitar 34,2% dinilai berpotensi salah sasaran. Hal ini terjadi karena skema penerimaannya bersifat luas tanpa penyaringan berbasis kondisi ekonomi dan status gizi.

Akibatnya, bantuan tidak hanya diterima kelompok rentan, tetapi juga anak dari keluarga mampu. Selain itu, program ini belum sepenuhnya terintegrasi dengan intervensi gizi yang sudah ada, sehingga memicu tumpang tindih penerima manfaat. 

 

Pendekatan distribusi makanan siap saji yang seragam serta keterbatasan verifikasi data, membuat sebagian realokasi anggaran kesehatan tidak menghasilkan dampak gizi yang optimal.

Studi Celios mengungkapkan, jika anggaran tersebut dialihkan ke program pencegahan stunting, manfaat ekonomi jangka panjangnya diperkirakan bisa mencapai Rp404 triliun. Dari hasil perhitungan tersebut, memperlihatkan penggunaan anggaran yang tepat sasaran dan berbasis bukti ilmiah jauh lebih menguntungkan bagi perekonomian Indonesia.

Atas temuan tersebut, Celios merekomendasikan moratorium dan perombakan total program MBG, termasuk audit terbuka, perbaikan standar gizi dan keamanan pangan, serta pengalihan skema bantuan supaya tepat sasaran. 

Tanpa evaluasi berbasis data dan reformasi menyeluruh, program MBG dinilai berisiko menjadi beban fiskal besar tanpa memberikan manfaat substansial bagi kualitas gizi anak Indonesia.