Tren Pasar

Reli Saham Rokok Dipicu Angin Surga Menkeu Baru, Titik Balik Industri?

  • Saham rokok GGRM, HMSP, WIIM melonjak hampir 10% usai sinyal penurunan tarif cukai dari Menkeu Purbaya. Euforia atau titik balik industri?
<p>Seorang karyawan tengah menata rokok dari berbagai jenis dan merk di sebuah etalase waralaba kawasan Cengkareng Jakarta Barat, Rabu 17 Maret 2021. Foto: Panji Asmoro/TrenAsia</p>

Seorang karyawan tengah menata rokok dari berbagai jenis dan merk di sebuah etalase waralaba kawasan Cengkareng Jakarta Barat, Rabu 17 Maret 2021. Foto: Panji Asmoro/TrenAsia

(Istimewa)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Saham-saham emiten rokok yang selama ini tertidur lelap di harga bawah, tiba-tiba bangun dan ngegas gila-gilaan. Pada perdagangan hari ini, Selasa, 16 September 2025, saham-saham seperti GGRM, HMSP, dan WIIM kompak melesat mendekati 10%, melanjutkan pesta pora.

Pemicu utama di balik reli mendadak ini adalah angin surga dari Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa. Pernyataannya yang membuka peluang penurunan tarif cukai rokok sontak menjadi sentimen super positif bagi industri yang selama ini babak belur.

Fenomena ini tentu memicu pertanyaan besar bagi para investor. Apakah ini benar-benar sinyal titik balik bagi industri rokok, atau sekadar euforia sesaat yang tidak didukung oleh fundamental? Mari kita bedah tuntas.

1. Angin Surga dari Menkeu Purbaya

Angin surga ini datang langsung dari Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa. Dalam pernyataannya, ia mengindikasikan bahwa pemerintah masih melakukan kajian menyeluruh terkait kebijakan tarif cukai rokok untuk tahun 2026 mendatang, membuka harapan baru bagi industri.

Lebih dari itu, ia secara spesifik menyebutkan bahwa peluang penurunan tarif tetap terbuka. Sinyal inilah yang langsung disambut dengan euforia oleh pasar. “Nanti saya lihat lagi, saya belum menganalisis dengan dalam seperti apa sih cukai rokok itu,” kata Purbaya dalam keterangannya dikutip pada Selasa, 16 September 2025.

Ia juga menambahkan akan fokus memberantas peredaran cukai palsu yang merugikan negara. “Katanya ada yang main-main... Kalau misalnya saya beresin, saya bisa hilangkan cukai-cukai palsu berapa pendapatan saya? Dari situ nanti saya bergerak,” ujarnya.

2. Reaksi Pasar: Saham Rokok Kompak Pesta Pora

Pasar langsung merespons angin surga ini dengan aksi borong masif. Saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) memimpin reli dengan meroket +9,91% ke level Rp610. Diikuti oleh PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) yang juga melonjak +9,64% ke level Rp910.

Tidak ketinggalan, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) ikut melejit +9,41% ke posisi Rp10.175. Sementara itu, PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) juga naik +6,56%. Reli serempak ini menunjukkan betapa besarnya harapan pasar terhadap kebijakan cukai yang lebih bersahabat.

Penguatan harga ini menjadi anomali yang sangat menarik. Di saat pasar secara umum masih dibayangi oleh ketidakpastian ekonomi global, sektor rokok justru bergerak liar sendirian, didorong oleh sentimen domestik yang sangat kuat dan spesifik.

3. Realita Pahit di Balik Reli

Namun, reli ini sangat kontras dengan realita fundamental emiten rokok yang sebenarnya masih berdarah-darah. Laporan keuangan semester I-2025 menunjukkan tekanan yang sangat berat akibat kebijakan cukai eksesif selama lima tahun terakhir yang menggerus profitabilitas.

Laba bersih GGRM anjlok sangat dalam hingga -87,34% menjadi hanya Rp117,16 miliar. Nasib serupa dialami oleh HMSP yang labanya juga turun sekitar -36% menjadi Rp2,12 triliun, menunjukkan tantangan operasional yang sangat berat.

Hanya WIIM yang labanya relatif stabil, menunjukkan model bisnis yang lebih tangguh di tengah tekanan industri. Kondisi fundamental yang lemah ini menjadi pengingat bahwa reli yang terjadi saat ini lebih didorong oleh sentimen harapan.

4. Suara Lain: Usulan Moratorium Cukai 3 Tahun

Di tengah sentimen positif ini, suara lain datang dari kalangan pengusaha. Ekonom Senior Apindo, Wijayanto Samirin, mengusulkan agar pemerintah mempertimbangkan moratorium atau penundaan kenaikan cukai selama 3 tahun ke depan untuk memberikan napas.

Menurutnya, industri hasil tembakau (IHT) kini semakin tertekan oleh kombinasi antara pelemahan daya beli masyarakat, maraknya peredaran rokok ilegal, dan kebijakan cukai yang eksesif yang diterapkan oleh pemerintah dalam beberapa tahun terakhir.

Kebijakan CHT perlu dipertimbangkan ulang timing-nya, mengingat kondisi ekonomi sedang sulit. “Yang juga perlu difokuskan adalah pemberantasan rokok ilegal," kata Wijayanto, mendukung arah yang juga disinggung oleh Menteri Keuangan Purbaya.

5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?

Bagi investor, fenomena ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh kebijakan pemerintah terhadap nasib sebuah sektor industri. Reli saham rokok kali ini murni didorong oleh sentimen dan ekspektasi akan adanya kebijakan cukai yang lebih bersahabat.

Kunci utamanya adalah menimbang antara euforia sesaat dengan realita fundamental yang masih penuh tantangan. Investor kini akan terus mencermati apakah angin surga dari Menkeu Purbaya akan benar-benar menjadi kenyataan dalam kebijakan resmi nanti.

Meskipun ada peluang trading jangka pendek, investor jangka panjang perlu lebih berhati-hati. Keberlanjutan dari reli ini akan sangat bergantung pada realisasi janji dan perbaikan fundamental yang nyata di kuartal-kuartal berikutnya.