Tren Pasar

Perang Nasib Saham Ritel: MIDI dan MAPA Diramal Ngegas, ACES Justru Anjlok

  • Analis jagokan saham MIDI dan MAPA di tengah lesunya sektor ritel. Pahami kenapa nasib ACES justru berbeda dan diprediksi anjlok.
Perkembangan Ritel - Panji 5.jpg
Nampak pengunjung tengah berbelanja di sebuah gerai Transmart, Senin 14 Februari 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Badai pelemahan daya beli masyarakat dan tingginya aktivitas promosi diprediksi masih akan menekan kinerja sektor ritel hingga kuartal ketiga 2025. Riset terbaru dari BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan laba operasi sektor ini secara umum akan turun 2,0% secara tahunan, dengan pertumbuhan laba inti yang stagnan.

Namun, di tengah awan kelabu ini, para analis justru melihat adanya anomali atau permata tersembunyi. Mereka dengan yakin tetap mempertahankan rekomendasi Overweight untuk sektor ini, sebuah sinyal bullish yang mengindikasikan bahwa ada emiten spesifik yang berhasil kebal dari badai.

Lantas, siapa saja emiten yang boncos dan siapa jagoan yang dinilai masih mampu ngegas di tengah pelemahan ini? Mari kita bedah tuntas temuan dari analis Christy Halim dan Sabela Nur Amalina dari BRI Danareksa Sekuritas.

1. Anomali MIDI: Laba Diprediksi Melesat 31%

Jagoan utama atau top pick analis jatuh pada PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI). Emiten ini dinilai sebagai anomali karena menunjukkan ketahanan yang luar biasa, meski SSSG di wilayah Jawa mencatatkan pertumbuhan negatif -4,07% pada kuartal kedua.

Kinerja keuangan MIDI secara keseluruhan tetap solid. Pendapatan hingga September 2025 diproyeksikan masih tumbuh 7,4% secara tahunan. Lebih impresif lagi, laba bersihnya diramal melesat 31% (yoy) di tengah tantangan makroekonomi saat ini.

Analis menilai MIDI memiliki prospek pertumbuhan tangguh, didukung ekspansi berkelanjutan dan target margin bersih 4% tahun depan pasca divestasi Lawson. Rekomendasi "Beli" pun disematkan dengan target harga di level Rp550 per saham.

2. Kisah Dua MAP: MAPA Ngegas, MAPI Tertahan

Kisah menarik datang dari duo Grup MAP. PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA), yang fokus pada ritel olahraga, dinilai masih menjadi mesin pendapatan utama. Penjualan MAPA pada Juli 2025 masih sangat baik dan didorong oleh program promosi yang sukses.

Pendapatan MAPA hingga kuartal ketiga 2025 diproyeksikan tumbuh 9,8% (yoy) dengan laba inti naik 4,8% (yoy). Karena itu, MAPA dipertahankan sebagai top pick kedua dengan rekomendasi "Beli" dan target harga di level Rp870 per saham.

Sebaliknya, sang induk, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), diprediksi akan tertahan karena kuartal ketiga adalah musim yang lemah. Pertumbuhan pendapatannya diprediksi hanya 6,4% (yoy) dengan laba inti yang stagnan. Meski begitu, MAPI tetap direkomendasikan "Beli" dengan target harga Rp1.400.

3. Tekanan di Saham ACES: Laba Diprediksi Anjlok 23%

Berbeda dengan yang lain, PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) justru diprediksi mengalami tekanan berat. Meskipun pendapatan diperkirakan masih bisa tumbuh tipis 3,7% (yoy), laba bersihnya berpeluang anjlok hingga 23%secara tahunan.

Penurunan drastis ini dipicu oleh dua faktor utama: permintaan yang masih lemah di segmennya, dan adanya efek basis tinggi (high base effect). Efek ini muncul akibat pergeseran periode "Boom Sale" pada kuartal ketiga tahun lalu.

Karena itu, analis BRI Danareksa Sekuritas hanya menyematkan rekomendasi "Hold" untuk saham ACES, dengan target harga yang dipatok di level Rp500 per saham. Manajemen ACES sendiri memperkirakan penjualan baru akan pulih di kuartal keempat.

4. Apa Artinya Ini Bagi Investor?

Bagi investor, riset ini adalah pelajaran penting bahwa tidak semua saham di satu sektor memiliki nasib yang sama. Di saat daya beli masyarakat secara umum sedang lesu, hanya emiten dengan model bisnis paling efisien yang mampu bertahan.

Rekomendasi Overweight dari analis menunjukkan bahwa peluang di sektor ritel masih ada, namun sangat selektif. Investor disarankan untuk fokus pada para pemenang seperti MIDI dan MAPA, yang terbukti mampu tetap tumbuh di tengah kondisi makroekonomi yang menantang.