Tren Pasar

Perang Harga Usai, Saham Telkomunikasi Siap Bangkit: TLKM Jadi Top Pick Analis

  • Perang harga berakhir, saham TLKM jadi pilihan utama analis. Prospek sektor telekomunikasi dinilai cerah dengan valuasi masih murah.
Logo Telkom - Panji 1.jpg
Gedung Telkom di kawasan Jl Gatot Subroto Jakarta. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA – Akhir dari perang harga di industri telekomunikasi mulai terlihat jelas. Analis CGS International Sekuritas, Bob Setiadi dan Rut Yesika, menyebut momentum ini sebagai titik balik yang bisa mengubah peta persaingan. Setelah bertahun-tahun ditekan kompetisi tarif murah, saham operator seluler dinilai siap kembali unjuk gigi.

Dalam riset terbarunya, CGS International mempertahankan rekomendasi Overweight untuk sektor telekomunikasi. Optimisme ini menunjukkan keyakinan bahwa saham-saham telko berpotensi melampaui kinerja pasar dalam 12 bulan ke depan. Dari seluruh emiten, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dipandang paling prospektif karena skala bisnisnya besar, jaringan luas, serta dukungan konsumen yang kuat.

Pertanyaannya, seberapa signifikan dampak gencatan senjata tarif ini terhadap perbaikan kinerja keuangan para operator? Selain itu, saham mana saja yang berpeluang menjadi pilihan utama investor? Momentum inilah yang dipandang menjadi katalis penting dalam mendorong kebangkitan saham-saham telekomunikasi di bursa.

1. Gencatan Senjata: Berakhirnya Era Kartu Perdana Murah

Gencatan senjata ini ditandai oleh langkah serempak para operator untuk menaikkan harga jual kartu perdana. Mulai 1 Oktober 2025, PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT) menetapkan bahwa kartu perdana IM3 baru hanya bisa diisi dengan paket minimum Rp35 ribu.

Langkah ini menyusul Telkomsel dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang telah lebih dulu menghabiskan seluruh stok kartu perdana murah mereka per September 2025. Berakhirnya era kartu perdana banting harga ini menjadi tonggak sejarah yang akan menyehatkan kembali industri.

Perubahan strategi ini menunjukkan bahwa para operator kini lebih memprioritaskan profitabilitas. "Ini adalah pergeseran fundamental yang sangat positif, dari fokus pada volume pelanggan menjadi fokus pada kualitas pendapatan dan kesehatan bisnis jangka panjang," ungkap mereka dalam risetnya yang dikutip pada Kamis, 9 Oktober 2025.

2. Efek Keuntungan: Potensi Kenaikan ARPU dan Laba

Berakhirnya perang harga kartu perdana ini diprediksi akan memberikan efek keuntungan yang signifikan. Langkah ini akan secara langsung mendorong kenaikan Pendapatan Rata-rata per Pengguna (ARPU) industri secara keseluruhan, yang diperkirakan akan mulai terasa pada kuartal keempat 2025.

Selain itu, para operator juga sudah mulai menaikkan harga paket isi ulang datanya. Telkomsel tercatat telah menaikkan harga paket SIMPATI 5G sekitar 8-24%, sementara EXCL juga menaikkan harga beberapa paketnya sebesar 10%, mengikuti tren positif ini.

"Kombinasi antara kenaikan harga kartu perdana dan paket isi ulang inilah yang akan menjadi mesin utama pendorong pertumbuhan laba emiten telekomunikasi di kuartal-kuartal mendatang," jelas mereka dalam risetnya.

3. Diskon Besar: Valuasi di Bawah Rata-rata 5 Tahun

Magnet terkuat yang menjadi dasar rekomendasi Overweight ini adalah valuasi sektor yang dinilai sudah sangat murah. Saat ini, sektor telekomunikasi diperdagangkan pada level 4,6 kali EV/EBITDA, sebuah angka yang berada di bawah rata-rata lima tahunnya.

Valuasi yang terdiskon ini dinilai belum sepenuhnya mencerminkan potensi pemulihan laba dari berakhirnya perang harga. Inilah yang menciptakan titik masuk yang sangat menarik bagi para investor jangka panjang yang jeli melihat peluang.

"Kami melihat valuasi saat ini menawarkan risk-reward ratio yang sangat menarik. Pasar belum sepenuhnya menghargai potensi pemulihan ARPU dan margin yang akan terjadi," tulis para analis CGS International.

4. Jagoan Pilihan Analis: TLKM, ISAT, dan EXCL

Dengan prospek yang sangat cerah ini, CGS International merilis rekomendasi saham pilihannya. TLKM menjadi jagoan utama atau top pick dengan rekomendasi "ADD" (Beli) dan target harga di Rp3.400.

ISAT juga mendapatkan rekomendasi "ADD" (Beli) dengan target harga Rp2.340. Sahamnya yang sudah turun 21% YTD dinilai sebagai peluang, dengan proyeksi pertumbuhan EPS mencapai 24% pada 2026 dan imbal hasil dividen sekitar 6%.

Sementara itu, EXCL mendapatkan rekomendasi "HOLD" dengan target harga Rp2.850. Menurut para analis, TLKM menjadi pilihan utama karena investor dinilai belum sepenuhnya memperhitungkan dampak positif dari membaiknya persaingan harga, ditambah dengan imbal hasil dividennya yang menarik.

5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?

Bagi investor, riset ini adalah sinyal yang sangat kuat bahwa sektor telekomunikasi sedang berada di titik balik. Perang harga yang selama ini menjadi hantu bagi profitabilitas kini telah berakhir, membuka babak baru bagi pertumbuhan.

Kombinasi antara katalis pemulihan laba yang sangat jelas, valuasi yang masih murah, dan rekomendasi beli dari para analis menjadi resep yang sangat menarik. Ini adalah momen yang tepat untuk kembali mengakumulasi saham-saham di sektor yang sempat terlupakan ini.

Investor perlu mewaspadai risiko seperti kondisi makroekonomi yang tidak mendukung. "Namun, katalis pendorong utama dari keberhasilan konsolidasi industri dan pertumbuhan pendapatan yang lebih baik dari perkiraan, kami nilai jauh lebih kuat," tutup riset tersebut.