Mesin Emas BRIS Ngegas, Kenapa Target Laba Malah Dipotong?
- Mesin emas BRIS sedang ngegas, tapi kenapa target labanya malah dipotong? Bongkar alasan di balik anomali rekomendasi saham ini.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Kabar terbaru dari emiten perbankan syariah terbesar di Indonesia, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), menyajikan sebuah anomali yang menarik. Dalam riset terbarunya, CGS International Sekuritas mempertahankan rekomendasi "Beli" (Add), namun secara bersamaan justru memangkas target harga dan proyeksi labanya.
Riset yang dirilis oleh analis Handy Noverdanius, Owen Tjandra, dan Elizabeth Noviana pada 2 September 2025 ini menurunkan target harga BRIS dari Rp3.700 menjadi Rp3.100. Meskipun begitu, target baru ini masih menyiratkan adanya potensi keuntungan atau upside sebesar 15,2%.
Fenomena rekomendasi "Beli" yang dibarengi dengan pemangkasan target ini tentu membuat investor bertanya-tanya: apa sebenarnya yang sedang terjadi di dapur BRIS? Mari kita bedah tuntas sisi positif dan negatifnya.
1. Proyeksi Laba dan Kredit Dipangkas
Alasan utama di balik pemangkasan target harga adalah revisi turun proyeksi kinerja keuangan BRIS. CGS International memangkas estimasi laba per saham (EPS) untuk tahun 2025 hingga 2027 masing-masing sebesar 7%, 13,5%, dan 15%.
Revisi ini didasari oleh dua tantangan utama. Pertama, pertumbuhan kredit diproyeksikan melambat menjadi hanya 14% untuk tahun 2025/2026. Kedua, Margin Bunga Bersih (NIM) juga diperkirakan akan tertekan akibat kenaikan biaya dana (cost of funds) di tengah likuiditas yang ketat.
2. Mesin Uang Baru dari Bisnis Emas
Namun, di tengah tekanan pada bisnis inti, BRIS ternyata memiliki mesin uang baru yang sedang ngegas. Segmen bisnis emas perusahaan menunjukkan momentum yang sangat kuat, tumbuh hingga 82% secara tahunan menjadi Rp17,3 triliun per Juli 2025.
Pertumbuhan yang eksplosif ini membuat kontribusi bisnis emas terhadap total kredit konsumer meningkat signifikan menjadi 11,8%. Analis menilai, kinerja cemerlang dari bisnis emas inilah yang berpotensi menjadi penopang dan pendorong margin keuntungan bank ke depan.'
3. PR Utama: Efisiensi Biaya
Meskipun memiliki mesin pertumbuhan baru, BRIS masih memiliki satu pekerjaan rumah (PR) besar yang menjadi sorotan analis, yaitu efisiensi. Rasio biaya terhadap pendapatan (cost-to-income ratio/CIR) BRIS per Juli 2025 masih relatif tinggi di level 50,6%.
Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata bank besar lain yang berada di kisaran 40-an persen. Peningkatan efisiensi melalui pengendalian biaya operasional inilah yang dinilai akan menjadi pendorong utama kinerja BRIS dalam jangka menengah-panjang.
4. Pandangan Konsensus Analis: Tetap Super Bullish
Meskipun CGS International memangkas target harganya, pandangan dari mayoritas analis lain secara umum tetap sangat bullish. Berdasarkan data konsensus, dari 26 analis yang mengulas saham ini, sebanyak 24 analis secara kompak memberikan rekomendasi "Beli".
Hanya ada satu analis yang menyarankan "Tahan" dan tidak ada satupun yang merekomendasikan "Jual". Ini menunjukkan bahwa pasar secara luas masih sangat yakin dengan prospek jangka panjang BRIS, meskipun ada tantangan jangka pendek.
5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?
Bagi investor, anomali ini memberikan gambaran yang sangat seimbang. Ada tantangan jangka pendek yang nyata, seperti melambatnya pertumbuhan kredit dan tekanan pada margin. Hal inilah yang menjadi alasan CGS International menurunkan target harganya.
Namun di sisi lain, ada cerita pertumbuhan jangka panjang yang sangat menarik dari bisnis emas yang sedang ngegas dan potensi perbaikan dari sisi efisiensi. Inilah yang menjadi alasan mengapa rekomendasi "Beli" tetap dipertahankan dan mayoritas analis masih optimistis.

Alvin Bagaskara
Editor
