Tren Pasar

Di Balik Rugi Rp2,6 Triliun EXCL: Analis Temukan Laba Normalisasi Rp1,15 Triliun

  • EXCL melaporkan rugi bersih Rp2,6 triliun hingga kuartal III-2025 akibat biaya integrasi FREN. Namun, analis mengungkap laba normalisasi (tanpa biaya one-off) justru positif Rp1,15 triliun.
ilustrasi XL Axiata-2.jpg
Suasana pelayanan pelanggan di counter XL Xplor Axiata Tower, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Emiten telekomunikasi, PT XL Axiata Tbk (EXCL) melaporkan kinerja yang terlihat tertekan pada kuartal III-2025. Hal ini terjadi seiring masih berlangsungnya fase integrasi dengan FREN (Smartfren). Perusahaan mencatatkan rugi bersih Rp1,38 triliun pada Q3 2025.

Rugi bersih kumulatif EXCL selama sembilan bulan pertama 2025 (9M25) kini mencapai Rp2,60 triliun. Namun, di balik angka tersebut, kinerja pendapatan dan operasional (ARPU) justru menunjukkan perbaikan yang solid secara kuartalan (QoQ).

Phintraco Sekuritas dalam risetnya pada Jumat, 14 November 2025, menilai pelemahan ini bersifat sementara. Analis mempertahankan rekomendasi "Buy" untuk EXCL dengan target harga Rp3.100, melihat adanya gambaran yang lebih konstruktif di balik kinerja yang dilaporkan.

1. Paradoks Kinerja: Rugi vs Laba Normalisasi

Profitabilitas EXCL tertekan oleh biaya integrasi. EBITDA yang dilaporkan tertahan oleh biaya integrasi one-off sebesar Rp544 miliar pada kuartal III-2025. Namun, EBITDA yang dinormalisasi (tanpa biaya itu) justru tercatat solid di level Rp5,4 triliun.

Perbedaan serupa terlihat di bottom line. Kendati, EXCL melaporkan rugi bersih Rp1,38 triliun, laba bersih yang dinormalisasi (Normalized PAT), yang mengeluarkan biaya one-off, justru tercatat positif mencapai Rp1,15 triliun pada kuartal ketiga 2025.

Phintracro Sekuritas bilang kerugian yang dilaporkan juga didorong oleh depresiasi yang dipercepat. “Ini termasuk amortisasi spektrum 900 MHz (yang akan dikembalikan ke Komdigi) dan depresiasi peralatan lama pasca migrasi vendor akibat proses integrasi,” jelas mereka dalam risetnya.

2. Kinerja Operasional: Pendapatan dan ARPU Tumbuh

Di sisi top-line, perusahaan efek ini juga mencatat EXCL menunjukkan profitabilitas. Ini dapat dilihat dari pendapatan kuartal III-2025 mencapai Rp11,45 triliun, melonjak 9,11% secara kuartalan. Sementara itu, pendapatan kuartal III-2025 mencapai Rp30,55 triliun, naik 20,45% YoY.

Pertumbuhan ini tetap ditopang oleh segmen data, yang berkontribusi Rp10,29 triliun (naik 7,43% QoQ). Kenaikan ini didukung oleh lalu lintas data yang terus meningkat sebesar 2,25% QoQ menjadi 3.903 PB, menunjukkan permintaan yang kuat.

Phintraco Sekuritas menambahkan metrik operasional utama juga membaik. “Blended ARPU (pendapatan rata-rata per pengguna) meningkat menjadi Rp38.900 dari Rp36.000 di kuartal sebelumnya. Ini mencerminkan kualitas pelanggan yang membaik meski jumlah pelanggan sedikit turun ke 79,60 juta,” tambahnya.

3. Tiga Pilar Strategi Pertumbuhan

Manajemen EXCL menegaskan eksekusi strategis tetap berjalan dengan tiga pilar pertumbuhan utama. Pilar pertama adalah Mobile, yang mencakup merek XL, Axis, dan Smartfren, dengan fokus pada penyederhanaan produk dan peningkatan kualitas layanan digital.

Pilar kedua adalah Enterprise. EXCL terus memperluas posisinya sebagai mitra TIK melalui platform ESTA (Enterprise Smart Technology & Automation). Platform ini menawarkan layanan konektivitas, IoT, cloud, keamanan siber, dan kapabilitas otomasi.

Pilar ketiga adalah Home Broadband. EXCL memperkuat posisinya di segmen ini dengan meningkatkan pengalaman pelanggan dan fleksibilitas. Layanan XL Satu diharapkan dapat mendorong loyalitas pelanggan dan penetrasi yang lebih dalam di segmen rumah tangga.

4. Rekomendasi Analis 

Untuk itu, Phintraco Sekuritas mempertahankan rekomendasi Buy (Beli) untuk saham EXCL. Target harga (TP) 12 bulan ke depan juga dipertahankan di level Rp3.100 per saham, yang mencerminkan potensi upside 19,75% dari harga penutupan 13 November 2025.

"Kami memandang pelemahan ini bersifat sementara dan sebagian besar disebabkan oleh integrasi yang sedang berlangsung," tulis analis Phintraco Sekuritas dalam risetnya. Analis tetap konstruktif terhadap prospek jangka menengah EXCL.

Pemulihan didukung oleh peningkatan trafik data, kualitas pelanggan yang membaik, dan tren ARPU yang stabil pasca integrasi selesai. Namun, analis juga melihat adanya risiko jika integrasi lebih lambat dari perkiraan atau jika terjadi perang harga.

5. Komitmen Dividen di Tengah Integrasi

Yang menarik, meskipun menghadapi tekanan laba jangka pendek akibat biaya integrasi, manajemen EXCL tetap berkomitmen untuk membagikan dividen pada tahun ini. Ini menjadi sinyal keyakinan manajemen terhadap arus kas perusahaan.

Phintraco Sekuritas mencatat, komitmen ini mengimplikasikan adanya dividend yield sekitar 1,32%. Angka ini didasarkan pada rasio pembayaran dividen rata-rata perusahaan selama tiga tahun terakhir (sekitar 41% dari laba).

Namun, analis juga mengingatkan bahwa kapasitas pembayaran dividen ke depan mungkin akan lebih terbatas. Hal ini wajar mengingat proses integrasi dengan FREN yang masih membutuhkan belanja modal dan biaya operasional tambahan.