Tren Pasar

Bukan Cuma Soal Batu Bara, Ternyata Ini Jurus Sakti Rahasia ITMG

  • Pendapatan dan laba ITMG diprediksi turun, tapi kenapa masih jadi pilihan utama analis? Pahami jurus efisiensi biaya sekaligus diversifikasi nikel di baliknya.
1723553017_13036e488d7a04621a30.jpg
Kawasan tambang batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) (Dok/Ist)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Prospek emiten batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) kini berada di tengah persimpangan. Di satu sisi, perusahaan dihadapkan pada realita pahit anjloknya harga jual rata-rata (ASP) batu bara yang diprediksi akan menggerus pendapatan dan laba bersihnya tahun ini.

Namun di sisi lain, analis justru masih menempatkan ITMG sebagai salah satu pilihan utama di sektornya. Meskipun peringkatnya diturunkan, perusahaan ini dinilai memiliki strategi andalan yang membuatnya lebih tangguh dibandingkan para pesaingnya.

Fenomena ini tentu membuat investor bertanya-tanya: apa rahasia di balik ketangguhan ITMG, dan bagaimana prospeknya di tengah badai penurunan harga komoditas? Mari kita bedah tuntas.

1. Sisi Negatif: Proyeksi Pendapatan dan Laba yang Merugi

Kabar buruk pertama datang dari proyeksi kinerja keuangan. Analis Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Farras Farhan, dalam risetnya pada Kamis, 4 September 2025, memperkirakan pendapatan ITMG tahun ini akan turun 15,3% menjadi US$1,9 miliar.

Pemicu utamanya adalah anjloknya proyeksi harga jual rata-rata (ASP) batu bara sebesar 17% ke level US$79 per ton. Kinerja kuartal kedua yang lemah, dengan laba bersih hanya US$28 juta, menjadi konfirmasi dari tekanan yang sedang terjadi di pasar.

2. Efisiensi Biaya Tingkat Tinggi

Di sinilah letak kekuatan utama pertama ITMG. Di saat harga jual sedang anjlok, perusahaan justru fokus pada pengendalian biaya secara ekstrem. Salah satu strateginya adalah dengan menurunkan strip ratio atau rasio pengupasan menjadi hanya 8,8 kali.

Langkah efisiensi ini diproyeksikan akan berhasil menekan biaya tunai per ton (cash cost) secara signifikan, yaitu turun 12,7% menjadi hanya US$43,7 per ton. Kemampuan untuk menjaga biaya tetap rendah inilah yang menjadi penopang utama bagi profitabilitas ITMG.

3. Langkah Diversifikasi ke Nikel

Kekuatan utama kedua adalah langkah diversifikasi bisnis yang sangat cerdas. ITMG tidak hanya pasrah pada nasib harga batu bara, tetapi juga mulai membuka alternatif bisnis ke sektor mineral lain yang lebih prospektif, yaitu nikel.

Langkah ini diwujudkan melalui akuisisi 9,62% saham produsen nikel, PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE). Diversifikasi ke nikel ini memberikan sumber pendapatan baru dan mengurangi ketergantungan perusahaan pada bisnis batu bara. “ITMG tetap lincah dengan strategi penjualan yang fleksibel dan memperluas diversifikasi usahanya,”tulis Farras.

4. Pandangan Analis: Peringkat Turun, Tapi Tetap Jadi Pilihan

Meskipun ITMG memiliki strategi andalan, tekanan dari harga batu bara yang lemah membuat Mirae Asset Sekuritas menurunkan peringkat atau rating saham ini menjadi "Tahan" (Hold), dari sebelumnya "Beli".

Namun yang menarik, meskipun peringkatnya turun, ITMG tetap dianggap sebagai salah satu pilihan utama di sektor batu bara. Alasannya, disiplin biaya yang kuat dan neraca keuangan yang solid dengan posisi kas bersih US$1,1 miliarmemberikan fleksibilitas bagi perusahaan.

5. Target Harga Baru dan Prospek ke Depan

Mirae Asset Sekuritas kini mematok target harga baru untuk saham ITMG di level Rp24.000. Target ini telah mempertimbangkan proyeksi harga batu bara yang lebih lemah serta penurunan laba dan dividen untuk tahun ini.

Meskipun begitu, prospek untuk tahun 2026 justru terlihat lebih cerah. Mirae memproyeksikan laba ITMG akan kembali meningkat 6,2% menjadi US$296 juta pada tahun 2026, menunjukkan adanya potensi pemulihan kinerja di masa depan.