Tren Pasar

Alarm Laba PGEO Berbunyi, akankah Kongsi Panas Bumi dengan PLN IP jadi Penyelamat?

  • Laba PGEO terkoreksi, namun proyek panas bumi raksasa Rp88 T jadi tumpuan. Apakah waktunya membeli saham PGEO?
20210316034249536_f21742e591124348979136ad08fcec42.jpg
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) (Dok/PGEO)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Raksasa energi panas bumi BUMN, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), berada di titik krusial. Sinergi strategis dengan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) dan dukungan penuh lembaga investasi negara Danantara menempatkan PGEO sebagai poros utama dalam agenda transisi energi hijau Indonesia.

Namun, di balik rencana ekspansi masif ini, laporan keuangan semester I-2025 menunjukkan kinerja laba bersih yang justru mengalami tekanan. Kondisi ini menyajikan sebuah dilema bagi para pelaku pasar: haruskah fokus pada tantangan jangka pendek atau bertaruh pada prospek cerah jangka panjangnya?

Lantas, sedalam apa rencana ekspansi PGEO dan bagaimana kondisi fundamentalnya saat ini? Mari kita bedah tuntas lima poin kunci yang akan menentukan arah salah satu emiten energi baru terbarukan (EBT) terbesar di bursa ini, dari proyek ambisius hingga sentimen para analis.

1. Duet Raksasa BUMN: Ngebor Proyek Kapasitas 530 MW

Langkah strategis paling signifikan adalah pembentukan konsorsium antara PGEO dan PLN IP untuk mengakselerasi pengembangan energi panas bumi. Keduanya telah mengikat komitmen melalui Head of Agreement (HoA) untuk bersama-sama menggarap potensi di berbagai Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) strategis di Indonesia.

Total kapasitas indikatif dari seluruh proyek yang akan dikerjakan bersama ini mencapai 530 Megawatt (MW). Rencana besar ini akan mencakup pengembangan pada aset yang sudah ada (brownfield) hingga membuka area yang benar-benar baru (greenfield), menunjukkan skala kerja sama yang sangat komprehensif.

Sebagai langkah awal, konsorsium akan fokus pada dua proyek pembangkit listrik binary unit. Proyek tersebut adalah PLTP Ulubelu di Lampung berkapasitas 30 MW dan PLTP Lahendong di Sulawesi Utara dengan kapasitas 15 MW, menjadi pembuktian awal dari sinergi dua raksasa energi ini.

2. Restu Danantara: Membuka Potensi Investasi Rp88 Triliun

Gerak cepat pengembangan panas bumi ini mendapat fasilitasi penuh dari lembaga pengelola investasi negara, BPI Danantara. Lembaga ini secara aktif menjadi motor yang memfasilitasi lahirnya kerja sama strategis antara grup Pertamina dan PLN untuk mengoptimalkan potensi sektor energi terbarukan nasional.

Dorongan dari Danantara tidak main-main dan memiliki skala yang sangat besar. Diperkirakan ada 19 proyek eksisting yang akan diakselerasi melalui sinergi ini, dengan potensi tambahan kapasitas yang jauh lebih masif lagi, yakni bisa mencapai hingga 1.130 MW di masa mendatang.

Nilai investasi yang dibutuhkan untuk merealisasikan seluruh potensi raksasa ini pun sangat fantastis. Perkiraan total dana yang diperlukan bisa mencapai US$5,4 miliar atau setara dengan Rp88,49 triliun, sebuah angka yang menegaskan keseriusan pemerintah dalam menggarap sektor panas bumi.

3. Rapor Keuangan PGEO: Pendapatan Stabil, Laba Bersih Turun

Di tengah rencana ekspansi besar, kinerja keuangan PGEO pada semester I-2025 menunjukkan gambaran yang menantang. Pendapatan perusahaan tercatat mencapai US$204,85 juta. Angka ini hanya menunjukkan pertumbuhan tipis sebesar 0,53% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Namun, dari sisi laba bersih, PGEO mengalami penurunan menjadi US$68,93 juta atau setara Rp1,1 triliun. Pihak manajemen menjelaskan bahwa penurunan laba ini salah satunya disebabkan oleh adanya peningkatan pada komponen beban pokok pendapatan serta beberapa beban langsung lainnya dalam operasional perusahaan.

Meskipun laba tertekan, fundamental keuangan perusahaan dinilai tetap kokoh dan sangat solid. Hal ini tercermin dari margin EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) yang berhasil dijaga di atas 80%, menunjukkan tingkat efisiensi operasional yang masih sangat kuat.

4. Pandangan Analis: Mayoritas Masih Rekomendasikan Buy

Menariknya, di tengah kinerja laba yang sedang tertekan, para analis pasar modal secara umum tetap melihat prospek yang cerah untuk saham PGEO. Kepercayaan ini terutama didasari oleh potensi pertumbuhan jangka panjang dari serangkaian proyek strategis yang sedang disiapkan oleh perseroan.

Berdasarkan data konsensus yang dihimpun Stockbit per 20 Agustus 2025, dari total 11 analis yang mengulas saham ini, mayoritas atau sebanyak 6 analis masih memberikan rekomendasi "Buy". Hal ini menunjukkan optimisme yang kuat terhadap prospek pertumbuhan pendapatan PGEO di masa depan.

Sementara itu, 5 analis lainnya menyarankan "Hold" dan tidak ada satupun yang merekomendasikan "Sell". Pandangan yang cenderung positif ini menandakan bahwa pasar tampaknya lebih fokus pada narasi pertumbuhan jangka panjangnya dibandingkan tekanan pada profitabilitas yang bersifat sementara.

5. Prospek Investor: Target Harga Menyiratkan Potensi Upside

Optimisme para analis ini juga tercermin jelas pada target harga yang mereka pasang untuk saham PGEO. Target harga rata-rata dari seluruh analis tersebut berada di level Rp1.675, dengan estimasi paling optimistis bahkan berani mencapai level harga Rp1.930 per lembar sahamnya.

Angka-angka ini menyiratkan adanya potensi kenaikan atau upside yang masih signifikan dari harga saham saat ini. Bagi investor, hal ini menunjukkan bahwa pasar lebih menghargai potensi 'harta karun' dari realisasi proyek-proyek panas bumi raksasa yang akan dieksekusi di masa mendatang.

Pada akhirnya, kunci bagi investor adalah kesabaran. Tantangan jangka pendek dari sisi profitabilitas memang sebuah risiko, namun potensi keuntungan jangka panjang dari realisasi proyek strategis menjadi daya tarik utama yang membuat saham PGEO tetap sangat menarik untuk dicermati.