ASII Ngamuk! Reli Ganas Didukung Asing, Strategic Review Jadi Magnet
- Laba saham ASII turun tipis, tapi kenapa JP Morgan dkk malah borong gila-gilaan? Ternyata, situasi ini ditopang oleh sinyal di balik agenda strategic review Astra.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Saham PT Astra International Tbk (ASII) mengamuk dalam dua hari terakhir. Diketahui, pada perdagangan Selasa, sahamnya melesat +9,95% ke level Rp5.525, didorong oleh aksi borong masif dari investor asing.
Anehnya, reli kencang ini terjadi di saat Astra baru saja melaporkan kinerja semester I-2025 dengan laba bersih yang turun tipis. Fenomena ini tentu memicu pertanyaan besar: kenapa pasar dan investor global justru berpesta pora di tengah kabar penurunan laba?
Jawabannya terletak pada sebuah agenda besar yang sedang disiapkan manajemen: strategic review. Inilah sinyal 'rombak total' yang membuat para raksasa seperti JP Morgan tak ragu untuk menyerok saham ini. Mari kita bedah tuntas lima poin penting di baliknya.
1. Sinyal Paling Kuat: Aksi Borong Asing & Institusi Raksasa
'Bensin' utama di balik reli ini adalah aliran dana asing yang luar biasa deras. Hanya dalam sehari pada perdagangan kemarin, investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) saham ASII senilai Rp852,78 miliar. Jika ditarik sebulan terakhir, totalnya mencapai Rp1,94 triliun.
Aksi borong ini bahkan dilakukan oleh institusi-institusi terbesar dunia. Pada penutupan perdagangan kemarin, Selasa, 19 Agustus 2025, JP Morgan Chase & Co tercatat mengakumulasi 1,55 juta saham, sementara Deutsche Bank AG juga ikut mengoleksi saham ini.
Meskipun begitu, jumlah pemegang saham perseroan justru mengalami penurunan signifikan. Per 31 Juli 2025, jumlah investor tercatat sebanyak 146.067 pemegang saham, turun sekitar 20.402 dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 166.469 pemegang saham.
2. Harta Karun di Balik Kabar Strategic Review
Inilah pemicu utama optimisme pasar. Manajemen Astra mengonfirmasi sedang melakukan strategic review yang hasilnya akan diumumkan pada semester I-2026. Ini bukan sekadar rapat biasa, melainkan agenda 'rombak total' portofolio bisnis.
Dalam agenda ini, Astra akan meninjau ulang semua lini bisnisnya. Ada kemungkinan perusahaan akan mendivestasi atau menjual aset yang dinilai kurang prospektif, dan di saat yang sama melakukan ekspansi besar-besaran di sektor lain seperti infrastruktur.
Sektor infrastruktur, terutama jalan tol di luar Jawa, disebut-sebut menjadi salah satu target ekspansi utama. Rencana strategis inilah yang membuat para investor besar berani masuk, mengantisipasi nilai perusahaan yang akan semakin besar di masa depan.
3. Realita di Dapur Astra: Otomotif Lesu, Agribisnis Terbang
Di balik reli harga, kinerja fundamental Astra memang menunjukkan cerita dua sisi. Laba bersihnya pada semester I-2025 tercatat turun tipis -2,15% menjadi Rp15,52 triliun, sementara pendapatan hanya naik 1,81% menjadi Rp162,86 triliun.
Pemberat utamanya adalah segmen otomotif, yang kontribusinya anjlok. Namun, kelemahan ini berhasil ditutupi oleh kinerja fantastis dari segmen lain. Segmen agribisnis menjadi bintang dengan lonjakan laba 78,8%, diikuti oleh jasa keuangan dan teknologi informasi.
Kombinasi kinerja positif dari UNTR, agribisnis, dan jasa keuangan berhasil mengimbangi penurunan tajam laba operasi dari segmen otomotif. Hal ini menunjukkan kekuatan diversifikasi bisnis Astra yang mampu menjaga stabilitas di tengah tantangan.
4. Cuan Pasti dari Dividen yang Tetap Jumbo
Salah satu daya tarik utama saham ASII adalah tradisi dividennya yang tak pernah putus. Meskipun labanya sedikit turun, analis memproyeksikan imbal hasil dividen (dividend yield) untuk tahun buku 2025 masih sangat menarik, yaitu di kisaran 8% hingga 10%.
Dengan asumsi konservatif, potensi dividen interim yang biasa dibagikan pada bulan Oktober nanti diperkirakan bisa mencapai Rp137 per lembar saham. Bagi para investor pemburu dividen, angka ini tentu sangat menggoda di tengah kondisi pasar.
Secara historis, ASII dikenal konsisten membagikan dividen setiap tahun sejak 2003. Menariknya, perusahaan ini selalu membagi dividen dalam dua tahap, yaitu dividen interim yang biasanya dibayarkan pada kuartal IV dan dividen final pada tahun berikutnya.
5. Prospek ke Depan: Analis Kompak Rekomendasi Beli
Melihat prospek dari strategic review dan fundamental yang solid di luar otomotif, para analis kompak memberikan pandangan optimistis. Mandiri Sekuritas dan BRI Danareksa Sekuritas sama-sama mempertahankan rekomendasi "Beli" untuk saham ASII.
Mandiri Sekuritas mematok target harga di Rp6.350, sementara BRI Danareksa memberikan target di Rp5.800. Kedua target ini menunjukkan adanya potensi kenaikan atau upside yang masih sangat signifikan dari harga saat ini.
Rekomendasi ini juga mempertimbangkan realisasi laba semester I-2025 yang setara dengan 53% dari proyeksi BRI Danareksa Sekuritas. Dengan kata lain, kinerja Astra masih sejalan dengan ekspektasi pasar, memberikan fondasi yang kuat untuk pertumbuhan ke depan.

Alvin Bagaskara
Editor
