Tren Pasar

Anomali PANI: Mesin Bisnis Kencang, Tapi Laba per Saham Turun

  • Pendapatan PANI meroket jadi Rp1,64 T di semester I-2025, tapi laba bersih hanya naik tipis. Kenapa? Analisis lengkap 5 poin penting dari laporan keuangan emiten Aguan ini.
IMG_2449.jpeg
Sugianto Kusuma alias Aguan selaku Presiden Direktur PANI (Istimewa)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Emiten properti kongsi Grup Salim dan Agung Sedayu, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI), merilis rapor kinerja semester I-2025 yang menyajikan sebuah paradoks menarik. Di satu sisi, pendapatan perusahaan meroket, namun di sisi lain laba bersihnya justru terlihat stagnan.

Pendapatan PANI tercatat berhasil menanjak 22,18% secara tahunan menjadi Rp1,64 triliun. Namun, laba bersihnya hanya naik tipis 0,34% menjadi Rp285,86 miliar, seolah tidak sejalan dengan pertumbuhan bisnisnya yang kencang.

Fenomena ini tentu membuat investor bertanya-tanya: kenapa pendapatan dan laba kotornya tumbuh kuat, tapi laba bersihnya justru 'melempem'? Mari kita bedah tuntas lima poin penting dari laporan keuangan emiten besutan Aguan ini.

1. Sisi Positif: Mesin Bisnis Berjalan Sangat Kencang

Kabar baik pertama datang dari sisi operasional. 'Mesin' bisnis PANI terbukti berjalan sangat kencang, di mana pendapatan dari segmen real estate berhasil tumbuh solid 22,18% menjadi Rp1,64 triliun pada paruh pertama tahun ini.

Pertumbuhan ini bahkan lebih impresif jika dilihat dari laba kotornya. Setelah dikurangi beban pokok, laba bruto PANI justru melonjak lebih tinggi sebesar 28,37% menjadi Rp965,36 miliar, menunjukkan fundamental bisnis yang sangat sehat dan profitabel.

2. Biang Kerok Laba Stagnan: Laba per Saham yang Turun

Inilah 'biang kerok' utama yang menjelaskan mengapa laba bersih PANI terlihat stagnan. Jika dibedah lebih dalam, laba per saham atau Earnings Per Share (EPS) perusahaan ternyata menyusut dari sebelumnya Rp18,23 menjadi Rp16,93.

Penyebab penurunan laba per saham ini bukanlah karena kinerja bisnis yang memburuk. Melainkan, karena adanya peningkatan jumlah saham yang beredar di pasar dari 15,62 miliar lembar menjadi 16,83 miliar lembar.

3. Kenapa Jumlah Saham Bisa Bertambah?

Bertambahnya jumlah saham ini adalah efek dari aksi korporasi yang dilakukan PANI pada tahun lalu, yaitu penambahan modal tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau yang lebih dikenal dengan istilah private placement.

Dalam aksi korporasi tersebut, PANI menerbitkan sebanyak 787,43 juta lembar saham baru. Jadi, meskipun total laba bersihnya naik tipis, 'kue' laba tersebut kini harus dibagi ke jumlah saham yang lebih banyak, sehingga membuat porsi laba untuk setiap lembar sahamnya menjadi lebih kecil.

4. Harta Karun di Balik Laporan: Tumpukan Kas Jumbo

Meskipun laba bersihnya stagnan, neraca keuangan PANI justru menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Posisi kas dan setara kas perusahaan meroket dari Rp2,73 triliun menjadi Rp4,82 triliun, menunjukkan likuiditas yang sangat tebal.

Total aset perusahaan kini tercatat sebesar Rp48,76 triliun dengan total ekuitas yang sangat kokoh di angka Rp29,43 triliun. 'Tumpukan' kas yang melimpah ini menjadi 'amunisi' besar bagi PANI untuk mendanai proyek-proyek raksasanya di masa depan.

5. Pandangan Konsensus Analis: Kompak Super Bullish

Meskipun laba bersihnya terlihat stagnan, pandangan konsensus analis secara umum justru sangat bullish terhadap saham PANI. Hal ini menunjukkan kepercayaan pasar yang tinggi terhadap prospek jangka panjang perusahaan, terutama dari proyek-proyek raksasanya.

Berdasarkan data yang dihimpun platform Stockbit per 19 Agustus 2025, dari total 7 analis yang mengulas saham ini, semuanya secara kompak memberikan rekomendasi "Buy". Tidak ada satupun analis yang menyarankan "Hold" apalagi "Sell".

Target harga rata-rata dari para analis tersebut berada di level Rp19.394, dengan estimasi tertinggi bahkan mencapai Rp25.075. Angka ini menyiratkan adanya potensi kenaikan atau upside yang masih sangat signifikan dari harga saat ini.