Tren Inspirasi

Praktik Baik Restoran Zero Waste di Indonesia Atasi Sampah Makanan

  • Dari Bali hingga Jakarta, restoran zero waste semakin banyak bermunculan. Kehadiran Ijen, Locavore NXT, ECAPS, Komunal 88, hingga Tanaman menunjukkan bahwa kuliner bukan hanya soal rasa, tapi juga soal keberlanjutan.
Restoran Ijen.jpg
Restoran Ijen di Seminyak, Bali, salah satu restoran yang mengusung konsep zero-waste. (TripAdvisor)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Apakah mungkin makan enak di restoran tanpa menghasilkan sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA)? Jawabannya: bisa. Saat ini, sejumlah restoran di Indonesia, khususnya di Bali dan Jakarta, mulai menerapkan prinsip zero waste dan sistem daur ulang sampah makanan.

Gerakan ini semakin relevan karena Indonesia masih menjadi salah satu penyumbang sampah makanan terbesar di Asia. Data Bappenas menyebutkan, setiap tahun ada jutaan ton makanan terbuang percuma. 

Bayangkan kalau sebagian besar restoran bisa mengubah sisa makanan menjadi kompos, pakan, atau bahkan bahan bakar alternatif. Bukan hanya ramah lingkungan, tapi juga memberi dampak sosial dan ekonomi yang nyata.

Ijen Bali, Restoran Zero Waste Pertama di Indonesia

Ketika bicara soal kuliner ramah lingkungan, nama Ijen di Potato Head, Seminyak, Bali, hampir selalu muncul. Restoran ini dikenal sebagai restoran zero waste pertama di Indonesia.

Di sini, konsep keberlanjutan terasa dari hulu ke hilir. Interiornya dirancang dari material daur ulang: lantai dari pecahan keramik, meja dari kayu sisa, dan piring dari pecahan kaca. Tidak ada plastik sekali pakai. Semua bahan makanan berasal dari sumber lokal yang berkelanjutan, terutama ikan tangkapan nelayan setempat.

Lalu bagaimana dengan sisa makanan? Jangan khawatir, Ijen punya sistem pemilahan sampah yang ketat. Sisa organik diolah jadi kompos atau disalurkan ke peternakan. Anorganik seperti kaca dan logam diproses ke daur ulang. Filosofinya jelas: tidak ada limbah yang berakhir di TPA.

Locavore NXT, Ubud: Pemenang Sustainable Restaurant Award

Masih di Bali, ada Locavore NXT di Ubud yang baru saja memenangkan Sustainable Restaurant Award 2025 versi Asia’s 50 Best Restaurants. Penghargaan ini bukan main-main, karena menilai sejauh mana sebuah restoran benar-benar menjalankan praktik ramah lingkungan.

Locavore NXT punya laboratorium fermentasi sendiri. Alih-alih membuang sisa bahan dapur, mereka memanfaatkannya menjadi bumbu, saus, atau pickles. Bahkan, mereka membangun kebun atap (urban farm) yang bisa menyuplai sebagian kebutuhan dapur.

Hasilnya, restoran ini nyaris zero landfill alias tidak ada sampah yang masuk ke TPA. Setiap menu juga disajikan dengan cerita tentang bahan, proses, dan dampak keberlanjutan—membuat pengalaman makan jadi lebih bermakna.

ECAPS Jakarta: Bermitra dengan Waste4Change

Pindah ke ibu kota, ada ECAPS di kawasan Kemang, Jakarta. Restoran ini bekerja sama dengan Waste4Change, perusahaan manajemen sampah berkelanjutan yang sudah berpengalaman di Indonesia.

Melalui program Zero Waste to Landfill, semua sampah di ECAPS dipilah dengan rapi. Sisa organik diubah menjadi kompos atau pakan larva Black Soldier Fly (BSF). Sampah anorganik, seperti botol plastik dan kertas, disalurkan ke daur ulang. Sementara residu yang tak bisa diproses akan diolah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) untuk bahan bakar kiln semen.

Dengan cara ini, ECAPS bisa memastikan hampir tidak ada limbah yang berakhir di TPA. Menariknya lagi, mereka juga mengedukasi staf agar terbiasa memilah sampah dengan benar.

Baca Juga: Mau Mulai Gaya Hidup Zero Waste? Ini 8 Tipsnya

Komunal 88 Jakarta, Pionir Zero Waste dan Seafood Berkelanjutan

Selain ECAPS, ada juga Komunal 88 yang dikenal sebagai salah satu pionir restoran zero waste di Jakarta. Sama seperti ECAPS, mereka menggandeng Waste4Change untuk memastikan semua sampah diproses secara sirkular.

Komunal 88 bahkan menerapkan sistem takeaway ramah lingkungan. Alih-alih menggunakan wadah sekali pakai, mereka punya program deposit system: pelanggan bisa meminjam wadah, lalu mengembalikannya di kunjungan berikutnya. Sistem ini terbukti efektif mengurangi sampah plastik sekali pakai.

Lebih dari itu, restoran ini juga ikut dalam program Signing Blue WWF untuk mendukung praktik penangkapan seafood berkelanjutan. Jadi, bukan hanya mengelola sampah, tapi juga ikut menjaga keberlanjutan laut Indonesia.

Tanaman Bali, Restoran Vegan yang Minim Limbah

Masih dalam ekosistem Potato Head, ada restoran Tanaman yang berkonsep vegan. Restoran ini masuk daftar internasional “5 Outstanding Restaurants Where Nothing Goes to Waste” versi 50 Best.

Di Tanaman, sisa sayuran dan bahan makanan diolah menjadi menu baru, difermentasi, atau dipakai untuk menciptakan rasa unik. Filosofi zero waste dijalankan dengan konsisten, sehingga hampir semua bahan benar-benar termanfaatkan.

Waste4Change, Motor di Balik Gerakan Zero Waste

Perlu dicatat, banyak restoran yang sukses menjalankan prinsip zero waste di Indonesia berkat kolaborasi dengan Waste4Change. Perusahaan ini menyediakan layanan pengelolaan sampah terintegrasi, mulai dari pemilahan, kompos, pakan larva BSF, hingga RDF.

Sistem ini memastikan restoran bisa mendapatkan sertifikat dan laporan kuantitatif, sehingga klaim zero waste mereka benar-benar berbasis data, bukan sekadar gimmick.

Kesimpulan: Zero Waste Bukan Tren Sesaat

Dari Bali hingga Jakarta, restoran zero waste semakin banyak bermunculan. Kehadiran Ijen, Locavore NXT, ECAPS, Komunal 88, hingga Tanaman menunjukkan bahwa kuliner bukan hanya soal rasa, tapi juga soal keberlanjutan.

Bagi anak muda yang peduli lingkungan, makan di restoran seperti ini bukan hanya soal gaya hidup, tapi juga bentuk dukungan terhadap bumi yang lebih sehat. Jadi, lain kali kamu mencari tempat nongkrong atau fine dining, coba pertimbangkan restoran zero waste. Siapa tahu, pengalaman makanmu jadi lebih bermakna.