Tren Global

Pertemuan Trump - Xi Jinping Bisa Ubah Arah Ekonomi Dunia, Simak Penjelasannya

  • Pertemuan Trump dan Xi berpotensi mengubah peta rantai pasokan dunia. Kesepakatan baru dapat menahan laju relokasi industri dari China dan menstabilkan perdagangan global.
<p>Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping / Reuters</p>

Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping / Reuters

(Istimewa)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Di tengah suhu politik dan ekonomi global yang  memanas, dunia kini menyorot ke satu titik krusial, pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping. Pertemuan dijadwalkan berlangsung pada 30 Oktober 2025 di sela-sela KTT ekonomi di Korea Selatan.

Pertemuan ini bukan sekadar temu muka dua pemimpin negara adidaya, melainkan momen penentu perang dagang berkepanjangan yang selama bertahun-tahun mengguncang rantai pasokan global.

Beberapa hari sebelum pertemuan, kedua negara telah mencapai “kerangka kerja positif”, sebuah kesepahaman awal yang disusun melalui serangkaian dialog intensif di Malaysia. 

Menurut laporan Financial Times, dikutip Selasa, 28 Oktober 2025, kerangka itu mencakup pembahasan soal kontrol ekspor, tarif pengiriman, perdagangan agrikultur, serta isu fentanyl, yang selama ini menjadi batu sandungan hubungan dagang AS - China.

Baca juga : Bank Mandiri Dukung PMI Jepang Jadi Wirausahawan Lewat Program Mandiri Sahabatku

Dampak  Besar

Sumber di Washington dan Beijing menyebutkan sejumlah elemen penting dari kerangka tersebut. Di antaranya, Amerika Serikat akan mencabut ancaman tarif tambahan sebesar 100% terhadap produk asal China. 

Sebagai balasan, China akan menunda penerapan kontrol ekspor mineral langka selama satu tahun, sebuah keputusan besar mengingat peran penting mineral ini bagi industri semikonduktor dan kendaraan listrik global. 

Selain itu, finalisasi kesepakatan TikTok versi AS disebut telah mendekati tahap akhir, dengan ByteDance hanya mempertahankan kepemilikan minoritas di bawah 20%. 

Beijing juga berkomitmen melanjutkan pembelian kedelai asal AS, langkah yang mendorong lonjakan harga komoditas agrikultur di perdagangan berjangka.

Menurut laporan Reuters, pasar Asia langsung merespons positif kabar tersebut. Indeks saham regional menguat, sementara harga emas, sebagai aset aman turun sekitar 1%, menandakan menurunnya persepsi risiko global. 

Optimisme juga meluas ke sektor agrikultur, di mana harga kedelai berjangka di Chicago naik hampir 2% akibat ekspektasi meningkatnya permintaan baru dari China.

Jika kerangka ini berhasil diwujudkan menjadi kesepakatan nyata, dampaknya akan meluas jauh melampaui Washington dan Beijing. Perang dagang selama enam tahun terakhir telah memicu reorientasi besar rantai pasokan global, perusahaan multinasional memindahkan pabrik dari China ke Vietnam, Malaysia, hingga Meksiko dalam strategi “China +1”.

Namun, gencatan senjata baru ini bisa menahan laju fragmentasi tersebut dan memberikan napas bagi sektor industri global yang kini tengah berupaya pulih.

Para analis menilai, penundaan ekspor kontrol mineral langka memberi kelegaan sementara bagi manufaktur teknologi tinggi di AS dan sekutunya.

Industri semikonduktor, kendaraan listrik, serta pertahanan selama ini sangat bergantung pada bahan mentah yang sebagian besar dikuasai China.

“Ini bukan akhir dari de-risking, tapi jeda yang memberi waktu bagi dunia untuk menyesuaikan diri,” tulis Wall Street Journal, dalam laporannya dikutip Selasa, 28 Oktober 2025.

Meskipun pasar merespons positif, sejumlah analis mengingatkan agar euforia tidak berlebihan. Kesepakatan yang tengah dibangun masih berbentuk kerangka awal, bukan perjanjian komprehensif. 

Banyak isu teknis, terutama di bidang kontrol ekspor teknologi, keamanan data, dan regulasi investasi yang belum terselesaikan.

“Ekspektasi tinggi bisa berubah menjadi kekecewaan jika implementasi tidak sejalan,” tulis Reuters mengutip analis pasar Asia.

Baik Trump maupun Xi kini berada di persimpangan strategis, menyeimbangkan kebutuhan politik domestik dengan realitas ekonomi global. Trump membutuhkan kemenangan ekonomi menjelang tahun pemilu berikutnya, sementara Xi berusaha menjaga stabilitas pertumbuhan di tengah tekanan pasar properti dan perlambatan konsumsi domestik.

Apapun hasil akhirnya, pertemuan Trump–Xi kali ini menjadi salah satu momen paling krusial dalam lanskap ekonomi global dekade ini, sebuah babak baru yang dapat menentukan arah perdagangan, teknologi, dan pertumbuhan dunia untuk tahun-tahun mendatang.