Jurus Maut Dunkin' dan Domino's Bangkit dari Ambang Kemunduran
- Kisah turnaround Dunkin' dan Domino's memberikan pelajaran krusial: untuk bangkit dari ambang kemunduran di industri F&B, merek harus berani melakukan revolusi identitas.

Maharani Dwi Puspita Sari
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Industri makanan dan minuman (F&B) global sempat berada dalam tekanan konstan akibat perubahan tren konsumen yang cepat, guncangan ekonomi, dan persaingan.
Namun, industri tersebut berhasil bangkit dan membuktikan tentang bagaimana adaptasi radikal serta sikap berani dalam menarik bisnis dari ambang kemunduran. Kebangkitan ini didasarkan pada keberanian untuk melakukan rebranding total dan investasi besar pada teknologi.
Melansir dari E.Starr Associate pada Jumat, 28 November 2025, pada pertengahan tahun 2010, Dunkin' Donuts menghadapi krisis relevansi. Citra merek produk tersebut dianggap kuno dan gagal bersaing di pasar kopi, terutama melawan dominasi Starbucks.
Penjualan di beberapa gerai terus mengalami penurunan, hingga perusahaan menyadari bahwa keterikatan yang berfokus pada produk donat menjadi penghambat utama pertumbuhan.
Di tahun 2019, Dunkin' mengambil langkah tegas yaitu dengan menghilangkan kata "Donuts" dari nama mereknya. Langkah ini menjadi pernyataan strategis yang menegaskan bahwa 60-70% dari bisnis mereka berasal dari minuman.
Identitas baru ini berfokus sebagai perusahaan kopi dan minuman cepat saji, yang berhasil mengubah persepsi publik dari toko donat yang menawarkan kopi menjadi destinasi utama di pagi hari.
Selain itu, perusahaan terus melakukan investasi besar-besaran pada infrastruktur digital dan fisik. Pihak Dunkin' memperkuat aplikasi mobile ordering yang memungkinkan pelanggan memesan sebelum tiba di gerai, serta memperbanyak jalur drive-thru.
Strategi ini secara efisien menyesuaikan Dunkin dengan gaya hidup modern yang serba cepat, meningkatkan kecepatan layanan dan frekuensi kunjungan pelanggan. Dunkin secara agresif memperkuat lini kopi mereka, khususnya minuman cold brew, espresso, dan lainnya.
Strategi ini dirancang untuk bersaing langsung dalam kategori minuman premium yang memiliki margin keuntungan tinggi, sekaligus menarik segmen pelanggan yang lebih muda dan trendy.
Selain Dunkin', Domino’s Pizza juga pernah berada di jurang krisis yang cukup parah. Pada akhir tahun 2009, kualitas produk mereka menjadi sasaran kritik pedas, bahkan mendapat peringkat terburuk dalam survei konsumen nasional AS. Konsumen menolak produk Domino’s dan berdampak pada penjualan yang sangat anjlok.
Melansir dari scoreindia pada Kamis, 27 November 2025, Domino's melakukan langkah turnaround yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 2010. Mereka merilis kampanye iklan secara terbuka untuk mengakui bahwa pizza mereka “buruk”.
Kampanye ini berhasil meruntuhkan stigma negatif dari perusahaan lain dan konsumen, hingga membangun kembali kepercayaan melalui transparansi yang jujur. Setelah pengakuan tersebut, perusahaan tidak hanya berhenti melakukan rebranding.
Mereka secara fundamental merombak total resep adonan, saus, dan keju, hingga memastikan bahwa kualitas yang baru benar-benar terpenuhi. Perombakan produk ini menjadi kunci untuk memvalidasi narasi turnaround.
Langkah revolusioner lainnya terjadi ketika Domino's memutuskan bertransformasi menjadi perusahaan teknologi yang secara kebetulan menjual pizza. Mereka memperkenalkan fitur revolusioner seperti Pizza Tracker dan memungkinkan pemesanan melalui berbagai platform digital.
Inovasi digital ini membuat pengalaman pemesanan menjadi unggul, dan secara signifikan mendorong penjualan serta loyalitas pelanggan. Kisah kebangkitan Dunkin' dan Domino's menegaskan bahwa di tengah persaingan F&B, dibutuhkan keberanian untuk meninggalkan model bisnis yang sudah tidak relevan.
Selain itu, melalui inovasi digital dan transparansi produk yang baik, kedua perusahaan ini telah berhasil merebut kembali loyalitas para konsumen.

Maharani Dwi Puspita Sari
Editor
