Data LinkedIn: Green Skills Buka Peluang Perekrutan 54 Persen Lebih Tinggi
- Green Skills atau kemampuan berkelanjutan kini menjadi aset paling berharga di dunia kerja, mengalahkan tren AI. Data LinkedIn menunjukkan permintaan green skills naik 11,6%, dua kali lipat dari pasokan, sehingga membuka peluang perekrutan 54.6% lebih tinggi bagi pemilik keahlian ini.

Maharani Dwi Puspita Sari
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Di tengah masifnya revolusi kecerdasan buatan (AI), sorotan dunia kerja kini beralih pada satu keterampilan yang nilainya melambung tinggi. Keterampilan tersebut disebut green skills atau kemampuan berkelanjutan.
Data dari platform LinkedIn, menunjukkan bahwa ini bukan sekadar tren, melainkan sebuah perubahan struktural yang menjadikan talenta hijau sebagai aset paling berharga dan bergaji tinggi, jauh melampaui pertumbuhan karier di bidang lainnya.
Melansir dari ESG today Rabu, 3 Desember 2025, LinkedIn melakukan studi pemeriksaan terhadap data platform anonim di antara 1 miliar anggotanya, termasuk lowongan pekerjaan dan profil anggota. Selain itu, studi ini dilakukan menggunakan 1.200 data keterampilan hijau yang teridentifikasi dan daftar profesi yang membutuhkan keterampilan hijau.
Studi tersebut menemukan bahwa pertumbuhan permintaan green skills telah melampaui pasokan selama beberapa tahun, dengan permintaan rata-rata tahunan sebesar 5,9% dari tahun 2021-2024.
Selain itu, di tahun 2023-2024 pertumbuhan ini meningkat secara cepat hingga sebesar 11,6%. Angka tersebut tumbuh dua kali lipat dari pasokan sebelumnya, yaitu sebesar 5,6%.
Kesenjangan inilah yang menciptakan kelangkaan ekstrem, dan memaksa perusahaan untuk bersaing ketat serta menawarkan kompensasi tinggi untuk mendapatkan kandidat yang sangat langka.
Peningkatan Peluang Perekrutan 54.6%
Dampak langsung dari kelangkaan ini terlihat pada peluang kerja. LinkedIn mencatat bahwa seorang profesional yang mencantumkan green skills di profilnya memiliki tingkat perekrutan 54.6% lebih tinggi dibandingkan rata-rata tenaga kerja pada umumnya.
Hal ini membuktikan bahwa keahlian bukan lagi menjadi nilai tambah, tetapi menjadi faktor penentu untuk mendapatkan pekerjaan dan memiliki karir yang berdampak bagi masa depan.
Faktor Pendorong Lonjakan Green Skills
Lonjakan permintaan ini didorong oleh tiga pilar utama yang tak terhindarkan, yaitu:
1. Regulasi Ketat
Pemerintah dan bursa efek di berbagai negara, termasuk Indonesia, mewajibkan perusahaan go public untuk membuat laporan ESG yang transparan. Di Indonesia, hal ini diselaraskan dengan Peraturan OJK Nomor 51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik, serta Surat Edaran OJK Nomor 16/SEOJK.04/2021 tentang Bentuk dan Isi Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.
Melalui peluncuran laporan ESG ini, diharapkan dapat mendukung kemajuan pasar modal Indonesia yang mengedepankan aspek berkelanjutan, mendorong integrasi ASEAN Exchanges Common ESG Metrics yang lebih baik, dan memperkuat ASEAN sebagai tujuan investasi bagi investor ASEAN maupun global.
2. Permintaan Konsumen
Konsumen modern, khususnya Milenial dan Gen Z semakin menuntut produk yang diproduksi secara etis dan berkelanjutan. Hal ini mendorong munculnya posisi seperti supply chain sustainability analyst dan green marketing manager yang kompeten dan relate terhadap isu-isu lingkungan maupun ekonomi hijau.
3. Transformasi Industri
Kini, konsep keberlanjutan tidak hanya membahas sektor energi terbarukan saja, melainkan fokus pada keuangan, teknologi, dan lainnya. Industri finansial, teknologi, hingga manufaktur, kini membutuhkan green skills untuk mengintegrasikan prinsip ekonomi sirkular dan efisiensi energi ke dalam operasional harian.
Adapun green jobs atau green skills yang paling banyak dicari adalah:
- Sustainability Manager / Director (Manajer / Direktur Keberlanjutan)
- Renewable Energy Engineer (Insinyur Energi Terbarukan)
- Environmental, Health & Safety (EHS) Specialist (Spesialis Lingkungan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja)
- Energy Analyst (Analis Energi)
- Agronomist / Sustainable Agriculture Specialist (Agronomis / Spesialis Pertanian Berkelanjutan)
- Environmental Consultant (Konsultan Lingkungan)
- Green Building Architect / Construction Manager (Arsitek Bangunan Hijau / Manajer Konstruksi)

Maharani Dwi Puspita Sari
Editor
