Tren Ekbis

5 Cara Gen Z Terlibat Jadi Penggerak Ekonomi Hijau

  • Menuju Indonesia Emas 2045, Gen Z didorong menjadi motor green digital economy. Simak 5 peran krusial Gen Z, mulai dari konsumen kritis hingga mendirikan startup berkelanjutan.
fa4c3bbf-gp0stosp8_medium_res_with_credit_line-1024x683.jpg
Ilustrasi ekonomi hijau. (Greenpeace)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Pemerintah terus melakukan akselerasi perubahan berbasis ekonomi digital dan hijau menuju target Indonesia Emas 2045. Perubahan berkelanjutan ini dilakukan dengan cara mendukung dan memfasilitasi anak-anak muda, khususnya Gen Z sebagai motor dalam penerapan ekonomi hijau dan berbasis digital.

"Mari bersama kita wujudkan generasi muda Indonesia sebagai penggerak ekonomi masa depan yang inovatif, kompetitif, dan berkelanjutan," ujar Sekretaris Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Ekonomi Digital Pujo Setio dalam acara Sarasehan Vol. Il bertajuk "Youth Power: Empowering the Creative Economy with Green Digital dan Green Energy" beberapa waktu lalu. 

Menurutnya, digitalisasi harus bergerak ke arah yang berkelanjutan melalui green digital economy dan green energy. Hal ini dilakukan dengan pemanfaatan teknologi untuk menekan emisi dan mengoptimalkan konsumsi energi.

Kontribusi ekonomi digital Indonesia diproyeksikan meningkat dari US$110 miliar pada tahun 2025, dan menjadi US$360 miliar pada tahun 2030. Hal ini didorong oleh e-commerce, transportasi, makanan, dan perjalanan online, serta media digital.

Membahas mengenai digital, Gen Z menjadi generasi yang hidup berdampingan dan cakap akan perkembangan digital. Kondisi ini menekankan peran penting ekonomi kreatif sebagai kekuatan ekonomi berbasis inovasi dan kekayaan intelektual. 

Data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, di tahun 2024 sektor ini menyerap lebih dari 26 juta tenaga kerja nasional dan terus tumbuh melalui pemanfaatan teknologi digital.

Sampai saat ini, pemerintah telah menyiapkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan kompetensi dan peluang kerja bagi lulusan perguruan tinggi, termasuk melalui program magang bersertifikat serta peningkatan ekosistem ekonomi kreatif digital.

Cara Gen Z Terlibat Dalam Perkembangan ESG

Generasi Z kini memiliki peluang nyata untuk mengambil peran penting dalam penerapan ESG. Bukan hanya sebagai konsumen, tetapi sebagai agen perubahan. Maka dari itu, ada beberapa cara atau peran Gen Z agar bisa berkontribusi penuh pada perkembangan ESG, yaitu:

1. Pertama, Gen Z bisa memulai langkah awal dengan memilih produk dan perusahaan yang bertanggung jawab. Mereka dapat menjadi konsumen kritis yang selalu memperhatikan label, menuntut transparansi, dan mendukung brand yang memiliki prinsip ramah lingkungan serta sosial. 

Selain itu, mereka dapat memberi insentif kepada perusahaan untuk menjalankan praktik ESG. Melalui kesadaran ini, menunjukkan bahwa pilihan individu bisa memengaruhi arah industri secara perlahan.

2. Kedua, Gen Z bisa terlibat dengan kampanye atau komunitas sosial dan lingkungan. Aksi ini dapat dilakukan secara online maupun offline melalui media sosial, aksi komunitas, atau gerakan lokal.

Adapun aksi tersebut dilakukan untuk menyuarakan isu keberlanjutan, keadilan sosial, hak pekerja, atau transparansi perusahaan. Kelebihan milik Gen Z yang melek akan teknologi dan media digital, membuat pesan mereka berpotensi menjangkau luas, mengajak banyak orang, dan mendorong perubahan secara nyata.

3. Ketiga, Gen Z yang tertarik dengan dunia kerja bisa memilih karier atau melakukan magang di perusahaan ESG-aware, startup hijau, maupun perusahaan yang memiliki program keberlanjutan, dan lainnya. 

Cara ini memungkinkan mereka berkontribusi langsung dalam perumusan kebijakan, implementasi program lingkungan, atau advokasi sosial, sehingga tidak hanya sebagai pengguna maupun penikmat saja.

4. Keempat, mereka mampu mendorong inovasi dan wirausaha berkelanjutan. Melalui kreativitas dan penuh semangat, Gen Z dapat mendirikan startup atau usaha kecil yang mengangkat nilai ESG.

Contoh produk yang bisa dikembangkan dihasilkan dari limbah, solusi energi bersih, layanan ramah lingkungan, atau model bisnis ekonomi sirkular. Cara ini bukan hanya soal profit, tetapi soal menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan.

5. Kelima, Gen Z mampu berperan dalam edukasi dan literasi publik untuk memberikan informasi, mengedukasi teman, keluarga, atau komunitas mengenai pentingnya ESG, dampak lingkungan, hak pekerja, dan tanggung jawab sosial. 

Dari pengetahuan dan kesadaran yang disampaikan, mampu membentuk budaya konsumen dan pelaku usaha yang lebih bertanggung jawab untuk kelestarian lingkungan dimasa depan. 

Melalui langkah-langkah tersebut, Gen Z tidak hanya menjadi generasi konsumsi cepat atau digital native, melainkan menjadi pionir perubahan menuju masa depan yang lebih adil, hijau, dan berkelanjutan.