Pertemuan SCO 2025: Rival NATO dari Eurasia
- SCO mewakili 40% populasi dunia dan 25% PDB global. KTT Tianjin 2025 tunjukkan pengaruh China–Rusia di tengah geopolitik Barat.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Presiden China Xi Jinping menjamu lebih dari 20 pemimpin dunia dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Shanghai Cooperation Organisation (SCO) yang berlangsung di Tianjin pada 31 Agustus–1 September 2025.
Pertemuan ini dipandang sebagai ajang unjuk solidaritas negara-negara Global South di tengah dinamika geopolitik dunia, khususnya pada era Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Salah satu sorotan utama adalah kehadiran Presiden Rusia Vladimir Putin. Bagi Moskow, forum ini menjadi peluang meraih “kemenangan diplomatik” di tengah tekanan dan sanksi Barat. Putin bahkan dijadwalkan melanjutkan kunjungan ke Beijing untuk menghadiri parade militer bersama Xi Jinping.
Tak kalah penting, Perdana Menteri India Narendra Modi juga hadir dalam lawatan resminya ke China, yang pertama setelah lebih dari tujuh tahun. Kunjungan ini memunculkan ekspektasi rekonsiliasi hubungan India–China pasca ketegangan perbatasan pada 2020, sekaligus membuka ruang dialog di tengah tekanan tarif dari AS. Rusia dikabarkan berupaya memfasilitasi pembicaraan trilateral antara ketiga raksasa Asia tersebut.
Apa Itu SCO?
Shanghai Cooperation Organisation (SCO) adalah organisasi antarpemerintah yang berfokus pada kerja sama politik, ekonomi, dan keamanan di kawasan Eurasia. Didirikan pada 15 Juni 2001 sebagai evolusi dari “Shanghai Five” (1996), organisasi ini beranggotakan China, Rusia, Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, dan Uzbekistan. Sekretariat utamanya berada di Beijing.
Kini, SCO telah berkembang menjadi forum multilateral besar dengan sembilan anggota penuh: China, Rusia, India, Pakistan, Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, Uzbekistan, dan Iran (bergabung 2023). Selain itu, terdapat tiga negara pengamat—Afghanistan, Belarus, dan Mongolia—serta 14 mitra dialog, termasuk Turki, Sri Lanka, Nepal, dan Kamboja.
KTT Tianjin disebut sebagai yang terbesar sepanjang sejarah SCO, dengan agenda mencakup isu keamanan, kontra-terorisme, ekonomi, hingga kerja sama militer. Pertama, keamanan regional yang fokus pada penanggulangan terorisme, separatisme, dan ekstremisme. SCO secara rutin menggelar latihan militer bersama, misalnya Peace Mission.
Kedua, kerja sama ekonomi dalam pengembangan infrastruktur, energi, dan perdagangan, yang juga berhubungan erat dengan inisiatif Belt and Road Initiative (BRI) milik China. Ketiga, kerja sama budaya dan pendidikan melalui pertukaran pelajar, kolaborasi riset, hingga pengembangan pariwisata antarnegara anggota.
Struktur organisasi SCO dipimpin oleh Dewan Kepala Negara yang bersidang tahunan. Sementara itu, Regional Anti-Terrorist Structure (RATS) berkantor pusat di Tashkent, Uzbekistan.
Saat ini, SCO mewakili sekitar 40% populasi dunia atau lebih dari 3,2 miliar orang, dengan kontribusi sekitar 25% terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) global. Banyak pihak memandangnya sebagai penyeimbang kekuatan Barat seperti NATO dan Uni Eropa, sekaligus platform bagi China dan Rusia memperluas pengaruh geopolitik.
Namun, organisasi ini juga menghadapi sejumlah tantangan. Perbedaan kepentingan antaranggota kerap menghambat efektivitas, misalnya konflik perbatasan India–China di Ladakh serta rivalitas pengaruh antara China dan Rusia.
Ekspansi keanggotaan juga terus menjadi isu. Iran resmi bergabung pada 2023, Belarus dijadwalkan masuk pada 2024, sementara negara lain seperti Uni Emirat Arab dan Myanmar menunjukkan minat.
Kritik pun bermunculan, termasuk penilaian bahwa SCO lebih banyak menjadi forum diskusi ketimbang menghasilkan aksi nyata. Isu hak asasi manusia, terutama terkait Xinjiang, juga tak luput dari sorotan internasional.
Jika dibandingkan dengan NATO, perbedaan mendasar terletak pada mandat dan orientasi. SCO menitikberatkan pada keamanan regional yang dipadukan dengan kerja sama ekonomi, sementara NATO berfungsi sebagai aliansi militer Barat dengan kemungkinan intervensi bersenjata. Dari sisi geografis, SCO berfokus pada kawasan Eurasia, sedangkan NATO menggabungkan negara-negara Amerika Utara dan Eropa.

Muhammad Imam Hatami
Editor
