Tren Global

Sanksi Keras Trump Tak Goyahkan India Borong Minyak Rusia, Kenapa Berani?

  • India tetap impor minyak Rusia meski sanksi keras Trump. Kebutuhan energi, keuntungan ekonomi, dan geopolitik jadi alasannya.
naveed-ahmed-9Dt4WutvwDs-unsplash.jpg
India (unsplash)

JAKARTA, TRENASIA.ID - India tetap bersikeras membeli minyak mentah Rusia meski dihujani tekanan politik dan sanksi keras dari Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Donald Trump. Sikap ini menegaskan bahwa New Delhi menempatkan kepentingan energi dan ekonominya di atas tekanan eksternal, sekaligus menunjukkan keberanian dalam memainkan peran geopolitik global.

Rusia menawarkan potongan harga sekitar 5% untuk setiap pembelian minyak mentah India. Meski detailnya masih dirahasiakan, potongan tersebut sudah cukup signifikan mengingat India adalah konsumen minyak terbesar ketiga dunia dengan ketergantungan impor mencapai 80%.

Wakil Perwakilan Dagang Rusia untuk India, Evgeniy Griva, menegaskan volume impor India dari Rusia akan tetap stabil meski situasi politik makin kompleks. Deputi Kepala Misi Rusia, Roman Babushkin, juga optimistis kerja sama energi kedua negara akan terus berlanjut.

Tekanan dan Sanksi AS

Washington menuding India mendanai perang Rusia di Ukraina lewat pembelian minyak. Gedung Putih menjatuhkan tarif 50% terhadap produk ekspor India seperti tekstil, perikanan, dan kulit. 

Penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro, bahkan menuding India menjadi “pusat global” minyak Rusia, dengan cara membeli minyak mentah yang terkena embargo, lalu menyulingnya kembali untuk diekspor ke pasar dunia.

Gedung Putih menegaskan tujuan sanksi ini untuk menekan Moskow agar segera mengakhiri perang. Selain itu, AS juga mengancam sanksi sekunder terhadap negara yang masih membeli minyak Rusia. Saat ini, India bersama China menjadi dua pembeli terbesar minyak mentah Rusia.

New Delhi menolak mentah-mentah tuduhan dan tekanan AS. Perdana Menteri Narendra Modi menegaskan India tidak akan mundur. Pemerintahnya menilai sanksi AS tidak adil, tidak berdasar, dan justru bisa merugikan kerja sama perdagangan. 

Bagi Modi, keputusan membeli minyak adalah soal kedaulatan nasional, Modi menuturkan India berhak memastikan keamanan energi bagi lebih dari 1,4 miliar warganya.

Selain itu, minyak Rusia yang lebih murah menjadi cara efektif mengendalikan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat. Jika India berpaling dari Rusia, biaya energi akan melonjak dan berimbas langsung pada ekonomi domestik.

Mengapa India Berani?

Kebutuhan Energi Besar

India merupakan negara dengan populasi lebih dari 1,4 miliar jiwa sekaligus ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Kebutuhan energinya meningkat seiring industrialisasi, urbanisasi, dan lonjakan konsumsi domestik. 

Dengan 80% kebutuhan minyak masih bergantung pada impor, mencari sumber energi murah adalah sebuah keharusan, bukan pilihan. Minyak Rusia yang dijual di bawah harga pasar global memberi ruang bagi India untuk menjaga inflasi tetap terkendali, menekan biaya produksi, serta melindungi daya beli masyarakat. Tanpa opsi ini, India berpotensi menghadapi lonjakan harga energi yang bisa mengguncang stabilitas ekonomi dan politik.

Keuntungan Ekonomi

Impor minyak dari Rusia tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga membuka peluang bisnis menguntungkan. Kilang-kilang di India membeli minyak mentah Rusia dengan harga diskon, kemudian mengolahnya menjadi produk bernilai tinggi seperti solar, bensin, dan bahan bakar jet untuk diekspor kembali, termasuk ke Eropa dan bahkan Amerika Serikat. 

Praktik arbitrase ini menghasilkan miliaran dolar keuntungan tambahan bagi perusahaan penyulingan India dan menjadi penopang neraca perdagangan. Dengan demikian, impor minyak Rusia tidak sekadar soal energi, tetapi juga instrumen strategis untuk memperkuat posisi India di rantai pasokan energi global.

Hubungan Historis dengan Rusia

India dan Rusia memiliki hubungan panjang yang berakar sejak era Perang Dingin. Saat AS cenderung mendukung Pakistan, India membangun kemitraan erat dengan Uni Soviet, terutama di bidang militer dan energi. 

Hingga kini, Rusia masih menjadi pemasok senjata terbesar India dengan kontribusi sekitar 36% impor senjata pada periode 2020–2025. Ketergantungan ini membuat New Delhi sulit begitu saja memutus hubungan dengan Moskow. 

Selain itu, hubungan personal yang terjalin antara Perdana Menteri Narendra Modi dan Presiden Vladimir Putin semakin memperkuat ikatan bilateral yang sudah lama terbangun.

Pertimbangan Politik Domestik

Pemerintahan Modi berdiri di atas fondasi nasionalisme yang kuat. Dalam lanskap politik domestik India, menyerah pada tekanan AS bisa dianggap sebagai bentuk kelemahan, bahkan pengkhianatan terhadap prinsip kedaulatan nasional. 

Dengan terus membeli minyak Rusia, Modi dapat memperlihatkan kepada rakyatnya bahwa pemerintahannya mampu melindungi kepentingan energi bangsa tanpa tunduk pada kekuatan asing. 

Sikap ini sekaligus memperkuat legitimasi politik Modi di dalam negeri, terutama di mata kalangan konservatif dan pemilih nasionalis yang menjadi basis utama dukungan Partai Bharatiya Janata (BJP).

Perhitungan Geopolitik

India juga memainkan strategi geopolitik yang cerdas. New Delhi memahami bahwa meskipun AS marah dengan sikapnya, Washington tetap membutuhkan India sebagai mitra utama untuk mengimbangi pengaruh China di kawasan Indo-Pasifik. 

Hal ini memberi India ruang manuver lebih luas untuk tetap melanjutkan perdagangan energi dengan Rusia tanpa khawatir hubungan dengan AS benar-benar runtuh.

India juga kerap menyoroti standar ganda Barat, karena banyak negara Eropa masih membeli produk Rusia seperti gas, pupuk, hingga uranium. Dengan posisi tawar yang tinggi, India yakin sanksi Washington tidak akan sampai pada titik yang merusak hubungan bilateral secara total.