IDHAM.png

<p>JAKARTA, TRENASIA.ID - Mulai dari atap mal hingga klinik, tren <i>startup </i><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.id/internasional/as-ingin-kenakan-tarif-hingga-3-500-pada-panel-surya-dari-asia-tenggara">panel surya </a>di Indonesia semakin terlihat sejak 2018. Nama-nama seperti Xurya Daya Indonesia dan Suryanesia membawa konsep “<i>solar-as-a-service</i>,” di mana pengguna bisa menikmati energi surya tanpa harus keluar modal awal. Cukup bayar sewa bulanan, tagihan listrik jadi lebih ringan, dan jejak karbon ikut berkurang.</p><p>Fenomena ini semakin relevan di tengah naiknya kesadaran generasi muda soal keberlanjutan dan penghematan energi. Tapi, apakah harganya benar-benar bersaing dengan listrik PLN? Dan sejauh apa pengaruhnya pada pasokan listrik nasional? Mari kita kupas.</p><p>Xurya Daya Indonesia adalah salah satu pelopor layanan panel surya atap tanpa investasi awal. Berdiri sejak 2018, sampai pertengahan 2023 mereka telah menggarap lebih dari 100 proyek dengan produksi energi hijau mencapai 130 juta kWh. Dampaknya bukan hanya pada lingkungan, tapi juga ekonomi—tercatat sekitar 3.000 lapangan kerja baru tercipta.</p><p>Model ini juga diikuti oleh Suryanesia, yang mengusung konsep sewa panel surya atap untuk rumah dan bisnis. Dengan sistem ini, pelanggan bisa langsung merasakan penghematan tagihan listrik bulanan tanpa harus membeli panel dan instalasi yang biasanya mahal di awal.</p><ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.id/read/5-kebiasaan-minum-kopi-yang-harus-dihindari">5 Kebiasaan Minum Kopi yang Harus Dihindari</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.id/read/8-alasan-psikologis-di-balik-pembelian-barang-mewah">8 Alasan Psikologis di Balik Pembelian Barang Mewah</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.id/read/membaca-kode-bandar-saham-panduan-anti-nyangkut-buat-investor-pemula">Membaca Kode Bandar Saham: Panduan Anti Nyangkut Buat Investor Pemula</a></li></ul><h2>Perbandingan Harga Panel Surya vs Listrik PLN</h2><h3>Biaya Listrik dari Panel Surya</h3><p>Rata-rata <strong>biaya pembangkitan listrik tenaga surya (PLTS)</strong> di Indonesia pada 2022 adalah Rp1.034,52 per kWh, turun 19% dari tahun sebelumnya.</p><p>Namun, <strong>PLN</strong> mencatat <strong>Biaya Pokok Penyediaan (BPP)</strong> PLTS masih sekitar Rp4.712 per kWh (periode 2018–2022), jauh di atas pembangkitan listrik batubara (PLTU) yang hanya sekitar Rp705 per kWh.</p><p>Menariknya, ada proyek PLTS di Bali yang berhasil menekan harga jual listrik hingga di bawah US$0,06/kWh (±Rp960), bahkan lelang lain pernah mencatat angka US$0,035/kWh (±Rp560).</p><h3>Kesimpulan Singkat</h3><p>Secara rata-rata, listrik dari PLTS memang masih lebih mahal dibandingkan PLTU batubara. Tetapi, <strong>model sewa panel surya dari </strong><i><strong>startup</strong> </i>membuat harga yang dibayar pengguna bisa lebih kompetitif. Untuk bisnis kecil, kafe, atau rumah tangga, selisih biaya ini sering tertutupi oleh penghematan jangka panjang dan nilai tambah ramah lingkungan.</p><h2>Dampak <i>Startup </i>Panel Surya pada Pasokan Listrik Nasional</h2><h3>1. Diversifikasi Sumber Energi</h3><p><i>Startup </i>panel surya memperkaya bauran energi Indonesia, membantu mengejar target energi terbarukan nasional yang ditetapkan pemerintah.</p><h3>2. Desentralisasi Pembangkitan</h3><p>Dengan panel terpasang langsung di atap gedung atau rumah, energi diproduksi dekat dengan titik konsumsi. Ini mengurangi beban jaringan distribusi PLN dan risiko kehilangan energi saat transmisi.</p><p>Baca Juga: <strong>Mobil Listrik Melonjak 29 Kali Lipat, Infrastruktur SPKLU Sudah Siap?</strong></p><h3>3. Ekonomi Berkelanjutan dan Lapangan Kerja</h3><p>Contoh dari Xurya menunjukkan bahwa proyek energi bersih bisa menciptakan ribuan “green jobs” dan mendorong ekonomi lokal.</p><h3>4. Meningkatkan Kesadaran Publik</h3><p><i>Startup </i>seperti Xurya dan Suryanesia menjadi “etalase hidup” transisi energi. Mereka membantu masyarakat melihat bahwa energi bersih bisa diakses tanpa ribet atau mahal di awal.</p><ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.id/read/transformasi-ke-industri-hijau-potensi-adro-beri-kenaikan-valuasi-dan-dividen-jumbo">Transformasi ke Industri Hijau, Potensi ADRO Beri Kenaikan Valuasi dan Dividen Jumbo</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.id/read/shein-dan-maraknya-greenwashing-di-dunia-fast-fashion">Shein dan Maraknya Greenwashing di Dunia Fast Fashion</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.id/read/empat-bensin-pendorong-saham-emas-hrta-siap-ikuti-jejak-antam">Empat Bensin Pendorong Saham Emas HRTA, Siap Ikuti Jejak Antam?</a></li></ul><h2>Kesimpulan: Energi Surya Makin Masuk Akal untuk Generasi Muda</h2><p><i>Startup </i>panel surya di Indonesia sedang mengubah cara kita melihat dan menggunakan listrik. Walaupun biaya rata-rata PLTS masih di atas listrik PLN dari batubara, model sewa tanpa modal awal membuatnya terjangkau, apalagi untuk pengguna yang ingin hemat biaya sekaligus peduli lingkungan.</p><p>Generasi muda, khususnya Gen Z dan milenial, punya peran besar dalam percepatan transisi energi. Setiap keputusan memasang panel surya bukan cuma soal tagihan listrik, tapi juga investasi untuk masa depan bumi.</p><p>Kalau kamu tertarik dengan perkembangan <i>startup </i>energi bersih, pantau terus update selanjutnya di media ini—karena tren ini baru saja mulai, dan dampaknya bisa sangat besar untuk Indonesia.</p>

AMIRUDDIN ZUHRI.png

Ilustrasi panel surya Xurya Daya Indonesia.

Ilustrasi panel surya Xurya Daya Indonesia.png

Startup panel surya seperti Xurya dan Suryanesia tawarkan sewa tanpa modal awal. Simak perbandingan harga vs PLN dan dampaknya bagi listrik Indonesia.

Harga Emas Hari Ini

Panel Surya vs Listrik PLN: Mana yang Lebih Murah?