Tren Inspirasi

Rekosistem Jadi Finalis CIIC 2025, Bukti Startup Hijau Indonesia Makin Dilirik Dunia

  • Rekosistem didirikan pada 2019 oleh Ernest Christian Layman dan Joshua Valentino. Startup ini lahir dari keresahan terhadap tumpukan sampah yang tidak tertangani dengan baik, lalu menawarkan solusi dengan memadukan teknologi digital, IoT, dan machine learning.
<p>Warga memberikan sampah anorganik di drop point rekosistem yang berada di kawasan Stasiun MRT Blok M, Jakarta Selatan, Jum&#8217;at, 5 Maret 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>

Warga memberikan sampah anorganik di drop point rekosistem yang berada di kawasan Stasiun MRT Blok M, Jakarta Selatan, Jum’at, 5 Maret 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

(Istimewa)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Startup pengelola sampah Rekosistem kembali mencuri perhatian publik setelah diumumkan sebagai salah satu finalis dalam ajang Climate Impact Innovations Challenge (CIIC) 2025. Kompetisi ini digelar oleh East Ventures, firma modal ventura pionir di Asia Tenggara, bersama Temasek Foundation, lembaga filantropi asal Singapura yang fokus pada inisiatif pembangunan berkelanjutan.

CIIC 2025 disebut sebagai kompetisi inovasi teknologi iklim terbesar di Indonesia. Tahun ini, lomba tersebut menerima hampir 500 ide dari lebih dari 50 negara sebelum ditutup pada 25 Juni 2025. Dari jumlah itu, hanya segelintir inovator yang berhasil menembus tahap final, termasuk Rekosistem yang membawa misi ekonomi sirkular lewat teknologi pintar untuk mengelola sampah.

CIIC 2025 menjadi wadah bagi para inovator muda dunia untuk mencari solusi nyata terhadap tantangan iklim, terutama yang dihadapi Indonesia. Fokus kompetisi ini terbagi dalam tiga bidang besar:

  • Energy Transition: solusi transisi energi ramah lingkungan
  • Sustainable Agriculture: teknologi pertanian berkelanjutan
  • Circular Economy: inovasi daur ulang dan pemanfaatan limbah

Avina Sugiarto, Partner East Ventures, menegaskan bahwa kompetisi ini sejalan dengan DNA East Ventures yang selalu menempatkan sustainability sebagai bagian dari investasi.

“Kami senang melihat antusiasme inovator dari seluruh dunia. Tahun ini, semakin banyak solusi berbasis teknologi canggih seperti AI yang bermunculan. CIIC adalah wujud nyata komitmen kami menciptakan dampak yang berarti bagi masyarakat dan lingkungan, khususnya dalam menjawab tantangan iklim di Indonesia,” ujar Avina dalam pernyataan tertulis beberapa waktu lalu.

Kisah Rekosistem: Dari Startup Lokal Jadi Pemain Global

Rekosistem didirikan pada 2019 oleh Ernest Christian Layman dan Joshua Valentino. Startup ini lahir dari keresahan terhadap tumpukan sampah yang tidak tertangani dengan baik, lalu menawarkan solusi dengan memadukan teknologi digital, IoT, dan machine learning.

Lewat aplikasi mobile, pengguna bisa menyetorkan sampah ke Reko Waste Station atau melalui layanan jemput Repick. Setiap kontribusi akan mendapatkan Rekopoints, yang bisa ditukar dengan saldo e-wallet atau voucher belanja. Sampah yang terkumpul kemudian diproses di Reko Hub, fasilitas pemulihan material yang terhubung dengan ratusan mitra daur ulang.

Kini, Rekosistem mengelola lebih dari 4.500 ton sampah setiap bulan, melayani 90 ribu rumah tangga, dan bekerja sama dengan 200+ perusahaan. Dampaknya nyata: startup ini berhasil menurunkan emisi karbon hingga 18 ribu ton CO₂e sejak 2021, sekaligus meningkatkan pendapatan pekerja informal yang menjadi bagian dari rantai pengumpulan.

Baca Juga: 

Dukungan Investor dan Pendanaan Besar

Keseriusan Rekosistem membangun ekosistem hijau tak lepas dari dukungan investor. Pada 2023, startup ini mengamankan pendanaan senilai Rp75 miliar (US$5 juta) dari Skystar Capital, East Ventures, Provident, hingga PLN. Setahun kemudian, mereka menutup putaran Seri A senilai US$7 juta untuk memperkuat pengembangan teknologi dan memperluas jangkauan layanan.

Pendanaan tersebut digunakan untuk meningkatkan otomasi, memperluas cakupan pengolahan hingga mencakup lebih dari 70% jenis limbah, serta mendukung program Extended Producer Responsibility (EPR) yang menjadi kewajiban banyak brand besar di Indonesia.

Rekosistem dan Visi Ekonomi Sirkular Indonesia

Masuknya Rekosistem dalam CIIC 2025 sejalan dengan target nasional Indonesia yang ingin mencapai 70% pengelolaan sampah dan pengurangan 30% sampah TPA pada 2025 sebagaimana tercantum dalam Perpres 97/2017.

Melalui model bisnis sirkular, Rekosistem tak hanya fokus pada profit, tetapi juga people dan planet. Mereka menggandeng pemulung, pengepul, hingga komunitas lokal agar tercipta sistem pengelolaan sampah yang inklusif. Inovasi seperti Renergi (waste-to-energy) juga tengah dikembangkan untuk memaksimalkan pemanfaatan limbah menjadi energi alternatif.

Kenapa Anak Muda Harus Peduli?

Bagi generasi muda, isu lingkungan bukan lagi sekadar wacana, tapi sudah menyentuh kehidupan sehari-hari: mulai dari polusi udara, krisis iklim, hingga banjir akibat sampah plastik. Kehadiran startup seperti Rekosistem membuktikan bahwa teknologi bisa jadi solusi nyata jika dijalankan dengan visi keberlanjutan.

Masuknya Rekosistem dalam CIIC 2025 menjadi momentum penting: startup Indonesia kini berdiri sejajar dengan inovator global. Hal ini bisa jadi inspirasi bagi anak muda untuk ikut terlibat, entah sebagai pengguna layanan, pendiri startup baru, atau sekadar penyebar semangat hidup hijau di komunitas.