Proyeksi Ekonomi Indonesia 2026: Kejar Pertumbuhan 5,4%, Bertumpu Sektor Hijau dan Digital
- Pemerintah dan DPR menyepakati target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2026 sebesar 5,4% dengan inflasi terjaga di 2,5% dalam RAPBN. Strategi Kemenkeu fokus pada diversifikasi instrumen fiskal, sementara Bank Indonesia (BI) akan mengelola suku bunga untuk menjaga stabilitas moneter. Pertumbuhan akan didorong oleh penguatan konsumsi domestik (UMKM), investasi infrastruktur, serta pertumbuhan pesat di ekonomi hijau dan digital. Total target penerimaan negara diproyeksikan mencapai Rp3.147,7 triliun.

Maharani Dwi Puspita Sari
Author


Warga menikmati waktu bersantai di Hutan Kota Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, Minggu, 30 Agustus 2020. Ruang terbuka hijau di tengah kawasan Ibu Kota tersebut menjadi salah satu tempat wisata alternatif bagi warga, khususnya kaum mileneal yang gemar berswafoto dan piknik menikmati senja disore hari. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
(Istimewa)JAKARTA, TRENASIA.ID - Pemerintah dan otoritas moneter memetakan arah ekonomi Indonesia untuk tahun 2026. Target pertumbuhan dipatok 5,2–5,4%, sementara berbagai kebijakan fiskal dan transformasi struktural disiapkan untuk menjaga momentum pemulihan sekaligus menghadapi risiko global.
Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun 2026, Kemenkeu bekerja sama erat dengan seluruh anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Adapun fokus utama yang diterapkan dalam kebijakan ini adalah menciptakan kondisi ekonomi yang tidak hanya stabil, tetapi juga bisa menstimulasi pertumbuhan.
Dikutip dari laman Kemenkeu, Selasa, 25 November 2025, pemerintah mengambil langkah konkret yang ditempuh meliputi diversifikasi instrumen fiskal, dari sisi belanja negara, pembiayaan, dan instrumen dari sisi penerimaan seperti instrumen pajak untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Dalam konferensi per APBN KiTa beberapa waktu lalu, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan APBN akan tetap efektif sebagai instrumen kebijakan aktualisasi keuangan ekonomi.
Purbaya menegaskan ke depannya Kemenkeu akan melakukan eksekusi secara hati-hati, disiplin, dan sesuai dengan kebutuhan yang ada. “Segala bentuk pendanaan maupun pengeluaran yang berada di bawah tanggung jawab akan diawasi secara ketat guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.”
Sebelumnya, pemerintah bersama Komisi XI DPR telah menyepakati asumsi dasar ekonomi dalam RAPBN 2026, antara lain:
- Pertumbuhan ekonomi ditargetkan mencapai 5,4% secara tahunan, dengan inflasi tetap terjaga di kisaran 2,5%. Nilai tukar rupiah diproyeksikan berada pada level Rp16.500 per dolar AS, sementara imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun diperkirakan stabil di sekitar 6,9% untuk menjaga ketahanan ekonomi menghadapi tekanan global.
- Rapat kerja tersebut juga menetapkan sasaran pembangunan nasional. Tingkat pengangguran ditargetkan turun ke rentang 4,44%–4,96%, kemiskinan ekstrem ditekan hingga 0%–0,5%, dan Gini Ratio dipertahankan pada 0,377–0,380. Pemerintah menargetkan kesejahteraan petani ikut meningkat dengan Indeks Nilai Tukar Petani yang diproyeksikan mencapai 0,7731.
- Dari sisi komponen pertumbuhan ekonomi, konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat 5,2%, konsumsi pemerintah tumbuh 4,3%, serta investasi naik 5,2%. Sementara itu, ekspor diprediksi berkembang 6,7% dan impor meningkat 7,2%.
- Untuk pendapatan negara, pemerintah menetapkan target penerimaan sebesar Rp3.147,7 triliun pada 2026. Target tersebut mencakup penerimaan pajak Rp2.357,7 triliun, kepabeanan dan cukai Rp334,3 triliun, PNBP Rp455 triliun, serta hibah Rp0,7 triliun.
- Komisi XI DPR bersama pemerintah juga menyetujui total target penerimaan perpajakan dalam RAPBN 2026 sebesar Rp2.692 triliun, yang terdiri dari penerimaan pajak Rp2.357,7 triliun dan penerimaan bea-cukai senilai Rp334,4 triliun.
Seluruh target ini mengindikasikan bahwa 2026 diproyeksikan sebagai tahun ekspansi moderat dengan dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang pro-growth. Bank Indonesia (BI) akan menggunakan proyeksi makro ekonomi 2026 sebagai panduan utama kebijakan moneter.
Fokus utama BI adalah mengelola suku bunga secara hati-hati guna memastikan inflasi berada dalam rentang target. Stabilitas nilai tukar Rupiah dan likuiditas sistem keuangan juga menjadi prioritas, terutama untuk menjaga kepercayaan investor dan kelancaran intermediasi perbankan.
Sejalan dengan hal tersebut, penyaluran kredit ke sektor produktif khususnya UMKM dan sektor prioritas nasional akan terus ditingkatkan melalui bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran.
Kontribusi konsumsi domestik, yang selama ini menyumbang lebih dari 53% terhadap PDB, diperkirakan kembali menguat pada 2026. Stabilitas harga, kenaikan pendapatan, serta pembiayaan yang semakin inklusif menjadi faktor utama yang mendukung daya beli.
Di tahun depan, UMKM diprediksi menjadi penggerak ekonomi dengan transformasi digital yang makin masif, baik dalam pemasaran, produksi, maupun pembiayaan.
Sejumlah sektor diproyeksikan menjadi motor ekonomi pada 2026:
- Pembangunan infrastruktur energi, transportasi, logistik, dan smart city terus menjadi magnet investasi, membuka peluang lapangan kerja baru dan memperkuat produktivitas nasional.
- Ekonomi hijau yang diproyeksikan dari adanya industri kendaraan listrik, proyek energi terbarukan, hingga pembiayaan hijau diperkirakan tumbuh signifikan seiring percepatan transisi energi global dan komitmen penurunan emisi.
- Aktivitas digital commerce yang dilakukan melalui layanan keuangan berbasis teknologi, penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam bisnis, hingga industri kreatif akan memberi kontribusi besar terhadap PDB.
- Pariwisata dan ekonomi lokal yang diprediksi akan tumbuh lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Efek berantai ke ekonomi lokal mulai dari kuliner, akomodasi, transportasi, hingga kerajinan diharapkan semakin kuat dan mampu menopang pertumbuhan ekonomi secara tepat.
Dengan proyeksi tersebut, prospek ekonomi Indonesia pada 2026 dinilai tetap positif. Kombinasi stabilitas moneter, penguatan konsumsi, percepatan digitalisasi, dan dorongan investasi menjadi modal penting bagi Indonesia untuk menjaga momentum pertumbuhan di tengah ketidakpastian global.

Chrisna Chanis Cara
Editor
