Tren Pasar

Proyek Smelter Tekan Kinerja AMMN: Utang Bengkak 32,9 Persen Arus Kas Minus Segini

  • Liabilitas Amman Mineral (AMMN) melonjak 33% di kuartal III-2025. Produksi smelter belum optimal, menekan laba dan arus kas perusahaan.
amman-mineral-amnt (1).jpg
Kegiatan produksi di tambang PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN). (Dok/AMMN)

JAKARTA, TRENASIA.ID – PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) mencatat lonjakan liabilitas signifikan sepanjang kuartal III-2025. Kenaikan utang terjadi di tengah tekanan kinerja keuangan akibat belum optimalnya produksi smelter tembaga yang masih dalam tahap penyelesaian akhir.

Total liabilitas AMMN per 30 September 2025 mencapai US$7,81 miliar. Angka ini naik 32,9% dibandingkan posisi US$5,87 miliar pada akhir 2024. Lonjakan ini memicu peningkatan beban keuangan yang signifikan dan menekan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan.

Melalui keterbukaan informasi pada Kamis, 30 Oktober 2025, manajemen AMMN menyampaikan bahwa aktivitas tambang tetap berjalan normal. Namun, perusahaan mengakui adanya hambatan teknis dalam proses produksi smelter yang berdampak terhadap pendapatan.

1. Rincian Kenaikan Liabilitas

Kenaikan utang terutama disumbang oleh pinjaman bank jangka panjang. Pos ini tercatat melonjak dari US$3,81 miliarmenjadi US$5,73 miliar per akhir September 2025, menunjukkan kebutuhan dana besar untuk mempercepat pembangunan fasilitas smelter.

Peningkatan pinjaman ini berdampak langsung pada beban keuangan perseroan. Sepanjang sembilan bulan pertama 2025, beban keuangan AMMN tercatat sebesar US$283,3 juta, naik dari US$202,9 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.

2. Dampak pada Kinerja Operasional

Kinerja laba perusahaan juga berbalik arah secara signifikan. Hingga September 2025, AMMN membukukan rugi bersih sebesar US$175 juta. Angka ini berbanding terbalik dengan laba bersih US$719,7 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Penurunan tajam ini sejalan dengan melemahnya pendapatan. Pendapatan bersih AMMN tercatat anjlok hingga 78%, menjadi US$545 juta dari US$2,49 miliar pada 2024. Ini utamanya disebabkan oleh belum optimalnya kontribusi dari fasilitas smelter.

3. Tekanan pada Arus Kas

Tekanan keuangan juga terlihat jelas pada arus kas. Arus kas dari aktivitas operasi berbalik negatif US$888 juta. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya perusahaan masih mencatat arus kas positif US$598 juta, menunjukkan adanya kebutuhan modal kerja yang besar.

4. Implikasi pada Struktur Permodalan

Dari sisi permodalan, total ekuitas AMMN turun menjadi US$5,00 miliar dari US$5,25 miliar di akhir 2024. Penurunan ini disebabkan oleh akumulasi rugi bersih serta adanya pembelian saham treasuri senilai US$48,4 juta oleh perusahaan.

Dengan total liabilitas yang meningkat, rasio utang terhadap ekuitas (DER) AMMN kini mencapai sekitar 1,56 kali. Angka ini naik signifikan dari 1,12 kali pada akhir tahun lalu, yang menunjukkan peningkatan level leverage perusahaan.

5. Komitmen Penyelesaian Proyek

Meski menghadapi tekanan keuangan dan operasional, manajemen AMMN menegaskan bahwa proyek smelter tetap menjadi prioritas utama. Proyek ini dinilai penting untuk mendukung kebijakan hilirisasi nasional dan memperkuat nilai tambah mineral domestik.

“Perseroan tetap tangguh menghadapi tantangan dan berkomitmen menyelesaikan proyek hilirisasi sesuai rencana,” tulis manajemen dalam keterangan resminya. Proyek smelter Batu Hijau ini diharapkan dapat memperbaiki kinerja keuangan dalam jangka menengah.