Tren Pasar

MSCI Tekan Saham Konglo, Blue Chip Justru Jadi Incaran Asing

  • Perubahan free float MSCI membuat saham konglomerasi melemah. Namun IHSG menguat, dengan aliran dana asing berfokus ke saham berfundamental kuat.
Ilustrasi IHSG Bursa Efek Indonesia-09.jpg
Karyawan melintas di dekat layar daftar perusahaan member IDX yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa, 7 Juni 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Sejumlah saham milik kelompok konglomerasi kompak terkoreksi setelah MSCI pada 27 Oktober 2025 mengumumkan perubahan metode penghitungan free float untuk pasar Indonesia. 

Mengutip risetnya Rabu 29 Oktober 2025, tim analis Bareksa menilai kebijakan terbaru tersebut, kepemilikan korporasi dan kategori “others” akan digolongkan sebagai non-free float. Perubahan ini berpotensi menurunkan bobot saham Indonesia di indeks global dan memicu aliran dana keluar (capital outflow).

Koreksi terjadi pada sejumlah saham besar terkait Grup Djarum, Agung Sedayu (Aguan), Hary Tanoe, Bakrie, Barito Group, hingga Hapsoro, dengan penurunan mencapai lebih dari 10%. Meski demikian, peluang penurunan suku bunga acuan The Federal Reserve sebesar 25 bps pada 29 Oktober 2025—dengan probabilitas mendekati 100% memberikan ruang munculnya sentimen positif di pasar keuangan.

Top 5 Net Buy Asing

Saham
 
Net Buy Asing
 
BBCARp2,7 triliun
ASIIRp780 miliar
TLKMRp664 miliar
BBRIRp312 miliar
BMRIRp295 miliar

Sumber: IDX, Tim Analis Bareksa, periode 20-24 Oktober 2025

Dinamika Pasar

Tekanan jual pada saham konglomerasi berlangsung bersamaan dengan rotasi aliran dana asing ke saham berfundamental kuat. Pada periode 20–24 Oktober 2025, IHSG justru menguat 4,5% ke level 8.271, disertai masuknya dana asing sebesar Rp3,08 triliun.

Lima saham dengan nilai pembelian bersih (net buy) asing tertinggi adalah BBCA, ASII, TLKM, BBRI, dan BMRI. Hal ini menunjukkan investor kembali menitikberatkan pada fundamental dan prospek jangka panjang. Penurunan suku bunga berpotensi memperkuat kinerja sektor perbankan, properti, dan semen, seiring turunnya biaya kredit, meningkatnya permintaan KPR, serta pulihnya aktivitas konstruksi.

Kondisi ini menjadi momentum untuk melakukan penyesuaian portofolio. Saham-saham sensitif terhadap perubahan suku bunga seperti BBCA, BBRI, BMRI, BBNI, CTRA, BSDE, dan SMGR berpeluang mencatatkan penguatan ketika kebijakan moneter longgar diberlakukan.

Tabel: Rekomendasi Saham untuk Trading & Investasi

Kode Saham
 
Last Price
 
Target Price - Trading
 
Target Price - Investasi
 
Upside to Invest
 
BBCA8.3508.500 - 8.70011.00032,9%
BBRI3.8603.900 - 4.0004.50021,0%
BMRI4.4704.700 - 4.8005.00015,2%
BBNI4.3704.500 - 4.6005.00014,4%
CTRA900925 - 9501.30033,3%
BSDE9601.000 - 1.0501.20025,0%
SMGR2.7402.800 - 2.9003.0009,5%

Sumber: Bareksa, last price per 27 Oktober 2025