Tren Pasar

Operasi Freeport Gangguan, Analis: Dampak ke Laba ANTM Hanya Turun Tipis

  • Force majeure di tambang raksasa Freeport sempat bikin pasar waswas. Namun, analis BRI Danareksa menilai dampaknya ke laba PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) hanya terbatas, bahkan masih direkomendasikan “Beli” dengan target harga Rp4.100.
<p>Proses pemurnian emas di smelter PT Aneka Tambang (Persero) Tbk alias Antam / Facebook @OfficialAntam</p>

Proses pemurnian emas di smelter PT Aneka Tambang (Persero) Tbk alias Antam / Facebook @OfficialAntam

(Istimewa)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Kabar lumpuh-nya operasional tambang raksasa Grasberg milik PT Freeport Indonesia (PTFI) sontak memicu kekhawatiran di pasar. Sentimen negatif ini secara langsung menyeret PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), yang baru saja beralih mengandalkan pasokan emas domestik dari Freeport.

Freeport secara resmi telah menghentikan operasinya pada September 2025 dan mendeklarasikan force majeure. Mereka bahkan mengindikasikan adanya potensi penurunan output hingga 35% pada tahun 2026, sebuah 'badai' besar bagi rantai pasok logam mulia nasional.

Namun, di tengah kepanikan ini, analis dari BRI Danareksa Sekuritas justru memberikan pandangan yang menenangkan. Lantas, seberapa besar sebenarnya dampak dari 'badai' Freeport ini bagi ANTM dan kenapa analis justru tetap optimistis? Mari kita bedah tuntas.

1. Kalkulator Analis: Dampak ke Laba ANTM Ternyata Terbatas

BRI Danareksa Sekuritas telah melakukan analisis sensitivitas untuk menghitung seberapa besar 'luka' yang akan diterima ANTM. Hasilnya cukup mengejutkan: dampak terhadap laba bersih ANTM pada 2026 diperkirakan hanya akan turun sekitar 2,1% hingga 5,7%.

Angka penurunan ini dinilai sangat terbatas dan tidak akan mengganggu fundamental perusahaan secara signifikan. Perhitungan ini dibuat berdasarkan skenario penurunan volume penjualan antara 20% hingga 50% dari asumsi dasar yang telah ditetapkan oleh para analis.

“Kami telah melakukan analisis sensitivitas terhadap laba ANTM untuk menilai dampak penurunan volume penjualan akibat terganggunya pasokan dari Freeport,” tulis analis BRI Danareksa Sekuritas, Erindra Krisnawan dan Naura Reyhan Muchlis dalam risetnya pada Kamis, 2 Oktober 2025.

2. Benteng Pertahanan ANTM: Berkah dari Bisnis Nikel

Lalu, kenapa dampaknya tidak terlalu besar? Jawabannya terletak pada 'benteng pertahanan' ANTM yang lain, yaitu bisnis nikel. Menurut analis, laba ANTM pada 2026 justru lebih sensitif terhadap pergerakan harga bijih nikel, bukan volume emas.

Saat ini, harga bijih nikel bertahan di level US$52/wmt, lebih tinggi dari asumsi yang digunakan oleh para analis sebesar US$51/wmt. Kekuatan di bisnis nikel inilah yang akan menjadi 'bantalan' atau penopang kinerja perusahaan.

Kinerja bisnis nikel yang kuat dinilai akan mampu mengkompensasi potensi penurunan laba dari segmen emas. “Menurut pandangan kami, laba ANTM pada 2026 tetap lebih sensitif terhadap prospek harga bijih nikel,” jelas Erindra.

3. Fondasi Kuat dari Kinerja Semester I

Optimisme ini juga didasari oleh fondasi kinerja ANTM yang sudah sangat kuat pada paruh pertama tahun ini. Volume penjualan emas perusahaan pada semester I-2025 berhasil melonjak 83,5% menjadi 29,3 ton, menunjukkan permintaan domestik yang sangat tinggi.

Kuatnya permintaan dan harga emas yang tinggi telah mendukung margin bisnis penjualan emas ANTM tetap sehat di kisaran 6,5-7%. Kinerja yang solid inilah yang memberikan keyakinan bahwa ANTM memiliki fundamental yang cukup kuat untuk melewati 'badai'.

Manajemen ANTM sendiri telah memberikan panduan volume penjualan emas yang lebih konservatif untuk sisa tahun ini. Mereka menargetkan volume penjualan di rentang 1,5 hingga 2,0 ton per bulan, dengan mempertimbangkan prioritas pasokan domestik.

4. Rekomendasi Analis: Tetap 'Beli' dengan Target Harga Rp4.100

Dengan mempertimbangkan semua faktor ini, BRI Danareksa Sekuritas dengan yakin mempertahankan rekomendasi "Beli" untuk saham ANTM. Mereka melihat bahwa risiko dari gangguan pasokan Freeport hanya akan berdampak terbatas terhadap profitabilitas perusahaan secara keseluruhan.

Target harga saham ANTM pun tetap dipatok di level yang sangat tinggi, yaitu Rp4.100. Target ini didasarkan pada valuasi forward PE 12,6 kali, menunjukkan keyakinan pada prospek pertumbuhan perusahaan di masa depan.

Meskipun ada risiko penurunan sebesar 2,4-4,9% jika skenario terburuk terjadi, potensi kenaikan dinilai masih jauh lebih besar. Risiko utamanya kini adalah jika terjadi pelemahan harga bijih nikel dan gangguan pasokan Freeport yang berkepanjangan.