JP Morgan Targetkan IHSG 8.600, Optimisme Tinggi di Tengah Asing Kabur
- JP Morgan memproyeksikan IHSG melesat ke 8.600 dalam 12 bulan, bahkan berpotensi 9.000. Namun, paradoks muncul karena investor asing justru keluar Rp7,7 triliun. Apa alasan di balik optimisme ini?

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Raksasa perbankan investasi global, JP Morgan, baru saja merilis 'vonis' super optimistis untuk pasar saham Indonesia. Dalam riset terbarunya, mereka secara dramatis menaikkan target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi 8.600 dalam 12 bulan ke depan, sebuah lonjakan masif dari target sebelumnya.
Namun, di sinilah letak anomali yang menarik. Proyeksi super bullish ini dirilis di tengah fakta bahwa investor asing justru tercatat 'kabur' dari pasar saham Indonesia, dengan arus keluar dana mencapai US$473 juta pada kuartal berjalan.
Fenomena ini tentu memicu pertanyaan besar: apa yang sebenarnya dilihat oleh JP Morgan yang tidak dilihat oleh investor asing, dan apa saja 'bensin' pendorong di balik ramalan optimistis ini? Mari kita bedah tuntas.
1. Vonis Baru JP Morgan: Target IHSG 8.600!
Dalam laporan bertajuk "Indonesia Equity Strategy" yang dirilis pada 27 September 2025, JP Morgan menaikkan target IHSG 12 bulan ke depan menjadi 8.600. Angka ini merupakan revisi yang sangat signifikan dari target sebelumnya di level 6.100.
Bahkan, dalam skenario paling optimistis (bull case), mereka melihat IHSG berpotensi terbang lebih tinggi lagi hingga ke level 9.000. Skenario ini didasari oleh asumsi pertumbuhan laba emiten sebesar 5% dan penguatan Rupiah ke kisaran Rp16.200.
Namun, mereka juga memberikan skenario pesimistis (bear case). Jika tekanan pada penerimaan negara, konsumsi, dan nilai tukar terus berlanjut, IHSG berisiko untuk kembali anjlok ke level 6.600.
2. Paradoks Aliran Dana: Asing Jual, Ritel dan Domestik yang Nopang
Revisi target ini terasa kontras jika melihat data aliran dana. JP Morgan mencatat bahwa reli IHSG sebesar 27% dalam enam bulan terakhir ternyata bukan didorong oleh dana asing, melainkan oleh kekuatan investor domestik dan ritel.
Partisipasi investor ritel pada Juli-Agustus bahkan mencapai 50-52%, level tertinggi sejak Maret 2022. Ini menunjukkan bahwa di saat asing ragu-ragu, para investor lokal justru dengan berani 'menyerok' pasar.
Sementara itu, investor asing justru mencatatkan arus keluar bersih (net outflow) sebesar US$473 juta pada kuartal berjalan. Ketidakpastian domestik dan proyeksi pertumbuhan laba yang negatif untuk tahun ini menjadi alasan utama di balik aksi jual asing.
3. Tapi Valuasi Murah dan Banjir Likuiditas
Lalu, kenapa JP Morgan begitu yakin? 'Bensin' pendorong pertama adalah valuasi pasar Indonesia yang dinilai masih relatif murah. Meskipun sudah reli, valuasi yang atraktif ini diyakini akan menjadi 'magnet' bagi kembalinya arus dana asing.
'Bensin' kedua adalah membaiknya likuiditas. Bank Indonesia telah secara agresif memangkas suku bunga acuannya sebesar 125 basis poin sepanjang tahun ini, dan diperkirakan akan ada pemangkasan lanjutan pada Oktober dan November.
Ditambah lagi dengan penempatan dana pemerintah sebesar Rp200 triliun ke bank-bank BUMN, likuiditas di pasar diperkirakan akan semakin melimpah. Hal inilah yang akan menjadi bahan bakar utama bagi penguatan pasar saham ke depan.
4. Laba Emiten Siap Comeback
Meskipun pertumbuhan laba korporasi tahun ini diperkirakan akan terkontraksi sekitar -5%, JP Morgan memproyeksikan akan terjadi rebound atau pembalikan arah yang kuat pada tahun depan. Laba emiten diramal akan kembali tumbuh di rentang 5% hingga 10%.
"Fundamental pertumbuhan laba tetap kunci. Kalau perusahaan bisa tumbuh 50% dalam tiga tahun, investor rela membayar lebih mahal. Tapi kalau tidak ada pertumbuhan, momentumnya hanya sesaat," ujar Henry Wibowo, Head of Indonesia Research & Strategy JP Morgan.
Optimisme ini juga didukung oleh langkah-langkah Menteri Keuangan Purbaya yang meluncurkan lima program quick win. Program ini diperkirakan akan memperbaiki situasi fiskal dan mendukung pemulihan laba para emiten.

Alvin Bagaskara
Editor
