Tren Pasar

Manajemen TPIA Akhirnya Buka Suara Soal Laba Fantastis Rp20,8 Triliun

  • Setelah ditunggu, manajemen Chandra Asri Pacific (TPIA) akhirnya konfirmasi asal-usul laba jumbo Rp20,8 triliun semester I-2025 yang mengejutkan investor.
Kawasan PT Chandra Asri - Panji 1.jpg
Salah satu pabrik PT Chandra Asri di kawasan Cilegon Banten. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Emiten petrokimia milik Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), merilis rapor keuangan semester I-2025 yang hasilnya benar-benar di luar nalar. Perusahaan sukses membalikkan kondisi dari yang semula rugi menjadi laba bersih US$1,27 miliar (sekitar Rp20,8 triliun).

Namun, jika dibedah lebih dalam, ledakan profitabilitas ini ternyata bukan berasal dari peningkatan penjualan produk kimia. Resep rahasia di baliknya adalah sebuah manuver akuntansi tingkat tinggi yang berasal dari akuisisi aset raksasa Shell di Singapura dengan harga miring.

Lantas, apa sebenarnya manuver ini dan bagaimana TPIA kini mulai merevitalisasi harta karun barunya? Mari kita bedah tuntas lima poin penting dari laporan keuangan emiten anyar Grup Barito ini.

1. Manuver Akuntansi Bernama Negative Goodwill

Juru selamat utama di balik ledakan laba ini adalah pencatatan keuntungan dari pembelian dengan harga rendah (bargain purchase accounting). Fenomena yang juga dikenal sebagai negative goodwill ini terjadi ketika sebuah perusahaan berhasil membeli aset dengan harga jauh lebih murah dari nilai wajarnya.

Selisih antara harga beli yang murah dan nilai wajar aset yang tinggi itulah yang kemudian diakui sebagai keuntungan. Inilah yang menjadi sumber utama dari lonjakan laba fantastis yang dicatatkan oleh TPIA pada periode ini.

Chief Financial Officer TPIA, Andre Khor, secara terbuka mengakui hal ini. "Kontributor utama pencapaian ini adalah pencatatan keuntungan dari pembelian dengan harga rendah (bargain purchase accounting) atau negative goodwill yang berasal dari akuisisi tersebut," kata Andre dalam rilis resminya dikutip pada Rabu, 1 Oktober 2025.

2. Akuisisi Murah Meriah Aset Shell di Singapura

Harta karun ini berasal dari akuisisi 100% saham Shell Singapore Energy Park Pte. Ltd. pada 1 April 2025. Akuisisi ini dilakukan melalui perusahaan patungan TPIA dengan Glencore, yaitu CAPGC Pte. Ltd., dengan total biaya hanya US$253,74 juta.

Setelah diakuisisi, perusahaan tersebut diubah namanya menjadi Aster Chemicals and Energy Pte. Ltd. (ACE). Akuisisi murah meriah inilah yang kini menjadi fondasi utama bagi TPIA untuk memasuki bisnis kilang dan memperluas lini produk kimianya secara signifikan.

Manajemen bahkan memproyeksikan akuisisi ini akan mengerek pertumbuhan pendapatan TPIA hingga 5 kali lipat. Selain itu, kapasitas produksi perusahaan juga diperkirakan akan ikut berlipat ganda menjadi 8,5 juta ton pada tahun 2025 mendatang.

3. Mesin Uang Baru Mulai Direvitalisasi

TPIA dan Glencore ternyata tidak hanya diam setelah mendapatkan aset diskon ini. Mereka langsung mengumumkan investasi baru senilai US$125 juta (sekitar Rp2 triliun) untuk merevitalisasi infrastruktur utama di fasilitas Aster, Singapura.

Investasi ini akan difokuskan untuk memodernisasi infrastruktur Single Buoy Mooring (SBM) dan jalur pipa bawah laut. Fasilitas ini adalah urat nadi utama bagi kapal tanker raksasa untuk menyalurkan minyak mentah ke kilang.

Direktur Proyek & Teknologi Aster, Mashhad Dohadwala, menegaskan pentingnya proyek ini. “Kami percaya infrastruktur yang kokoh adalah tulang punggung kemajuan ekonomi...mendukung pertumbuhan dan daya saing Singapura,” ujarnya, menunjukkan komitmen jangka panjang.

4. Neraca Keuangan yang Semakin Gendut

Akuisisi aset raksasa ini secara langsung membuat neraca keuangan Chandra Asri Group menjadi semakin besar. Total aset perusahaan per 30 Juni 2025 kini tercatat mencapai US$10,7 miliar, sebuah lonjakan yang sangat signifikan dari periode sebelumnya.

Penambahan aset ini dinilai akan memberikan nilai tambah yang luar biasa bagi perusahaan. "Hal ini mencerminkan nilai tambah yang luar biasa dari aksi korporasi kami baru-baru ini, yang tidak hanya mendorong kinerja kami namun juga memperkuat struktur neraca keuangan," sambung Andre Khor.

5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?

Bagi investor, fenomena ini adalah pelajaran penting. Lonjakan laba US$1,27 miliar ini sebagian besar adalah keuntungan akuntansi satu kali (one-off) dan tidak akan berulang setiap periode. Investor tidak bisa mengekstrapolasikan laba ini untuk valuasi jangka panjang.

Cerita investasi yang sesungguhnya justru terletak pada strategi jangka panjang di balik akuisisi Aster. Keberhasilan TPIA dan Glencore dalam merevitalisasi dan mengoptimalkan aset diskon inilah yang akan menjadi penentu kinerja fundamental perusahaan di masa depan.

Langkah investasi US$125 juta yang baru diumumkan adalah bukti pertama dari komitmen tersebut. Pasar kini akan terus mencermati seberapa efektif eksekusi dari rencana-rencana ini untuk bisa menciptakan sumber pendapatan baru yang berkelanjutan bagi TPIA.