Tren Pasar

Kaleidoskop Bursa 2025: Saat IPO Jadi Panggung Pesta di Tengah Selektifnya Pasar

  • Kaleidoskop Bursa Saham 2025: 26 emiten baru himpun Rp18,11 triliun. Saham COIN terbang 3.750%, kontras dengan emiten yang boncos 46%.
Aktifitas Bursa Saham - Panji 4.jpg
Pekerja berjalan di depan layar yang menampilkan pergerakan saham di Mail Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta 17 Oktober 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Perjalanan Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang tahun 2025 diwarnai oleh kontras yang tajam. Saat saham-saham papan atas atau blue chip cenderung bergerak lambat dan terkoreksi, panggung pasar saham justru dimeriahkan oleh aksi korporasi di pasar perdana atau Initial Public Offering (IPO).

Meskipun secara jumlah emiten baru mengalami penurunan drastis ke level terendah dalam delapan tahun terakhir, minat investor terhadap saham baru ternyata tidak surut. Hal ini tercermin dari lonjakan nilai dana yang dihimpun serta volatilitas harga ekstrem yang mencetak keuntungan ribuan persen.

IPO menjadi oase tersendiri bagi para pemburu capital gain tahun ini. Berikut adalah 5 catatan utama kaleidoskop bursa saham 2025 yang didominasi oleh fenomena emiten pendatang baru.

1. Anomali Kuantitas vs Kualitas

Bursa saham tahun 2025 mencatat fenomena unik di mana jumlah perusahaan yang melantai menyusut tajam. Hanya terdapat 26 emiten baru yang masuk ke pasar, jumlah paling sedikit sejak 2017 dan turun jauh dibandingkan 79 emiten pada tahun 2023.

Namun, penurunan kuantitas ini dibayar lunas dengan kualitas nilai emisi yang jumbo. Total dana yang berhasil dihimpun dari pasar mencapai Rp18,11 triliun, tumbuh signifikan sebesar 26,2% dibandingkan tahun 2024 yang hanya mencatatkan nilai emisi Rp14,35 triliun.

Data ini menunjukkan bahwa pasar saham tahun ini didominasi oleh emiten berskala menengah hingga besar. Investor cenderung lebih selektif menyerap saham baru, namun berani menaruh modal besar pada aset yang dinilai prospektif. "Jumlah emiten baru pada 2025 yang mencapai 26 perusahaan merupakan yang paling sedikit," catat statistik BEI dikutip TrenAsia pada Senin, 22 Desember 2025. 

2. Pesta Pori di Saham COIN

Di tengah pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang moderat, saham IPO menjadi arena pesta pora bagi para trader. Saham PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) menjadi fenomena bursa paling liar tahun ini dengan kenaikan fantastis mencapai 3.750%.

Melantai dengan harga penawaran Rp100, saham COIN terbang hingga menyentuh level Rp3.850 pada penutupan perdagangan pertengahan Desember. Kenaikan ribuan persen ini jauh melampaui imbal hasil instrumen investasi manapun yang tersedia di pasar modal domestik sepanjang tahun 2025.

Selain COIN, saham PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) dan PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) juga memberikan cuan ratusan persen. Volatilitas tinggi di saham-saham baru ini menjadi magnet likuiditas harian bursa. Mayoritas saham pendatang baru melaju kencang, dipimpin oleh saham COIN.

3. Raksasa Tambang dan Bank Digital

Pasar saham tahun 2025 juga kedatangan emiten-emiten kelas kakap yang langsung masuk jajaran elite kapitalisasi pasar. PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS), anak usaha MDKA, menjadi emiten dengan nilai IPO terbesar tahun ini senilai Rp4,65 triliun.

Kehadiran emiten jumbo ini menjaga bobot pasar tetap seimbang. Selain sektor tambang, sektor perbankan digital juga kembali bergairah dengan masuknya PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) di penghujung tahun yang meraup dana publik sebesar Rp2,79 triliun.

Masuknya perusahaan dengan fundamental aset besar ini memberikan kedalaman bagi pasar saham Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa bursa efek masih menjadi pilihan utama korporasi besar untuk penggalangan dana ekspansi. Nilai IPO triliunan rupiah juga dihimpun oleh PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk.

4. Sisi Gelap Saham Baru

Tidak semua kisah IPO tahun 2025 berakhir manis. Bursa saham juga mencatat sejumlah emiten baru yang justru membuat investornya merugi dalam atau "boncos". Kinerja buruk ini menjadi pengingat bahwa risiko di pasar perdana tetaplah tinggi dan nyata.

Saham PT Raja Roti Cemerlang Tbk (BRRC) mencatatkan kinerja terburuk dengan penurunan harga hingga 46,66% dari harga perdananya. Diikuti oleh PT Jantra Grupo Indonesia Tbk (KAQI) yang tergerus 40,67% dan PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH) minus 37,87%.

Penurunan tajam ini terjadi di tengah euforia pasar terhadap saham IPO lainnya. Hal ini menegaskan pentingnya analisis fundamental dan tidak sekadar ikut-ikutan tren atau fear of missing out (FOMO) saat berburu saham baru. Nasib berbeda dialami oleh saham BRRC, KAQI, dan DKHH yang masing-masing merosot.

5. Penutup Tahun yang Agresif

Aktivitas bursa saham tetap panas hingga bulan terakhir tahun 2025. Desember menjadi bulan sibuk dengan masuknya dua emiten strategis, yakni PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) dan PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO).

Kedua emiten ini sukses melantai dengan hasil yang positif. Saham SUPA berhasil naik 93,7% sejak pencatatan perdana pada 17 Desember, sementara RLCO yang melantai lebih awal mencatatkan lonjakan harga hingga 691% ke level Rp1.330.

Momentum positif di akhir tahun ini memberikan sinyal optimisme untuk perdagangan tahun 2026. Likuiditas pasar terbukti masih tersedia cukup besar untuk menyerap aksi korporasi di penghujung periode buku.