Dolar Makin Mahal, Rupiah Boncos: Apa Sih yang Terjadi dan Efeknya Buat Kita?
- Nilai tukar Rupiah melemah ke Rp16.680 per Dolar AS akibat blunder bank BUMN dan tekanan global. Simak penjelasan Menkeu, langkah intervensi BI, serta dampaknya bagi harga barang impor, liburan luar negeri, dan tabunganmu.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Lagi asyik nabung buat beli gadget baru, sneakers impor, atau rencana liburan ke luar negeri, tapi kok rasanya Dolar AS makin mahal, ya? Yup, kamu nggak salah lihat. Beberapa hari terakhir ini, nilai tukar Rupiah memang sedang melemah.
Pada perdagangan Senin, 29 September 2025, Rupiah sempat ditutup di level Rp16.680 per Dolar AS. Pelemahan ini tentu bikin pusing, apalagi buat kita yang suka jajan atau belanja barang dari luar.
Ternyata, di balik melemahnya Rupiah ini, ada drama seru yang melibatkan Menteri Keuangan baru, bank-bank BUMN, dan Bank Indonesia. Lantas, apa sih penyebabnya dan apa dampaknya buat kantong kita? Yuk, kita bedah!
1. Penyebabnya Menurut Menkeu: Blunder Bank BUMN
Menurut Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa, salah satu penyebab utama yang membuat Rupiah melemah adalah adanya blunder dari bank-bank BUMN (Himbara). Mereka secara sepihak menaikkan bunga deposito valas, yang bikin investor kaget dan panik.
Purbaya menegaskan bahwa kebijakan tersebut bukan instruksi dari pemerintah. Ia optimistis, setelah pasar paham bahwa ini bukan kebijakan resmi, Rupiah akan kembali menguat.
"Jadi seharusnya rupiah akan menguat. Kalau kita lihat... artinya yang tadinya mau tukar rupiah ke dolar enggak jadi karena ternyata masih tinggi rupiah bunganya," jelas Purbaya di Bogor pada Senin, 29 September 2025.
2. Jurus Sakti Bank Indonesia
Di tengah gejolak ini, Bank Indonesia (BI) sebagai penjaga gawang Rupiah langsung turun tangan. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa BI akan terus berada di pasar untuk melakukan intervensi dan menjaga agar nilai tukar Rupiah tidak longsor terlalu dalam.
Istilah kerennya, BI akan cawe-cawe di pasar. Mereka akan menggunakan berbagai jurus seperti transaksi spot dan intervensi di pasar luar negeri untuk memastikan Rupiah tetap stabil sesuai dengan nilai fundamentalnya.
"Bank Indonesia menggunakan seluruh instrumen yang ada secara bold... secara terus menerus," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam siaran resminya, menunjukkan keseriusan mereka dalam menjaga stabilitas.
3. Optimisme Menkeu: Asing Akan Kembali Masuk
Purbaya meyakini bahwa pelemahan ini hanya bersifat sementara. Menurutnya, investor asing akan kembali masuk ke Indonesia jika melihat prospek ekonomi yang membaik dan proyek-proyek strategis pemerintah yang terus berjalan.
Ia mencontohkan proyek perumahan rakyat yang baru saja ia hadiri bersama Presiden Prabowo. Proyek-proyek dengan multiplier effect tinggi seperti inilah yang diyakini akan memberikan sentimen positif kepada investor asing.
"Asing akan masuk ke sini. Ya pada saat itu terjadi rupiah akan cenderung menguat," terangnya, menunjukkan keyakinan bahwa aliran modal asing akan kembali menjadi juru selamat Rupiah.
4. Jadi, Kenapa Rupiah Melemah?
Kalau disimpulkan, ada dua penyebab utama. Pertama, ada tekanan dari global, seperti kondisi ekonomi di Amerika Serikat yang dinamis. Kedua, ada tekanan dari dalam negeri, termasuk blunder bank BUMN yang sempat membuat pasar panik.
Meskipun pada bulan September ini Rupiah sebenarnya sempat menguat tipis dibandingkan bulan Agustus, tekanan dalam beberapa hari terakhir memang terasa cukup signifikan. Inilah yang membuat pemerintah dan BI harus bekerja ekstra keras.
5. Apa Efeknya Buat Kantong Kita?
Nah, ini bagian paling pentingnya. Kalau Rupiah melemah, artinya kita butuh lebih banyak Rupiah untuk membeli Dolar AS. Dampak langsungnya:
- Harga Barang Impor Naik: Harga gadget, laptop, fashion, hingga komponen PC yang kamu incar bisa jadi lebih mahal.
- Liburan ke Luar Negeri Makin Mahal: Budget untuk jalan-jalan ke luar negeri, mulai dari tiket pesawat hingga jajan di sana, akan membengkak.
- Nilai Tabungan Tergerus: Jika dilihat dari kacamata global, nilai tabungan Rupiah kita akan terasa lebih kecil.

Alvin Bagaskara
Editor
