Arah Baru ITMG: Saat Laba Batu Bara Tertekan, Perusahaan Mulai Serok Saham Nikel (NICE)
- Laba bisnis batu bara ITMG anjlok 52% di Q3 2025 akibat tekanan harga. Sebagai arah baru, perusahaan kini memulai diversifikasi dengan mengakuisisi 9,62% saham nikel (NICE).

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mencatat penurunan kinerja keuangan signifikan hingga kuartal III-2025. Laba bersih perusahaan tercatat anjlok 52,16% (YoY) akibat pelemahan harga jual batu bara, sementara pendapatan turun 17,4% YoY menjadi US$1,37 miliar.
Di tengah tekanan pada bisnis intinya, ITMG memberi sinyal arah baru strategi perusahaan. Emiten batu bara ini dilaporkan telah memulai langkah diversifikasi ke sektor nikel, yang merupakan bahan baku penting untuk baterai kendaraan listrik (EV).
ITMG telah mengeksekusi akuisisi 9,62% saham PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE) senilai Rp256 miliar (US$15,7 juta). Langkah ini sejalan dengan peta jalan dekarbonisasi Banpu Group, induk usaha ITMG, untuk memperluas eksposur ke energi yang lebih bersih.
1. Tekanan Kinerja Bisnis Inti (Batu Bara)
Laba bersih ITMG per September 2025 tercatat US$130,58 juta. Pelemahan ini terjadi meskipun volume produksi batu bara justru mencatatkan kenaikan tipis 2,7% (YoY) menjadi 15,4 juta ton, menunjukkan tekanan harga yang kuat.
Analis Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Farras Farhan, menilai penurunan ASP menjadi hambatan utama. Pelemahan permintaan batu bara global diperkirakan masih akan menekan kinerja keuangan ITMG hingga tahun 2026 mendatang.
Mirae Asset pun merevisi turun proyeksi laba bersih ITMG signifikan menjadi US$ 173 juta pada 2025 turun 38% YoY, sedangkan proyeksi 2026 juga turun 44,8% YoY menjadi US$164 juta. "Angka ini mencerminkan tekanan ASP berkepanjangan dan pelemahan leverage harga,” jelas Farhan dalam risetnya dikutip pada Jumat, 14 November 2025.
2. Aksi Korporasi di Tengah Pelemahan
Menariknya, di tengah pelemahan kinerja ini, ITMG justru mengumumkan serangkaian aksi korporasi pro-pemegang saham. Perusahaan menyiapkan dividen interim US$50 juta (setara Rp738 per saham) untuk dibagikan kepada investor.
Selain itu, manajemen ITMG juga menyiapkan program pembelian kembali (buyback) saham. Anggaran yang disiapkan untuk aksi buyback ini mencapai Rp2,49 triliun atau sekitar US$156 juta, menunjukkan keyakinan internal perusahaan.
Mirae Asset memberi pandangan positif terhadap inisiatif ini. “Inisiatif ini menunjukkan keyakinan manajemen terhadap nilai intrinsik perusahaan, meskipun pasar batu bara lesu dan margin tertekan,” tambah Farhan.
3. Modal Transformasi: Posisi Kas US$1,2 Miliar
Langkah diversifikasi ke nikel serta aksi buyback dan dividen ini didukung oleh fondasi neraca keuangan yang kuat. Manajemen ITMG menerapkan disiplin neraca yang ketat untuk menjaga likuiditas perusahaan.
Posisi kas perusahaan tercatat sangat solid sebesar US$1,2 miliar per akhir September 2025. Perusahaan juga menjaga tingkat utang (leverage) yang minimal, memberikan ruang fiskal yang besar untuk melakukan investasi strategis ke depan.
4. Rekomendasi Analis: Hold dengan TP Turun
Meskipun ITMG mulai masuk ke nikel dan melakukan buyback, Mirae Asset Sekuritas tetap berhati-hati. Berbagai faktor tersebut mendorong Mirae mempertahankan rekomendasi Hold (Tahan) untuk saham ITMG, karena tekanan ASP batu bara yang masih berlanjut.
Target harga (TP) saham ITMG juga direvisi turun menjadi Rp21.500. Target harga baru ini mencerminkan valuasi P/E 2026 sebesar 9x, yang dinilai sedikit di atas rata-rata historis tiga tahun terakhir.

Alvin Bagaskara
Editor
