<p>JAKARTA, TRENASIA.ID&nbsp;– Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada sesi pertama, Kamis, 13 November 2025. IHSG bertambah 0,21% atau 17,39 poin ke 8.405,96. Kenaikan ini melanjutkan tren pemulihan yang terjadi sejak Rabu kemarin.</p><p>Laju IHSG yang kembali menghijau ini didorong oleh aksi beli investor asing. Data pasar menunjukkan asing melakukan pembelian bersih (<i>net buying</i>) yang signifikan pada saham-saham&nbsp;<i>blue chip</i>&nbsp;perbankan, seperti&nbsp;BMRI (Rp262 miliar)&nbsp;dan&nbsp;BBCA (Rp145 miliar).</p><p>Aksi borong di sektor finansial ini mengonfirmasi temuan riset analis sebelumnya. Telah terjadi rotasi besar-besaran, di mana investor kini lebih memilih saham siklikal (seperti bank) daripada saham defensif (seperti kebutuhan pokok).</p><ul><li>Baca Juga: <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.id/tren-pasar/ihsg-sudah-naik-18-persen-manulife-mami-bidik-saham-finansial-dan-konsumer-lq-45"><strong>IHSG Sudah Naik 18 Persen, Manulife (MAMI) Bidik Saham Finansial dan Konsumer LQ45</strong></a></li></ul><h2>1. Konfirmasi Rotasi Sektor</h2><p>Riset Phillip Sekuritas pada&nbsp;Rabu, 12 November 2025,&nbsp;menyoroti adanya pergeseran tren besar di IHSG. Investor terpantau melakukan rotasi keluar dari sektor defensif (Consumer Staples, Kesehatan) dan beralih ke sektor siklikal yang lebih agresif.</p><p>Sektor yang diuntungkan dari rotasi ini adalah Finansial, Energi, Industri, dan Consumer Discretionary. Aksi beli asing di BMRI dan BBCA hari ini menjadi bukti nyata bahwa rotasi ke sektor Finansial sedang berlangsung di pasar.</p><h2>2. Paradoks Perilaku Konsumen</h2><p>Rotasi ke saham siklikal ini terjadi di tengah data konsumen yang paradoks. Di satu sisi, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober 2025 melonjak ke 121,2 (tertinggi sejak April), menunjukkan optimisme yang tinggi terhadap masa depan.</p><ul><li>Baca Juga: <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.id/tren-pasar/telkomsel-dongkrak-optimisme-sekuritas-ini-naikkan-target-saham-tlkm"><strong>Telkomsel Dongkrak Optimisme, Sekuritas Ini Naikkan Target Saham TLKM</strong></a></li></ul><p>Namun di sisi lain, data perilaku konsumen menunjukkan hal sebaliknya. Proporsi rata-rata pendapatan untuk konsumsi (belanja) justru tercatat menurun tipis pada Oktober menjadi 74,65% (dari 75,13% bulan sebelumnya).</p><p>Sebaliknya, proporsi pendapatan konsumen yang ditabung (<i>savings-to-income ratio</i>) malah meningkat menjadi 14,33% dari sebelumnya 13,65%. Hal ini menunjukkan konsumen optimistis, namun masih memilih menahan belanja dan memperbanyak tabungan.</p><h2>3. Pendorong Rotasi: Bertaruh pada Masa Depan</h2><p>Analis Phillip Sekuritas, Jasa Adhimulya, menilai investor bertindak berdasarkan ekspektasi. Optimisme ini didorong oleh kebijakan pemerintah, seperti tambahan stimulus fiskal dan kebijakan moneter longgar (suku bunga rendah) dari Bank Indonesia.</p><ul><li>Baca Juga: <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.id/tren-pasar/analis-ungkap-peluang-cuan-dari-tins-dan-medc-meski-ihsg-tertekan"><strong>Analis Ungkap Peluang Cuan dari TINS dan MEDC Meski IHSG Tertekan</strong></a></li></ul><p>Kenaikan IHSG yang impresif pada paruh kedua tahun ini juga bertepatan dengan naiknya keyakinan konsumen. “Hal ini menunjukkan investor di IHSG bergerak sejalan dengan sentimen ekspektasi konsumen (masa depan), bukan realita belanjanya saat ini,” jelasnya dikutip Kamis, 13 November 2025.</p><p>Phillip Sekuritas menyimpulkan, investor di IHSG tampaknya akan terus memburu saham siklikal. Mereka mengabaikan data konsumen yang sedang menabung saat ini, dan lebih fokus pada prospek pemulihan ekonomi di kuartal keempat.</p><p>"Kami memperkirakan IKK akan terus membaik... dengan kesenjangan [ekspektasi dan kondisi saat ini] tetap besar seiring era suku bunga rendah dan pemulihan ekonomi di Q4 2025," jelas mereka.</p><h2>4. Kepercayaan Asing Membaik&nbsp;</h2><p>Sementara itu, Research Team Mirae Asset Sekuritas dalam catatannya hari ini,&nbsp;13 November 2025, mengonfirmasi pandangan tersebut. Aksi beli investor asing di saham&nbsp;<i>blue chip</i>&nbsp;perbankan dinilai sebagai sinyal membaiknya kepercayaan investor asing terhadap pasar saham Indonesia.</p><p>“Kami juga melihat bahwa persepsi risiko asing terhadap pasar di emerging market termasuk Indonesia membaik, terlihat dari CDS 5 tahun Indonesia stabil terus turun, dan kemarin berada pada level 73,7,” ujar Tim Riset Mirae Asset Sekuritas.</p><h2>5. Konteks Pergerakan Pasar</h2><p>Info saja, pada Jumat pekan lalu,&nbsp;7 November 2025, IHSG baru saja mencetak rekor sepanjang masa di level 8.394,5. Indeks kemudian mengalami koreksi wajar pada&nbsp;Senin, 10 November,&nbsp;dan&nbsp;Selasa, 11 November,&nbsp;akibat aksi ambil untung investor (profit taking).</p><p>Pemulihan yang terjadi pada&nbsp;Rabu, 12 November,&nbsp;dan&nbsp;Kamis, 13 November,&nbsp;ini menunjukkan bahwa tren&nbsp;<i>bullish</i>&nbsp;jangka menengah masih cukup kuat. Selama IHSG bertahan di atas level 8.300, konsensus analis memproyeksikan IHSG berpeluang menguji 8.400-8.450.</p>

Karyawan melintas dengan latar layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Senin, 25 Oktober 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

IHSG DiTutup Turun .jpg

Di tengah data konsumen yang irit belanja dan menambah tabungan, investor asing justru tercatat memborong saham bank BBCA dan BMRI.

Harga Emas Hari Ini

Konsumen Masih Irit, Kenapa Asing Borong Saham BBCA dan BMRI?