Apa yang Harus Dilakukan Investor Pemula Kala IHSG Tertekan Negosiasi AS-China?
- IHSG melemah 0,87% ke 7.113,42 pada pekan pertama Juni 2025, tertekan profit taking dan ketidakpastian negosiasi dagang AS-China. Simak faktor pendorong dan prospek pasar selengkapnya di sini.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sepanjang pekan pertama Juni 2025, tertekan oleh sentimen eksternal dan aksi ambil untung (profit taking) menjelang libur panjang. Pada penutupan perdagangan Kamis (5/6/2025), IHSG turun 0,87% ke level 7.113,42. Meski demikian, secara tahunan indeks masih mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,47% secara year-to-date (YtD).
Pelemahan IHSG turut berdampak pada kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) yang turun 0,32% menjadi Rp12.381 triliun, dari posisi pekan sebelumnya sebesar Rp12.420 triliun.
Tekanan juga datang dari aksi jual oleh investor asing. Dalam periode 2–5 Juni 2025, investor asing membukukan net sell senilai Rp4,7 triliun. Secara kumulatif, sejak awal tahun hingga pekan ini, total net sell asing telah mencapai Rp49,88 triliun.
- IHSG Hari Ini Turun 65,65 Poin ke 7.110,17
- ADMR Bagi Dividen Perdana Sejak IPO, Berapa Bagian ADRO?
- 7 Hadits Keutamaan Puasa Arafah, Puasa Sebelum Iduladha
Faktor Eksternal Masih Bayangi Pasar
Menurut analis pasar, pelemahan IHSG tidak hanya dipicu aksi profit taking, tetapi juga dipengaruhi oleh meningkatnya ketidakpastian global. Salah satu isu utama yang menjadi perhatian pelaku pasar adalah batas waktu 90 hari penangguhan tarif antara Amerika Serikat dan China yang akan segera berakhir.
Minimnya kejelasan arah kebijakan dari kedua negara memicu kekhawatiran akan kembalinya perang dagang, yang berpotensi menekan pasar keuangan global, termasuk Indonesia.
Harapan dari Dalam Negeri: Investasi Danantara
Di tengah tekanan global, investor domestik masih menaruh harapan pada katalis positif dari dalam negeri. Salah satunya adalah potensi realisasi investasi dari superholding BUMN, Danantara.
Rencana investasi senilai Rp81,4 miliar ini berasal dari alokasi dividen BUMN tahun 2025 yang mencapai Rp120 miliar. Dana tersebut direncanakan akan disalurkan ke delapan sektor prioritas, antara lain infrastruktur, energi terbarukan, ketahanan pangan, dan digitalisasi.
Jika direalisasikan secara bertahap, dana ini berpotensi meningkatkan likuiditas di sektor-sektor strategis serta mendorong terjadinya rotasi sektor di bursa. Lebih jauh, langkah ini menjadi sinyal positif terhadap komitmen pemerintah dalam mendorong reformasi BUMN dan memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional.
- Prakiraan Cuaca Besok dan Hari Ini 09 Juni 2025 untuk Wilayah DKI Jakarta
- Ini Cara Unik Gen Z Jualan Makanan Lewat TikTok yang Bikin Viral dan Cuan
- Bahlil: Hanya Ada 1 dari 5 Tambang Nikel yang Berproduksi di Raja Ampat
Arah IHSG Pekan Depan: Semua Mata Tertuju ke AS-China
Menjelang pekan kedua Juni 2025, perhatian utama investor akan tertuju pada hasil akhir negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan China. Keputusan dari kedua negara diperkirakan akan menjadi game changer bagi pasar keuangan global.
"Pasar juga masih menantikan perkembangan negosiasi dagang dengan AS sebelum batas waktu jeda 90 hari tarif resiprokal berakhir," tulis Analis Phintraco Sekuritas, Ratna Lim, dalam risetnya yang dikutip Minggu, 8 Juni 2025.
Jika tercapai kesepakatan, IHSG berpeluang rebound dan menguji kembali level resistance psikologis di atas 7.200. Namun, jika negosiasi gagal dan ketegangan geopolitik meningkat, tekanan jual bisa kembali muncul dan mendorong IHSG mendekati level support di kisaran 7.000.
Dengan kondisi pasar yang masih fluktuatif, investor disarankan untuk tetap selektif dalam memilih saham. Fokus sebaiknya diarahkan pada emiten dengan fundamental kuat serta sektor-sektor yang diproyeksikan mendapat alokasi dana dari investasi pemerintah, seperti infrastruktur dan digitalisasi.

Ananda Astridianka
Editor
