Tiga Jalan Raksasa Teknologi: Ke Mana Arah GOTO, BUKA, dan BELI di Sisa 2025?
- Kinerja kuartal III-2025 GOTO, BUKA, dan BELI tunjukkan arah baru sektor teknologi. Analis nilai prospeknya positif, tapi tetap selektif menghadapi risiko global.

Alvin Bagaskara
Author


Warga mengakses salah satu platform e-commerce untuk berbelanja secara daring melalui gawai dalam rangka Hari Belanja Online Nasional atau ‘Harbolnas 11.11’ di Tangerang, Banten, Rabu, 11 November 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
(Istimewa)JAKARTA, TRENASIA.ID – Musim rilis laporan keuangan kuartal III-2025 menyoroti tiga jalan berbeda yang diambil oleh raksasa teknologi. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) melaporkan pencapaian profitabilitas operasional, sebuah sinyal positif dari keberhasilan strategi efisiensi.
Sementara itu, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mencatatkan laba bersih impresif yang didorong oleh keuntungan investasi, bukan dari bisnis inti. Berbeda dari keduanya, PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) tetap fokus pada pertumbuhan pendapatan yang agresif, meski masih mencatat kerugian.
Tim Riset Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) dalam ulasannya yang dipublikasikan Jumat, 31 Oktober 2025, menilai prospek sektor ini positif, namun selektif. Untuk itu, perbedaan strategi antara GOTO, BUKA, dan BELI ini akan menjadi penentu arah pergerakan harga saham masing-masing ke depan.
1. GOTO: Fokus Efisiensi Berbuah EBITDA Positif
Sorotan utama dari kinerja GOTO adalah pencapaian profitabilitas operasional. GOTO untuk pertama kalinya berhasil mencetak laba sebelum pajak (profit before tax) sebesar Rp62 miliar pada kuartal III-2025, melampaui ekspektasi analis.
Selain itu, Adjusted EBITDA GOTO pada Q3-2025 juga positif sebesar Rp516 miliar, melesat 239% secara tahunan (YoY). Kinerja ini menunjukkan keberhasilan strategi efisiensi biaya perusahaan, yang dinilai KISI semakin dekat ke level profitabilitas.
Secara kumulatif hingga kuartal III-2025, pendapatan bersih GOTO naik 14,07% (YoY) menjadi Rp13,3 triliun. Rugi bersih kumulatif kuartal III-2025 juga berhasil ditekan 82% menjadi Rp775,55 miliar dari Rp4,54 triliun.
2. BUKA: Laba Bersih Tembus Rp2,4 Triliun dari Investasi
Yang menarik, emiten bersandikan BUKA membawa kabar mengejutkan dengan meraih kinerja bottom line yang impresif. Perusahaan membukukan laba bersih (net profit) sebesar Rp2,4 triliun pada kuartal III-2025, sebuah lonjakan yang sangat signifikan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa lonjakan laba bersih ini terutama didorong oleh kenaikan nilai investasi perusahaan di pasar modal. Kinerja operasional inti BUKA masih stabil, dengan pendapatan (revenue) pada Q3-2025 tercatat Rp1,64 triliun, atau naik tipis 1% (YoY).
Posisi Adjusted EBITDA BUKA juga masih stabil di level negatif Rp18 miliar. Meski demikian, KISI menilai kinerja BUKA lebih solid karena sudah berhasil mencetak laba bersih dan cash flow yang sehat, sehingga terlihat lebih berkelanjutan.
3. BELI: Tetap Agresif Kejar Pertumbuhan
Berbeda dengan dua pesaingnya, BELI induk dari Blibli.com masih dalam tahap ekspansi agresif. Fokus utama perusahaan adalah pertumbuhan top line daripada mengejar profitabilitas jangka pendek untuk saat ini.
Pendapatan bersih konsolidasian BELI pada Q3-2025 naik 32% (YoY) menjadi Rp5,64 triliun. Secara kumulatif hingga kuartal III-2025, pendapatan bersih tumbuh 25,6% menjadi Rp15,23 triliun, menunjukkan pertumbuhan yang konsisten.
Namun, perusahaan masih mencatatkan rugi bersih (net loss) sebesar Rp1,84 triliun sepanjang sembilan bulan pertama 2025. Angka kerugian ini sedikit membaik (turun 1,6%) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
4. Katalis Sektor ke Depan
Tim Riset KISI melihat katalis utama untuk ketiga emiten ini adalah rebound konsumsi digital di kuartal IV-2025. Efek musim belanja akhir tahun dan potensi pemangkasan suku bunga BI dinilai dapat mendorong konsumsi.
Dorongan dari program digitalisasi UMKM pemerintah juga dinilai dapat membantu peningkatan permintaan. Hal ini berlaku untuk ekosistem e-commerce dan fintech yang dimiliki oleh ketiga perusahaan teknologi tersebut.
5. Pandangan Analis dan Risiko Sektor
Dari ketiga emiten tersebut, Tim Riset KISI melihat kinerja BUKA menjadi yang paling menarik. "Valuasi BUKA masih di bawah nilai wajarnya dengan PBV di bawah 1,5x, tetapi sudah mulai profit, dan potensi re-rating masih ada," tutur tim KISI.
Meski prospeknya positif, analis tetap mengingatkan adanya risiko. "Tetapi risiko global, seperti tekanan likuiditas dan pelemahan rupiah, tetap jadi penghambat sentimen jangka pendek," ucap Tim KISI.

Alvin Bagaskara
Editor
