Tren Pasar

Telkom (TLKM) Ngerem Target, Tapi Analis dan Asing Malah Tancap Gas

  • Laba bersih TLKM direvisi turun, tapi kenapa sahamnya melesat dan analis kompak rekomendasikan Beli? Temukan 5 alasan utama di baliknya, dari monetisasi aset hingga valuasi.
Logo Telkom - Panji 1.jpg
Gedung Telkom di kawasan Jl Gatot Subroto Jakarta. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Kabar kurang sedap datang dari raksasa telekomunikasi, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM). Perusahaan secara resmi merevisi turun target laba bersihnya untuk beberapa tahun ke depan, menyusul kinerja yang lebih lambat dari perkiraan pada semester pertama 2025.

Namun, di tengah berita negatif ini, pasar justru menunjukkan reaksi yang sebaliknya. Saham TLKM dalam lima hari terakhir berhasil melesat +12,75% ke level Rp3.370, didorong oleh aksi borong masif investor asing yang mencapai Rp387,33 miliar.

Fenomena ini tentu memicu pertanyaan besar: kenapa pasar dan para analis justru optimistis di saat perusahaan memangkas targetnya? Mari kita bedah tuntas lima alasan utama di balik sinyal comeback saham TLKM.

1. Titik Balik Sektor Seluler

Alasan utama optimisme adalah adanya sinyal kuat bahwa 'perang harga' brutal di segmen seluler yang selama ini menekan profitabilitas, kini telah berakhir. Analis BRI Danareksa Sekuritas, Kafi Ananta dan Erindra Krisnawan, memprediksi pemulihan yield atau pendapatan per unit akan terjadi di paruh kedua tahun ini.

Untuk mempercepat pemulihan, Telkomsel telah memangkas jumlah varian produknya dari 6.000 menjadi hanya 400. Stok starter pack murah dari era perang harga pun diperkirakan akan habis dari pasar, membuka jalan bagi produk-produk dengan margin keuntungan yang lebih sehat.

Meskipun ARPU atau pendapatan per pengguna tahun ini secara total diprediksi masih turun, pemulihan di semester kedua diharapkan akan menjadi titik balik yang sangat penting. Ini menandakan bahwa masa-masa terburuk bagi segmen seluler Telkom kemungkinan besar sudah lewat.

2. Monetisasi Aset Fiber Rp150 Triliun

Di luar bisnis seluler, Telkom memiliki 'harta karun' tersembunyi yang siap untuk dimonetisasi, yaitu aset serat optik (fiber). Perusahaan berencana untuk memindahkan lebih dari 50% aset fibernya ke dalam entitas baru, InfraCo, pada akhir 2025.

Potensi nilai dari monetisasi aset ini ditaksir sangat fantastis, mencapai Rp100 triliun hingga Rp150 triliun. Langkah ini diharapkan dapat 'membuka nilai' (value unlocking) yang selama ini tersembunyi dan menarik minat dari para operator lain hingga perusahaan teknologi raksasa.

3. Valuasi Murah dan Dividen yang Menarik

Menurut analis Samuel Sekuritas, valuasi saham TLKM saat ini sangat menarik. Sahamnya diperdagangkan dengan diskon 11,5% dibandingkan para pesaingnya di regional, menandakan harganya masih tergolong murah dan memiliki ruang untuk naik.

Selain valuasi yang murah, TLKM juga menawarkan tingkat pengembalian ekuitas (ROAE) sebesar 15,6%, lebih tinggi dari rata-rata pesaingnya. Hal ini, ditambah dengan imbal hasil dividen (dividend yield) yang secara historis menarik, menjadikannya pilihan yang solid.

4. Ekspansi Bisnis Digital: Mesin Pertumbuhan dari Data Center

Di luar bisnis konektivitas tradisional, analis menyoroti agresivitas Telkom dalam membangun pilar bisnis digitalnya. Salah satu yang paling menonjol adalah ekspansi bisnis data center melalui anak usahanya, NeutraDC, yang kini menjadi salah satu pemain terbesar di Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi digital, komputasi awan (cloud), dan tren kecerdasan buatan (AI) memicu permintaan masif akan kapasitas data center yang andal. Telkom berada di posisi strategis untuk menangkap peluang ini dan menjadikannya mesin pendapatan baru dengan margin keuntungan yang tinggi.

5. Rekomendasi Analis: Kompak Buy

Meskipun BRI Danareksa Sekuritas merevisi turun proyeksi laba bersih 2025 menjadi Rp20,88 triliun, mereka tetap mempertahankan rekomendasi "Beli" untuk saham TLKM. Pandangan serupa juga datang dari Samuel Sekuritas yang juga merekomendasikan "Beli".

Kedua sekuritas ini sama-sama mematok target harga dalam 12 bulan ke depan di level Rp3.500. Target ini mencerminkan keyakinan analis bahwa kombinasi antara pemulihan bisnis inti, monetisasi aset, dan pertumbuhan bisnis digital akan menjadi pendorong utama kenaikan harga saham TLKM ke depan.