Tren Pasar

Santa Claus Rally Wall Street, Akankah IHSG Bakal Menguat?

  • Santa Claus Rally di Wall Street berpotensi angkat IHSG. Phintraco Sekuritas prediksi rebound awal tahun dan rekomendasikan saham AUTO, ASII, hingga BTPS.
Aktifitas Bursa Saham - Panji 4.jpg
Pekerja berjalan di depan layar yang menampilkan pergerakan saham di Mail Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta 17 Oktober 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Penguatan bursa Wall Street pada akhir pekan lalu memicu harapan terjadinya fenomena Santa Claus Rally di pasar global. Investor domestik kini mencermati potensi dampak sentimen positif tersebut terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tengah tantangan teknikal dan rilis data ekonomi domestik.

Tim Riset Phintraco Sekuritas menilai pergerakan pasar saham global masih berpotensi mempengaruhi bursa saham Indonesia. Antisipasi reli akhir tahun menjadi salah satu pertimbangan utama investor, meski tekanan teknikal domestik belum sepenuhnya mereda.

Rilis data ekonomi penting dari dalam negeri juga turut dinantikan pada pekan perdagangan terakhir ini. Kombinasi sentimen global dan domestik akan menentukan arah penutupan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun 2025. Peluang rebound teknikal tetap terbuka lebar meskipun tekanan jual masih ada.

1. Fenomena Santa Claus Rally

Phintraco Sekuritas mencatat investor global tengah mengantisipasi potensi terjadinya reli akhir tahun di Wall Street. "Investor mengantisipasi potensi terjadinya Santa Claus rally, yang secara historis terjadi pada lima hari perdagangan tahun berjalan," tulis Tim Riset Phintraco Sekuritas dalam laporannya, Senin pagi, 29 Desember 2025. 

Santa Claus Rally adalah fenomena musiman di pasar saham ketika harga saham—terutama di bursa Amerika Serikat—cenderung menguat pada akhir tahun, biasanya lima hari perdagangan terakhir di bulan Desember hingga dua hari perdagangan pertama di Januari.

Istilah ini dipopulerkan oleh Yale Hirsch, analis pasar yang mencatat pola penguatan saham musiman dalam Strock Traders Almanac pada tahun 1970 an.

Fenomena kenaikan pasar saham musiman ini biasanya berlanjut hingga dua hari awal perdagangan tahun baru nanti. Penguatan indeks Wall Street sebelumnya didorong oleh kinerja saham sektor keuangan dan industri yang cukup solid. Investor merespons positif sentimen undang-undang pajak serta kebijakan moneter bank sentral.

Namun tekanan jual masih membayangi saham-saham sektor teknologi akibat kekhawatiran valuasi yang dianggap terlalu mahal. "Investor juga masih akan fokus pada indikasi kebijakan moneter The Fed pada tahun 2026 mendatang," tambah riset tersebut. Fokus pasar kini tertuju pada arah suku bunga global.

2. Emas Cetak Rekor, Minyak Melemah

Harga komoditas emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi baru yang sangat fantastis pada pekan ini. "Harga emas kembali mencapai level tertinggi baru di US$4.530 per troy oz, ditopang oleh meningkatnya kenaikan permintaan akan aset safe-haven," sebut analis Phintraco Sekuritas.

Berbanding terbalik dengan emas, harga minyak mentah dunia justru terpantau mengalami pelemahan di pasar komoditas. Penurunan harga energi ini dipicu oleh munculnya tanda-tanda kemajuan dalam perundingan perdamaian Rusia dan Ukraina baru-baru ini. Sentimen geopolitik yang mereda memberikan tekanan pada harga minyak mentah.

Dinamika harga komoditas emas global ini memberikan pengaruh beragam terhadap emiten berbasis sumber daya alam domestik. Kenaikan harga emas menguntungkan emiten pertambangan logam namun penurunan minyak menekan emiten sektor energi fosil. Investor perlu mencermati pergerakan harga komoditas dalam menyusun strategi portofolio investasi.

3. Menanti Data Makro Domestik

Dari sisi domestik pelaku pasar sedang menantikan rilis data ekonomi penting pada pekan ini. "Dari domestik, pada pekan ini dijadwalkan akan dirilis data indeks manufacturing PMI dan inflasi Desember," jelas Tim Riset Phintraco Sekuritas dalam tinjauan pasar mingguannya.

Data manufaktur Indonesia akan menjadi indikator utama aktivitas ekspansi sektor riil nasional di akhir tahun. Selain data manufaktur investor juga menunggu pengumuman resmi data inflasi bulan Desember oleh badan statistik pusat. Angka inflasi akhir tahun menjadi tolak ukur stabilitas harga kebutuhan pokok.

Kombinasi data eksternal dan internal akan sangat mempengaruhi psikologis pasar saham Indonesia di akhir tahun. Sentimen data makroekonomi domestik diharapkan mampu menjadi katalis positif bagi pergerakan indeks saham gabungan ke depan. Investor disarankan untuk tetap waspada terhadap volatilitas pasar yang mungkin terjadi.

4. Analisis Teknikal IHSG

Phintraco Sekuritas memperkirakan IHSG berpotensi menguji level support kritis dalam jangka waktu perdagangan pendek ini. "Diperkirakan IHSG berpotensi menguji level 8.430 hingga 8.500 dalam jangka pendek melihat indikator teknikal yang ada," prediksi tim riset dalam analisis teknikal harian mereka.

Indikator teknikal menunjukkan bahwa IHSG masih ditutup di bawah garis Moving Average 5 dan 20 hari. Histogram indikator MACD yang bernilai negatif terlihat semakin melebar menandakan momentum penurunan yang masih cukup kuat. Sinyal pembalikan arah atau reversal belum terlihat jelas pada grafik.

Meskipun demikian indikator Stochastic RSI terpantau sudah berada di area jenuh jual atau oversold saat ini. "Potensi technical rebound terbuka pada awal tahun baru seiring harapan baru dan kondisi IHSG yang oversold," ungkap riset tersebut. Harapan baru dapat memicu aksi beli selektif.

5. Saham Pilihan Pekan Ini

Di tengah kondisi pasar yang menantang Phintraco Sekuritas merilis daftar saham pilihan untuk dicermati investor. "Top picks pekan ini meliputi saham AUTO, TKIM, AVIA, DOID, ASII dan BTPS yang menarik dicermati," tulis Phintraco Sekuritas dalam rekomendasi saham mingguannya.

Saham PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) dinilai potensial. Kedua emiten ini memiliki potensi penguatan teknikal yang cukup menarik di tengah volatilitas pasar saat ini. Diversifikasi ke saham-saham berfundamental kuat menjadi strategi penting saat pasar fluktuatif.

Dengan kombinasi sentimen global, rilis data makro domestik, dan kondisi teknikal yang masih fluktuatif, pergerakan IHSG di akhir tahun diperkirakan tetap volatil. Investor disarankan mencermati momentum secara selektif sambil disiplin menerapkan manajemen risiko.