Rapor Kinerja Reksa Dana 2025: Imbal Hasil Ada yang Tembus 58 Persen
- Data reksa dana 2025 tunjukkan Sucorinvest Maxi Fund tumbuh 58%. Kisi Fixed Income cetak 10% dengan dana Rp4 triliun. Cek laporan lengkapnya.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Industri reksa dana Indonesia menutup tahun 2025 dengan catatan kinerja yang beragam pada berbagai kelas aset. Data yang dihimpun pada Senin, 22 Desember 2025, dari platform Navi Mirae Asset Sekuritas memperlihatkan adanya pola divergensi atau perbedaan arah yang tajam antara persentase imbal hasil dengan besaran dana kelolaan.
Tercatat adanya korelasi negatif antara besarnya aset yang dikelola dengan tingkat keuntungan yang diperoleh pada tahun ini. Produk dengan dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) yang lebih kecil cenderung mencatatkan pertumbuhan nilai aktiva bersih yang lebih agresif dibandingkan dana jumbo.
Laporan kinerja tahunan ini menyoroti pergerakan tiga kelas aset utama yakni saham, pendapatan tetap, dan pasar uang. Berikut adalah rincian data kinerja reksa dana sepanjang tahun 2025 yang menunjukkan dominasi manajer investasi tertentu serta anomali pada instrumen obligasi.
1. Kinerja Reksa Dana Saham
Pada kategori reksa dana saham, Sucorinvest Maxi Fund menempati posisi teratas dengan rekor imbal hasil mencapai 58,32% secara tahunan (year on year). Produk ini tercatat memiliki dana kelolaan sebesar Rp200 miliar yang memungkinkan manuver agresif pada saham mid-cap bervolatilitas tinggi.
Posisi kedua ditempati oleh Henan Ultima Ekuitas Kelas A dengan imbal hasil sebesar 38,91% dan total dana kelolaan Rp736 miliar. Sementara itu, Sucorinvest Equity Fund Kelas A berada di posisi keempat dengan pertumbuhan 31,91% meski mengelola dana jumbo sebesar Rp3,23 triliun.
Data ini mengindikasikan bahwa produk dengan dana kelolaan triliunan cenderung memiliki pertumbuhan yang lebih moderat dibandingkan produk berdana ratusan miliar. Dominasi produk Sucorinvest dalam daftar teratas juga memperlihatkan ketepatan strategi rotasi sektor yang diterapkan manajer investasi tersebut sepanjang tahun 2025.
2. Tren Reksa Dana Pendapatan Tetap
Sektor pendapatan tetap mencatatkan fenomena menarik di mana imbal hasil rata-rata menembus level psikologis 10%, jauh di atas kisaran normal 6% hingga 7%. Kenaikan kinerja ini didorong oleh komposisi portofolio yang berfokus pada instrumen obligasi korporasi.
Sucorinvest Bond Fund memimpin kategori ini dengan imbal hasil 10,82% bermodalkan dana kelolaan Rp275 miliar. Namun, sorotan utama tertuju pada Kisi Fixed Income Fund Plus yang mencatatkan imbal hasil 10,64% dengan total dana kelolaan raksasa mencapai Rp4,64 triliun.
Pencapaian Kisi Asset Management ini menjadi anomali karena mampu mencetak pertumbuhan dua digit dengan dana triliunan. Hal ini menandakan adanya akses terhadap pipeline obligasi korporasi bervolume besar. Sementara itu, Avrist Prime Bond Fund mencatat 10,46% dengan dana kelolaan Rp67 miliar.
3. Kompetisi Reksa Dana Pasar Uang
Pertarungan di kelas aset pasar uang berlangsung sangat ketat dengan selisih kinerja dalam basis poin yang tipis. Seluruh produk unggulan dalam daftar ini tercatat berhasil memberikan imbal hasil di atas rata-rata bunga deposito bank umum setelah dipotong pajak.
Insight Money Syariah dan Insight Money memimpin klasemen dengan imbal hasil masing-masing 6,05% dan 6,00%. Kedua produk ini mengelola dana di kisaran ratusan miliar, yakni Rp175 miliar dan Rp269 miliar, dengan strategi penempatan pada deposito bank daerah dan obligasi tenor pendek.
Di sisi lain, Capital Money Market Fund mencatatkan imbal hasil 5,82% namun memegang dana kelolaan terbesar di kategori ini senilai Rp796 miliar. Besarnya dana kelolaan pada Capital menawarkan tingkat likuiditas yang lebih tinggi bagi investor yang memprioritaskan keamanan pencairan dana dibandingkan selisih bunga.
4. Peta Likuiditas dan Risiko
Secara keseluruhan, data tahun 2025 memperlihatkan bahwa investor dihadapkan pada pilihan antara mengejar imbal hasil tinggi atau keamanan likuiditas. Produk dengan imbal hasil tertinggi mayoritas berasal dari reksa dana dengan dana kelolaan di bawah Rp500 miliar yang memiliki fleksibilitas tinggi.
Namun, produk dengan dana kelolaan kecil memiliki risiko likuiditas yang lebih rentan terhadap aksi penarikan dana nasabah secara tiba-tiba (redemption). Sebaliknya, produk dengan dana kelolaan triliunan menawarkan stabilitas kinerja yang lebih terjaga meskipun persentase keuntungannya tidak seagresif dana kecil.
Perbedaan kinerja antara Sucorinvest Maxi Fund dan Sucorinvest Equity Fund menjadi contoh nyata pengaruh ukuran dana terhadap kinerja. Sementara itu, fenomena Kisi Fixed Income Fund Plus membuktikan bahwa dana besar tetap dapat berkinerja tinggi jika didukung ketersediaan aset dasar yang memadai.

Alvin Bagaskara
Editor
