Tren Pasar

Punya 17 Anak Usaha, Laba dan Pendapatan SMGR Tetap Merosot

  • SMGR membawahi 17 anak usaha dari semen, beton, logistik hingga IT. Namun diversifikasi ini belum mampu menahan laba bersih yang anjlok 92% pada semester I-2025.
Proyeksi Permintaan Semen.jpg
Pekerja melakukan bongkar muat semen dengan kapal angkut barang di dermaga pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) tercatat membawahi 17 anak usaha langsung yang bergerak di berbagai lini, mulai dari produksi semen, beton, logistik, hingga IT. Namun, skala besar ini tidak otomatis membuat kinerja keuangan perseroan gemilang sepanjang semester I 2025.

Laporan keuangan konsolidasian menunjukkan laba bersih anjlok 92% menjadi hanya Rp37,9 miliar dari Rp503,5 miliar pada periode sama tahun lalu. Pendapatan pun ikut turun 4,9% menjadi Rp15,61 triliun. Artinya, kontribusi anak usaha belum mampu menahan pelemahan bisnis utama.

Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai efektivitas strategi diversifikasi SMGR. Dengan portofolio yang luas, seharusnya risiko bisa terdistribusi lebih baik. Namun, fakta sebaliknya terjadi: laba menyusut drastis dan ketergantungan pada semen masih sangat dominan dalam struktur pendapatan konsolidasian.

1. Pilar Utama: Produsen Semen

Anak usaha inti SMGR adalah produsen semen. Ada PT Semen Padang, PT Semen Tonasa, PT Semen Gresik, PT Semen Indonesia Aceh, hingga PT Semen Baturaja Tbk. Grup juga mengendalikan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI) serta Thang Long Cement JSC yang berbasis di Vietnam.

Kontribusi anak usaha inilah yang mendominasi pendapatan konsolidasian. Pada semester I 2025, penjualan semen menyumbang Rp11,06 triliun dari total Rp15,61 triliun. Namun, stagnasi permintaan domestik dan persaingan harga yang ketat menekan kinerja sehingga laba grup sulit bertumbuh signifikan.

Ekspansi kapasitas yang sudah dilakukan SBI maupun Semen Baturaja belum memberi dampak besar pada profitabilitas. Volume penjualan memang terjaga, tetapi biaya produksi tinggi membuat margin menipis. Situasi ini memperlihatkan bisnis inti semen masih menjadi pusat risiko utama SMGR.

2. Pendukung Produksi: Bahan Baku dan Kemasan

Selain produsen semen, SMGR memiliki anak usaha pendukung. PT United Tractors Semen Gresik (UTSG) berperan menyediakan batu kapur dan tanah liat sebagai bahan baku utama. Sementara PT Industri Kemasan Semen Gresik (IKSG) memproduksi kantong semen untuk distribusi produk.

Fungsi kedua entitas ini krusial untuk menjaga stabilitas pasokan. Dengan mengendalikan rantai hulu dan hilir, SMGR berupaya menekan biaya logistik dan menjaga kelancaran produksi. Meski demikian, kontribusi finansial mereka terhadap pendapatan konsolidasian relatif kecil dibanding lini utama semen.

Selain itu, ada PT Semen Kupang Indonesia yang mendukung distribusi regional, terutama di Indonesia Timur. Walaupun skalanya terbatas, perannya penting dalam menjaga penetrasi pasar di wilayah dengan infrastruktur distribusi yang tidak semaju kawasan barat.

3. Diversifikasi Produk: Beton dan Bahan Bangunan

SMGR tidak hanya bergantung pada penjualan semen curah. PT Semen Indonesia Beton (SIB) memproduksi beton siap pakai, yang menyasar proyek infrastruktur dan konstruksi perkotaan. Produk ini diharapkan memberi margin lebih tinggi dibanding penjualan semen biasa.

Selain itu, ada PT Semen Indonesia Industri Bangunan (SIIB) yang bergerak di segmen bahan bangunan non-semen. Kontribusinya masih terbatas, sekitar Rp635 miliar semester I 2025, atau kurang dari 5% pendapatan grup. Diversifikasi ini belum cukup menahan pelemahan bisnis utama.

Secara strategi, diversifikasi produk menunjukkan niat manajemen membangun portofolio lebih beragam. Namun realisasinya masih menghadapi keterbatasan pasar, skala produksi, dan tingkat permintaan yang relatif kecil dibandingkan semen, sehingga dampaknya ke profitabilitas belum signifikan.

4. Ekspansi Lintas Sektor: Logistik, Kawasan Industri, dan IT

PT Semen Indonesia Logistik (SIL) menangani distribusi semen dan bahan baku. Biaya transportasi adalah salah satu faktor terbesar penekan margin, sehingga peran SIL menjadi vital dalam menjaga efisiensi distribusi di seluruh wilayah Indonesia.

Selain logistik, ada PT Kawasan Industri Gresik (KIG) yang mengelola kawasan industri, serta PT Sinergi Mitra Investama (SMI) yang fokus pada pengelolaan properti dan persewaan bangunan. Keduanya berada di luar lini inti, tetapi mendukung diversifikasi pendapatan grup.

Ada pula PT Sinergi Informatika Semen Indonesia (SISI) yang bergerak di bidang teknologi informasi. SISI menjadi bagian penting dari agenda digitalisasi SMGR, meski kontribusinya pada pendapatan konsolidasian masih relatif kecil dibanding sektor inti.

5. Banyak Anak Usaha, Tapi Kinerja Tetap Tertekan

Dengan 17 anak usaha langsung dan puluhan entitas tidak langsung, SMGR memiliki portofolio luas dari produksi semen, beton, logistik, kawasan industri, IT, hingga jasa pendukung. Ekosistem ini seharusnya memberi daya tahan terhadap fluktuasi pasar semen yang stagnan.

Namun, kenyataannya kontribusi pendapatan masih sangat terkonsentrasi di bisnis inti. Lini non-semen, baik dari anak usaha langsung maupun tidak langsung, hanya menyumbang porsi kecil. Diversifikasi yang dilakukan lebih banyak memperluas struktur grup ketimbang menopang profitabilitas secara nyata.

Situasi ini menunjukkan bahwa besarnya jumlah anak dan cucu perusahaan belum otomatis memperkuat kinerja. Sebaliknya, laba SMGR tetap menyusut tajam, menandakan strategi diversifikasi belum sepenuhnya efektif dalam mengurangi ketergantungan pada pasar semen domestik.