Tren Pasar

Prospek Suram, Estimasi Laba SMGR 2025 Dipangkas 53 Persen

  • BRI Danareksa turunkan rekomendasi SMGR ke “Jual” dengan target Rp2.500, waspadai prospek laba 2025 yang dipangkas tajam.
<p>PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. adalah perusahaan holding BUMN semen yang dimiliki oleh negara. / Semenindonesia.com</p>

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. adalah perusahaan holding BUMN semen yang dimiliki oleh negara. / Semenindonesia.com

(Istimewa)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Di tengah euforia sesaat yang sempat mengangkat harga sahamnya 13% dalam sebulan terakhir, awan kelabu justru datang menyelimuti prospek PT Semen Indonesia Tbk (SMGR). Sebuah riset terbaru dari sekuritas besar secara tak terduga membalikkan semua sentimen positif yang ada.

BRI Danareksa Sekuritas, dalam laporan yang dirilis hari ini, Kamis, 18 September 2025, secara dramatis menurunkan peringkat saham SMGR menjadi "Jual" (Sell). Vonis tegas ini didasari oleh prospek kinerja yang dinilai suram dan estimasi laba yang dipangkas tajam.

Langkah ini sontak menjadi sinyal yang sangat bertolak belakang dengan pergerakan harga sahamnya belakangan ini. Lantas, apa sebenarnya 'luka' yang dilihat oleh para analis di balik kinerja SMGR? Mari kita bedah tuntas. 

1. Vonis Analis: Rekomendasi 'Jual' dengan Target Harga Rp2.500

Vonis dari analis BRI Danareksa Sekuritas kali ini sangat tegas. Peringkat saham SMGR diturunkan dari sebelumnya menjadi "Jual", dengan target harga yang ikut dipangkas dari Rp2.700 menjadi hanya Rp2.500. Target harga ini dihitung menggunakan metode Discounted Cash Flow (DCF).

Target harga baru ini mengindikasikan adanya potensi penurunan atau downside sebesar -15% dari harga terakhir saat riset diterbitkan. Ini adalah sinyal yang sangat kuat bahwa analis melihat adanya risiko pelemahan lebih lanjut pada harga saham SMGR.

“Reli 13% dalam sebulan terakhir kami anggap tidak berdasar. Secara fundamental, kami tidak melihat adanya katalis yang dapat menjustifikasi kenaikan tersebut, sehingga merekomendasikan Jual adalah langkah yang paling pruden,” ungkap Ismail Fakhri Suweleh dan Sabela Nur Amalina dalam risetnya pada Kamis, 18 September 2025. 

2. 'Luka' di Kinerja Keuangan: Margin Laba Tergerus Habis

Rekomendasi jual ini bukan tanpa dasar. Kinerja keuangan SMGR pada semester pertama 2025 menunjukkan adanya luka yang cukup dalam. Meskipun volume penjualan sempat membaik, margin keuntungan justru tergerus habis oleh tekanan dari berbagai sisi.

Biang kerok utamanya ada dua. Pertama, biaya energi dari batu bara naik 2%. Kedua, di saat yang sama, pendapatan per ton justru turun 8%. Kombinasi mematikan inilah yang membuat Margin Laba Kotor (GPM) perusahaan anjlok signifikan sebesar 3,4%.

Tekanan ini diperparah oleh kenaikan beban operasional lainnya. “Realisasi laba bersih hingga semester pertama baru mencapai 7% dari total target konsensus setahun, ini pencapaian yang sangat jauh di bawah ekspektasi,” tulis mereka.

3. Prospek Suram: Estimasi Laba Dipangkas Tajam 53%

Melihat kinerja yang berdarah-darah ini, analis pun memangkas tajam proyeksi laba bersih atau Earning Per Share (EPS) untuk setahun penuh 2025. Estimasi laba dipangkas secara signifikan sebesar 53% menjadi hanya Rp263 miliar, sebuah revisi yang sangat drastis.

Pemangkasan ini didasari oleh prospek volume penjualan yang diperkirakan hanya akan tumbuh tipis 1% di semester kedua. Hal ini menunjukkan adanya pelemahan permintaan konsumen yang terus-menerus terjadi di pasar domestik.

“Proyeksi EPS kami untuk 2025 kini berada 61,1% di bawah konsensus pasar. Ini menunjukkan bahwa kami memiliki pandangan yang jauh lebih pesimistis dibandingkan rata-rata analis lain,” tegas para analis dalam risetnya.

4. Jurus Bertahan SMGR: Tiga Pilar Transformasi

Di tengah tekanan hebat ini, manajemen SMGR sebenarnya tidak tinggal diam. Mereka telah menyiapkan tiga pilar strategi transformasi untuk mengatasi dua isu utama: penurunan pangsa pasar dan pelemahan profitabilitas yang sedang terjadi saat ini.

Pilar pertama adalah kepemimpinan biaya, dengan fokus pada efisiensi logistik dan energi untuk mencapai target marjin EBITDA 20%. Pilar kedua adalah strategi pasar mikro, untuk merebut kembali pangsa pasar ke level di atas 50%.

Pilar ketiga adalah fokus pada bisnis non-semen. Perusahaan akan lebih agresif dalam mengoptimalkan produk turunan semen seperti mortar dan bata, serta meningkatkan skala bisnis non-semennya untuk mencari sumber pendapatan baru.

5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?

Bagi investor, riset dari BRI Danareksa Sekuritas ini adalah sebuah peringatan yang sangat jelas. Reli harga yang terjadi sebulan terakhir dinilai tidak mencerminkan fundamental yang sebenarnya sedang tertekan hebat akibat berbagai faktor.

Rekomendasi "Jual" adalah sinyal untuk sangat berhati-hati terhadap prospek jangka pendek saham ini. Meskipun manajemen telah menyiapkan strategi transformasi, para analis menilai hasilnya masih akan membutuhkan waktu yang sangat panjang.

“Kami melihat strategi transformasi ini positif untuk jangka panjang, namun implementasinya butuh waktu. Investor perlu waspada karena risiko jangka pendeknya saat ini lebih besar daripada potensi katalis positifnya,” tutup riset tersebut.