The Fed Pangkas Suku Bunga: IHSG Cetak Rekor, Rupiah Menguat
- Pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 bps memicu reaksi pasar keuangan dunia. Indonesia diuntungkan dengan rupiah yang menguat dan IHSG menyentuh level tertinggi sepanjang masa.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), kembali memangkas suku bunga acuan (Federal Funds Rate) sebesar 25 basis poin menjadi kisaran 4,00%-4,25% dalam rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) September 2025.
Keputusan ini langsung memberi dampak signifikan terhadap pasar keuangan global, termasuk Indonesia, dampaknya IHSG Cetak Rekor dan Rupiah Menguat.
The Fed menilai pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam mulai melambat pada paruh pertama 2025. Penambahan lapangan kerja juga melandai, sementara tingkat pengangguran sedikit meningkat meski masih berada di level rendah. Inflasi tercatat 2,9% pada Agustus, lebih tinggi dari target jangka panjang 2%.
“Pemangkasan ini bertujuan menjaga momentum pertumbuhan sekaligus mengarahkan inflasi menuju sasaran,” ujar pernyataan resmi The Fed, dikutip laman reuters, Kamis, 18 September 2025.
Namun, terdapat perbedaan pandangan internal. Anggota parlemen Stephen I. Miran bahkan mengusulkan pemangkasan lebih dalam sebesar 50 basis poin.
Baca juga : Usai Terus Menanjak, Harga Emas Antam Terjun ke Level Ini
Reaksi Pasar Global
Pasar keuangan dunia merespons beragam. Indeks saham utama AS seperti S&P 500 dan Nasdaq 100 justru melemah tipis, terutama pada sektor teknologi dan konsumen diskresioner. Nilai tukar dolar sempat melemah ke 96,20, sebelum kembali menguat ke 96,99 akibat sikap hati-hati investor.
Di sisi lain, pemangkasan suku bunga AS membuka peluang arus modal global mengalir deras ke negara berkembang yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi.
Indonesia menjadi salah satu penerima manfaat langsung dari keputusan The Fed. Rupiah tercatat menguat tipis 0,03% ke posisi Rp16.437 per dolar AS. Sentimen positif kian kuat setelah Bank Indonesia (BI) juga memangkas BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,75% pada hari yang sama.
Pasar saham domestik mencetak sejarah baru dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melesat 0,85% ke rekor tertinggi 8.025,17. Kenaikan ini didorong oleh saham-saham unggulan, di antaranya BBRI yang naik 2,18%, BRPT yang melesat 6,90%, serta MLPT yang mencatat lonjakan harian maksimum sebesar 19,99%.
Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) Surat Utang Negara tenor 10 tahun naik ke 6,339% akibat aksi ambil untung investor. Namun, yield yang tetap tinggi diperkirakan akan menarik kembali minat asing dalam beberapa waktu mendatang.
Baca juga : Broker Kakap Kompak Serok CDIA di Tengah Pelemahan Harga
Ruang Longgar bagi BI
Dengan langkah The Fed, Bank Indonesia memiliki ruang lebih luas untuk melonggarkan kebijakan moneter tanpa harus khawatir terjadi pelemahan rupiah signifikan. Sepanjang 2025, BI sudah lima kali memangkas suku bunga dengan total 125 basis poin guna mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
Meski pasar Indonesia diuntungkan, sejumlah risiko tetap membayangi. Pertama, pelemahan ekonomi AS bisa menekan permintaan global, termasuk ekspor Indonesia.
Kedua, inflasi AS yang masih tinggi berpotensi membatasi ruang gerak The Fed untuk menurunkan suku bunga lebih agresif. Selain itu, faktor politik dalam negeri AS, terutama tekanan Presiden Donald Trump terhadap independensi bank sentral, menambah ketidakpastian arah kebijakan.
The Fed mengisyaratkan masih terbuka kemungkinan pemangkasan lanjutan pada pertemuan Oktober dan Desember mendatang. Proyeksi terbaru menunjukkan suku bunga acuan berpeluang turun ke level 3,6% pada akhir 2025, 3,4% pada 2026, dan stabil di kisaran jangka panjang 3%.
Bagi Indonesia, kombinasi pemangkasan suku bunga The Fed dan BI dinilai dapat menjaga stabilitas rupiah, memperkuat arus modal asing, serta menopang pertumbuhan ekonomi.
Kenapa The Fed Sangat Berpengaruh?
The Fed sangat berpengaruh karena posisinya sebagai bank sentral negara dengan ekonomi terbesar di dunia dan penerbit mata uang cadangan global, yaitu dolar AS. Berikut sederet alasan mengapa setiap keputusan The Fed berdampak luas, termasuk ke Indonesia:
Dolar AS sebagai mata uang global
- Dolar digunakan dalam lebih dari 80% transaksi perdagangan internasional.
- Banyak negara, termasuk Indonesia, memegang cadangan devisa dalam bentuk dolar. Karena itu, perubahan kebijakan The Fed langsung memengaruhi nilai tukar global.
Suku bunga acuan The Fed jadi patokan dunia
- Kenaikan atau penurunan suku bunga The Fed memengaruhi biaya pinjaman global.
- Investor membandingkan imbal hasil aset AS dengan negara lain. Jika bunga The Fed naik, modal cenderung kembali ke AS; jika turun, dana mengalir ke pasar berkembang (emerging markets).
Pasar keuangan AS sebagai pusat likuiditas
- Obligasi pemerintah AS (US Treasury) dianggap aset paling aman di dunia. Pergerakan yield obligasi AS akan memengaruhi harga obligasi negara lain, termasuk Surat Utang Negara (SUN) Indonesia.
Pengaruh psikologis dan sentimen pasar
- Kebijakan The Fed sering dijadikan tolok ukur arah ekonomi global.
- Pernyataan kecil dari pejabat The Fed bisa menggerakkan bursa saham, nilai tukar, hingga harga komoditas dunia.
Hubungan dagang dan investasi
- AS adalah mitra dagang dan investor besar di banyak negara. Perlambatan ekonomi AS akibat kebijakan moneter akan berdampak pada permintaan ekspor negara lain.

Muhammad Imam Hatami
Editor
