Tren Pasar

Pasar Domestik Mati Suri, Penjualan Proyek SMGR Rontok 13 Persen Picu Laba Anjlok

  • Laba bersih SMGR anjlok 84% pada kuartal III-2025 akibat lesunya pasar domestik. Penjualan semen curah (proyek) tercatat rontok 13% (YoY), menekan kinerja perusahaan secara signifikan.
semen-indonesia-infobank (1).jpg
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) (Dok/Ist)

JAKARTA, TRENASIA.ID – PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) kembali menghadapi situasi pasar yang berat sepanjang 2025. Kinerja keuangan emiten BUMN ini belum menunjukkan perbaikan signifikan, dengan laba bersih anjlok 84% dan margin yang tetap tertekan.

Mengutip laporan keuangan kuartal III-2025, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk anjlok menjadi Rp114,83 miliar. Angka ini turun drastis dibandingkan Rp719,72 miliar pada periode yang sama tahun lalu (kuartal III-2024).

Pendapatan SMGR juga turun menjadi Rp25,30 triliun dari Rp26,29 triliun. Pelemahan ini didorong oleh lesunya permintaan semen domestik, terutama dari segmen curah (proyek) yang masih terkontraksi.

1. Tekanan di Pasar Domestik

Penjualan domestik SMGR masih mengalami kontraksi. Data hingga September 2025 menunjukkan penjualan semen dalam negeri turun 6% secara tahunan (YoY). Penurunan ini bahkan lebih dalam (8%) jika dibandingkan dengan realisasi semester I-2025.

Segmen semen kantong (ritel) mencatat penurunan tipis 3%. Namun, pelemahan utama datang dari penjualan semen curah (bulk). Segmen ini masih melemah dua digit atau 13% akibat tertundanya sejumlah proyek konstruksi di dalam negeri.

2. Ekspor Tampil Sebagai Penopang

Di balik kinerja domestik yang suram, laporan keuangan mengungkap sebuah paradoks. Riset Ina Sekuritas memaparkan bahwa total volume penjualan grup yang merosot 2% (YoY) ini berhasil diredam oleh kinerja ekspor yang kuat.

Penjualan regional justru menjadi penopang, dengan mencatatkan pertumbuhan 18% (YoY). Pertumbuhan ini didorong oleh lonjakan volume ekspor yang mencapai 25%, yang berhasil mengimbangi lemahnya permintaan semen di pasar dalam negeri.

3. Upaya Menjaga Margin Harga

Meskipun volume penjualan domestik tertekan, SMGR masih mampu mempertahankan disiplin harga. Rata-rata harga jual (ASP) tercatat naik 1% pada kuartal III-2025. Kenaikan ini terutama berkat kontribusi segmen semen kantong dan penyesuaian harga selektif.

Harga jual di segmen fighting brand dan ekspor juga naik 2%. Ini mencerminkan strategi harga yang hati-hati dari manajemen SMGR untuk menjaga margin profitabilitas di tengah pasar yang kompetitif dan permintaan yang lesu.

4. Tekanan Biaya Operasional

Meski harga jual naik, tekanan biaya belum mereda. Beban pokok penjualan (COGS) memang turun tipis 1% menjadi Rp20,3 triliun. Namun, variabel cost (biaya variabel) dilaporkan meningkat akibat kenaikan harga bahan bakar.

Efisiensi biaya tetap dilakukan di mana beban tetap berhasil ditekan 2%. Biaya operasional juga turun menjadi Rp3,8 triliun karena penghematan logistik dan promosi. Namun, EBITDA masih terkoreksi 24% YoY menjadi Rp3,3 triliun.

5. Sinyal Pemulihan dari Transformasi

Meskipun kinerja sembilan bulan masih tertekan, sinyal pemulihan mulai terlihat. Transformasi bisnis yang dimulai SMGR sejak Juli 2025 mulai menunjukkan hasil awal, ditandai dengan kenaikan volume bulanan rata-rata.

Pangsa pasar (market share) SMGR juga dilaporkan membaik menjadi 46,8%. Kendati demikian, pemulihan SMGR belum mulus karena masih menghadapi permintaan domestik yang lesu dan kinerja entitas di Vietnam (TLCC) yang masih lemah.