Tren Pasar

Mulai Bullish, JPMorgan Bagikan Strategi Investasi Emas

  • Harga emas dunia terus menanjak menembus rekor. CEO JPMorgan, Jamie Dimon, memprediksi harga bisa melonjak hingga US$10.000 per ons di tengah inflasi tinggi dan defisit AS yang melebar. Analis menilai emas tetap jadi aset unggulan hingga 2026.
Ilustrasi Harga Emas-1.jpg
Karyawati menunjukkan emas batangan 24 Karat di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, Selasa, 13 September 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Harga emas dunia terus menanjak menembus rekor baru dan tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda melambat. Optimisme pasar kian menguat setelah Jamie Dimon, CEO JPMorgan Chase & Co, secara mengejutkan memprediksi harga emas bisa melesat hingga US$10.000 per ons di tengah situasi ekonomi global yang rapuh.

Pernyataan Dimon menarik perhatian karena ia selama ini dikenal bukan pendukung logam mulia. Namun, dengan inflasi yang tak kunjung turun, defisit fiskal Amerika Serikat yang semakin melebar, serta kebijakan moneter longgar The Fed, ia menilai kini adalah waktu yang tepat bagi investor untuk menempatkan emas sebagai aset penting dalam portofolio.

“Saya bukan pembeli emas, biaya kepemilikannya sekitar 4%. Tapi dalam kondisi seperti ini, emas bisa dengan mudah naik ke US$5.000 atau bahkan US$10.000 per ons,” ujar Dimon dalam konferensi Fortune’s Most Powerful Women di Washington, dikutip Kitco News Jumat, 17 Oktober 2025. “Ini salah satu masa langka di mana masuk akal untuk memiliki sebagian emas di portofolio.”

Inflasi, Defisit, dan Risiko Gelembung Aset

Analis JPMorgan Asset Management, David Kelly, memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 125 basis poin hingga 2026 meskipun inflasi masih di atas target. Menurutnya, inflasi CPI AS bisa meningkat hingga 3,5% pada kuartal IV-2025 sebelum kembali turun ke 2,8% pada 2026. Namun, pelonggaran moneter yang terlalu cepat justru bisa memperburuk defisit fiskal dan memicu gelembung harga aset.

“Kebijakan longgar mungkin menekan biaya utang jangka pendek pemerintah, tapi berisiko memperlebar defisit dan menurunkan kepercayaan terhadap dolar AS. Kondisi ini membuat emas dan aset alternatif kembali relevan,” tulis Kelly.

Ia menambahkan, selama enam tahun terakhir harga rumah di AS melonjak 51% dan indeks S&P 500 naik 111%, mencerminkan tanda-tanda asset price inflation yang berpotensi memicu koreksi tajam jika suku bunga berbalik naik.

Emas Masih Jadi Aset Unggulan Hingga 2026

Senada dengan Dimon dan Kelly, Grace Peters, Global Head of Investment Strategy JPMorgan, menegaskan emas akan tetap menjadi salah satu aset paling menarik hingga 2026. Dorongan utamanya datang dari pembelian agresif bank sentral negara berkembang dan meningkatnya minat investor pada ETF emas sebagai lindung nilai inflasi.

“Kami memulai tahun ini dengan target harga emas US$3.500 dan target tersebut sudah terlampaui. Untuk 12 bulan ke depan, target realistis kami kini di atas US$4.000, dengan prospek bullish jangka panjang. Permintaan dari sektor perhiasan dan teknologi juga tetap kuat,” jelas Peters.

Momentum Diversifikasi Portofolio

Berikut strategi investasi yang disarankan para analis:

Strategi
 
Penjelasan
 
1. Akumulasi Bertahap (DCA)Beli emas secara rutin (mingguan/bulanan) agar tidak terjebak di puncak harga. Strategi ini efektif di tengah volatilitas tinggi.
2. Diversifikasi GlobalSisihkan 15–20% portofolio di logam mulia seperti emas fisik digital di platform seperti Bareksa Emas.
3. Fokus pada Safe HavenKurangi eksposur ke aset berisiko tinggi seperti saham spekulatif dan kripto selama periode pelonggaran moneter global.
4. Perhatikan Momentum TeknisSelama harga emas bertahan di atas US$4.100–4.200 per ons, tren jangka menengah tetap bullish dengan target US$4.500–5.000 pada 2026.

Sumber: JP Morgan, Kitco News, Treasury diolah Bareksa

Proyeksi Harga Emas Dalam Negeri 2026 (Asumsi Kurs Rp16.577/USD)

Emas
 
Harga Saat Ini (Rp/gram)
 
Estimasi Jika Emas Dunia US$5.000*
 
Potensi Kenaikan 2026
 
TreasuryRp2.303.696Rp2.767.00020,1%
PegadaianRp2.334.000Rp2.806.00020,2%
IndogoldRp2.307.552Rp2.774.00020,2%
AntamRp2.407.000Rp2.892.00020,1%

Sumber: *prediksi BofA, SocGen, kurs hari ini (15/10/2025), fitur Bareksa Emas diolah
*Asumsi harga spot global US$5.000/ons setara Rp2,73 juta per gram, dengan tambahan premium domestik sesuai rata-rata per platform.

Tabel: Prediksi Harga Emas Dalam Negeri Jika Emas Dunia Mencapai US$10.000 per Ons

Emas
 
Harga Saat Ini (Rp/gram)
 
Estimasi Jika Emas Dunia US$10.000/ons
 
Potensi Kenaikan
TreasuryRp2.303.696Rp5.534.000140%
PegadaianRp2.334.000Rp5.611.000140%
IndogoldRp2.307.552Rp5.542.000140%
AntamRp2.407.000Rp5.784.000140%

Sumber: prediksi CEO JP Morgan, kurs hari ini (15/10/2025), fitur Bareksa Emas diolah

Bagi investor, kondisi ini menjadi momentum penting untuk menata ulang portofolio menghadapi era suku bunga turun. Jika skenario ekstrem Dimon bahwa emas menembus US$10.000 per ons benar terjadi, maka harga emas batangan dalam negeri berpotensi melonjak ke Rp5,5–5,8 juta per gram, lebih dari dua kali lipat dibanding level Oktober 2025 yang masih di kisaran Rp2,3 juta per gram.

Dalam konteks inflasi global yang tinggi dan defisit fiskal AS yang terus melebar, kenaikan harga ini memiliki dasar fundamental yang kuat, terutama jika bank sentral dunia terus menambah cadangan emas dan suku bunga riil turun di bawah 1%.

Investor yang mulai melakukan akumulasi bertahap sejak sekarang berpotensi meraup capital gain hingga 130–140% dalam dua tahun ke depan apabila skenario bullish ekstrem tersebut benar-benar terealisasi.