Tren Pasar

Kaleidoskop Bursa 2025: Banjir Obligasi Korporasi Tembus Rp209 Triliun

  • Kaleidoskop Bursa 2025: Emisi obligasi korporasi pecah rekor Rp209,4 triliun berkat bunga murah. Simak kilas balik aksi SMAR, CUAN, BUMI, dan TPIA.
Aktifitas Bursa Saham - Panji 3.jpg
Pekerja berjalan di depan layar yang menampilkan pergerakan saham di Mail Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta 17 Oktober 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Tahun 2025 menjadi periode kebangkitan pasar obligasi korporasi Indonesia yang ditandai oleh rekor nilai emisi. Sepanjang tahun ini, pasar modal kebanjiran surat utang baru seiring dengan tren penurunan suku bunga acuan. Para emiten kakap berlomba memanfaatkan momentum biaya dana murah untuk memperkuat struktur permodalan mereka.

Data Bursa Efek Indonesia menunjukkan lonjakan signifikan partisipasi korporasi dalam menghimpun dana melalui instrumen surat utang. Nilai akumulasi emisi sepanjang tahun ini berhasil melampaui capaian periode sebelumnya secara cukup masif. Fenomena ini menjadi salah satu sorotan utama dalam rekam jejak pasar modal Indonesia sepanjang tahun 2025.

Arus modal dari penerbitan obligasi menjadi pilihan primadona korporasi untuk menjaga likuiditas internal di tengah stabilitas. Strategi ini diambil guna mendapatkan biaya bunga yang lebih kompetitif dibandingkan skema pinjaman perbankan. Berikut adalah rekam jejak (kaleidoskop) tren penerbitan obligasi korporasi nasional sepanjang tahun 2025:

1. Rekor Emisi Tembus Rp209 Triliun

Bursa Efek Indonesia mencatat sejarah baru dalam penerbitan obligasi korporasi sepanjang tahun 2025 ini. Total nilai emisi yang berhasil dihimpun oleh emiten mencapai angka fantastis sebesar Rp209,4 triliun. Angka tersebut berasal dari seratus tujuh puluh delapan emisi yang diterbitkan oleh tujuh puluh sembilan perusahaan.

Pencapaian tahun ini melonjak sangat signifikan jika dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2024 lalu. Kala itu total dana yang dihimpun pasar hanya berhenti di angka Rp116,6 triliun saja. Lonjakan likuiditas ini menandakan pulihnya kepercayaan investor terhadap instrumen surat utang di tengah pemulihan ekonomi nasional.

2. Panggung Aksi Konglomerasi Besar

Grup Sinar Mas memimpin tren ini melalui obligasi PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR)senilai Rp5 triliun. Langkah strategis serupa juga diambil emiten milik Prajogo Pangestu lewat PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) senilai Rp1 triliun. Aksi korporasi jumbo ini mencerminkan tingginya kebutuhan modal kerja bagi raksasa bisnis nasional.

Grup Bakrie tidak mau ketinggalan momentum dengan melanjutkan program obligasi berkelanjutan melalui entitas PT Bumi Resources Tbk (BUMI) senilai Rp721,6 miliar. Sementara itu PT Mayora Indah Tbk (MYOR) turut meramaikan pasar dengan menerbitkan surat utang sebesar Rp827,5 miliar. Deretan emisi dari nama besar ini sukses diserap pasar karena penawaran kupon kompetitif.

3. Pipeline Emisi Penutup Tahun

Sejumlah emiten besar tercatat masih antre untuk menerbitkan obligasi berkelanjutan pada sisa pengujung tahun ini. PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) menyampaikan rencana penerbitan surat utang dengan jumlah pokok sebanyaknya Rp1,5 triliun. Kepastian ini menjadi sinyal bahwa geliat pasar surat utang nasional tetap berlanjut hingga tutup tahun.

Sektor properti melalui PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) juga merancang penerbitan obligasi Rp500 miliar untuk modal kerja. Target penghimpunan dana dari program berkelanjutan emiten ini diperkirakan akan menyentuh angka Rp3 triliun. Hal tersebut mempertegas optimisme pelaku usaha terhadap daya serap investor pasar modal terhadap instrumen utang.

4. Stimulus Suku Bunga

Analis Batavia Prosperindo Aset Manajemen menilai kebijakan pemangkasan suku bunga BI merupakan stimulus paling krusial. Putri Nur Astiwi menyebut penurunan biaya pendanaan membuat emiten lebih agresif mencari pendanaan domestik. Diversifikasi pembiayaan melalui obligasi dianggap langkah paling tepat menjaga stabilitas arus kas perusahaan dalam jangka panjang.

"Faktor pendukung lain adalah kebutuhan refinancing yang masih tinggi serta preferensi emiten mencari pendanaan domestik," ujarnya. Putri memproyeksikan tren positif ini akan terus berlanjut hingga tahun 2026 mendatang. Hal ini sejalan dengan meningkatnya kebutuhan belanja modal korporasi yang pulih seiring membaiknya kondisi makro ekonomi.

5. Proyeksi Tahun 2026 

Ekonom KB Valbury Sekuritas memprediksi nilai penerbitan obligasi tahun depan tetap berada pada level tinggi. Fikri Permana menyebut obligasi memberikan ruang arus kas yang lebih baik daripada pinjaman bank konvensional. Instrumen ini memungkinkan perusahaan mengatur jadwal pembayaran bunga secara lebih efisien tanpa beban cicilan pokok bulanan.

Fikri menilai obligasi telah bertransformasi menjadi sumber permodalan utama yang murah di era suku bunga rendah. "Mungkin penerbitan obligasi korporasi lebih membuka ruang cashflow yang lebih bagus dibandingkan perbankan," katanya. Sekitar enam puluh persen emiten yang utangnya jatuh tempo diperkirakan akan segera melakukan strategi refinancing.