Kalau Hartono Bersaudara Beli Saham HEAL, Investor Ritel Harus Ngapain?
- Hartono Bersaudara beli saham HEAL saat kinerja turun. Apa pelajaran investasi yang bisa diambil oleh investor pemula dari langkah strategis Grup Djarum ini?

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA - Jagat pasar modal Indonesia kembali dihebohkan oleh Grup Djarum. Lewat keterbukaan informasi Rabu, 25 Juni 2025, entitasnya, PT Dwimuria Investama Andalan, membeli saham PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) atau pengelola RS Hermina senilai Rp1,04 triliun dengan harga premium Rp1.875 per saham.
Info saja, pada penutupan perdagangan kemarin, saham HEAL ditutup level di Rp1.375 per saham. Artinya, Hartono Bersaudara yang merupakan pemilik PT Dwimuria Investama Andalan, membeli saham ini lebih tinggi 36,36% dari harga pasar.
Fenomena ini sontak memicu pertanyaan penting bagi kita, investor ritel Gen Z dan Milenial. Jika konglomerat berani bayar mahal, langkah apa yang harus kita ambil? Jawabannya bukan ikut-ikutan, melainkan membedah strategi mereka untuk dijadikan pelajaran berharga.
- Makin Menegangkan, Berikut Berbagai Teori Squid Game Season 3
- 3 Pusat Pelatihan atau Akademi K-Pop di Indonesia
- Transformasi K-Pop dari Masa ke Masa: Dari Fan Café ke Era Virtual dan AI
1. Pahami Dulu Alasan di Baliknya
Langkah Djarum ini adalah cerminan investasi jangka panjang. Mereka tidak melihat kinerja saat ini, yang mana pendapatan HEAL melemah menjadi Rp1,69 triliun pada Kuartal I/2025. Sebaliknya, mereka membeli potensi masa depan perusahaan, sebuah strategi yang perlu kita cermati.
Konteksnya, profitabilitas HEAL memang sedang diuji. Setelah puncak pandemi, margin laba perusahaan relatif stagnan dari tahun 2022 hingga 2024. Ini memberikan alasan kuat mengapa investor besar justru melihat potensi perbaikan dari reformasi industri yang akan datang.
Keyakinan ini juga didukung oleh ekspansi agresif HEAL, yang menganggarkan Rp346 miliar untuk dua RS baru. Targetnya adalah 9.000 tempat tidur, dengan proyeksi pendapatan Rp7,8 triliun dan EBITDA Rp2,2 triliun sepanjang tahun 2025 ini.
Dari sisi eksternal, sektor kesehatan Indonesia di ambang reformasi besar yang berpotensi menguntungkan profitabilitas industri ini. Berbagai kebijakan baru disiapkan, seperti sistem KRIS yang penyesuaian iurannya berlaku 1 Juli 2025, skema co-payment asuransi, hingga sistem tarif iDRG yang dijadwalkan meluncur Juli 2025.
2. Modal Gak Gede? Tenang, Mulai dari Dikit Dulu
Grup Djarum menggelontorkan dana fantastis Rp1,04 triliun untuk memborong 559,2 juta lembar saham treasuri HEAL. Angka ini tentu berada di luar jangkauan investor ritel pada umumnya, namun bukan berarti kita tidak bisa ikut berpartisipasi.
Justru sebaliknya, dengan harga saham HEAL yang saat ini di level Rp1.440 per lembar pada perdagangan berjalan Kamis, 26 Juni 2025, adalah pintu masuk menjadi sangat terjangkau. Hanya dengan modal sekitar Rp144.000, investor sudah bisa membeli 1 lot saham dan bisa menjadi bagian dari cerita perseroan.
Pelajaran pentingnya adalah jangan minder dengan modal terbatas. Manfaatkanlah strategi DCA atau Dollar Cost Averaging. Dengan "nyicil" membeli saham secara rutin dan konsisten setiap bulan, kamu bisa membangun portofolio secara bertahap tanpa harus pusing menebak waktu terbaik untuk membeli.
3. Cek Valuasinya, Jangan Cuma Ikut FOMO
Djarum berani membayar mahal pada valuasi P/E 57,9 kali, jauh di atas rata-rata pasar yang saat itu berada di 42,6 kali. Keputusan ini menunjukkan adanya perhitungan jangka panjang yang tidak hanya melihat valuasi saat ini, melainkan potensi di masa depan.
Langkah ini terlihat kontras jika melihat kinerja Kuartal I/2025, di mana laba bersih HEAL anjlok 34,67% menjadi Rp124,72 miliar. Mereka pada dasarnya membeli saat kinerja perusahaan sedang berada di titik rendah, sebuah strategi yang berisiko namun berpotensi imbal hasil tinggi.
Dari sini, kita belajar untuk tidak sekadar ikut-ikutan tren (FOMO). P/E yang tinggi bisa berarti ekspektasi besar dari pasar. Tugas kita adalah menilai secara kritis apakah ekspektasi tersebut realistis dan sesuai dengan profil risiko kita sebelum ikut masuk.
4. Jangan Taruh Semua Uang di Satu Saham
Aksi Djarum di HEAL adalah bagian dari diversifikasi. Ingat, mereka punya 8,35% saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dan mayoritas di PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Bahkan Grup PT Astra International Tbk (ASII), yang menurut data Kustodioan Sentral Efek Indonesia per 23 Juni 2025 memegang 7,23% saham HEAL, juga memiliki portofolio yang sangat beragam dari otomotif sampai pertambangan.
Mereka menambahkan HEAL sebagai pelengkap. Sebagai perbandingan, ASII ternyata sudah masuk sejak periode Agustus-September 2022 saat harga masih di kisaran Rp1.335-1.375. Artinya, dua korporasi besar itu menyebar risiko dengan menempatkan modal di berbagai sektor industri.
Penting dicatat, langkah-langkah tersebut juga dilakukan secara profesional. Transaksi Djarum, misalnya, secara spesifik dilakukan "tanpa melibatkan hubungan afiliasi". Ini menunjukkan sebuah keputusan bisnis yang objektif dan terukur, bukan sekadar kesepakatan biasa, sebuah pelajaran penting tentang strategi yang matang.
5. Pantau Rutin dan Belajar Terus
Investasi adalah proses aktif yang tidak berhenti setelah menekan tombol 'buy'. Tugasmu adalah memantau apakah cerita masa depan yang dibeli itu berjalan sesuai rencana. Awasi laporan keuangan HEAL di kuartal-kuartal berikutnya untuk melihat adanya tanda-tanda pemulihan laba.
Selain angka, pantau juga progres non-finansial. Ini termasuk perkembangan ekspansi rumah sakit barunya serta implementasi kebijakan pemerintah seperti KRIS, Co-Payment dan iDRG. Katalis-katalis eksternal inilah yang menjadi dasar optimisme para investor besar terhadap sektor ini.
Selain itu, perhatikan juga sentimen pasar secara umum, seperti minat investor asing yang tercatat melakukan pembelian bersih signifikan sebesar Rp436 miliar pada saham ini. Semua ini mengarah pada pelajaran terpenting: jadilah investor yang selalu terinformasi untuk mengambil keputusan terbaik.

Ananda Astridianka
Editor
