Investor Individu vs Institusi: Apa Bedanya di Pasar Saham?
- Investor institusi seperti dana pensiun, bank, dan asuransi menguasai mayoritas transaksi saham di BEI. Bagaimana nasib investor ritel?

Ananda Astri Dianka
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) ternyata lebih banyak digerakkan oleh investor institusi ketimbang investor individu.
Jika investor ritel melakukan transaksi untuk kepentingan pribadi, investor institusi justru mewakili lembaga besar dengan dana kelolaan yang signifikan.
Investor individu bisa berasal dari siapa saja, asalkan memiliki KTP dan rekening bank untuk membuka rekening efek. Sementara itu, investor institusi mencakup lembaga seperti dana pensiun, bank, perusahaan asuransi, yayasan, hingga dana abadi yang dikelola profesional.
Transaksi yang mereka lakukan bertujuan memenuhi kepentingan nasabah atau lembaga masing-masing.
Perbedaan Gaya Investasi
Keterbatasan modal membuat investor ritel lebih fleksibel dalam bertransaksi, bahkan bisa masuk ke saham-saham lapis kedua yang berpotensi memberi imbal hasil lebih tinggi.
Sebaliknya, investor institusi dengan dana besar cenderung memilih saham berkapitalisasi pasar besar dan fundamental kuat, atau yang dikenal sebagai saham blue chip.
Secara nominal, keuntungan investor institusi biasanya jauh lebih besar karena nilai transaksi mereka juga besar. Namun, pendekatan yang digunakan berbeda.
Investor ritel lebih sering mengandalkan analisis teknikal dari pergerakan harga harian, sementara investor institusi mengutamakan analisis fundamental perusahaan sebelum menempatkan saham dalam portofolio.
Selain itu, orientasi investasi saham umumnya berjangka panjang. Investor individu bisa lebih leluasa menjalankan strategi ini. Sementara institusi kadang memiliki batasan tertentu sesuai mandat lembaga, misalnya jangka waktu investasi atau sektor usaha yang boleh dimasuki.
Diversifikasi juga menjadi strategi penting, terutama bagi investor institusi yang memegang dana besar dan dituntut mencapai target return tertentu.
Salah satu strategi umum adalah membeli saham-saham yang menjadi konstituen indeks tertentu. Misalnya, jika mengacu pada indeks IDX-MES BUMN 17, maka institusi akan menempatkan investasi di 17 saham penghuni indeks tersebut.
Dari sisi transaksi, dominasi investor institusi sangat kuat. Nilai perdagangan saham rata-rata di BEI didominasi investor institusi hingga lebih dari 80%. Sementara porsi investor ritel sering kali bahkan kurang dari 20%.
Kondisi ini membuat arah pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sangat dipengaruhi aksi beli-jual investor institusi. Karena itu, penting bagi investor ritel untuk mencermati pergerakan portofolio maupun strategi investasi institusi sebagai bagian dari analisis pasar.

Ananda Astri Dianka
Editor
