Indo Premier Pilih BBNI dan BBRI, Sinyal Pemulihan NIM dan CoF Mulai Terlihat
- Empat bank besar RI catat laba Rp137 triliun, turun 5% YoY. Indo Premier: tekanan CoF mereda, prospek kredit dan margin mulai pulih.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Kinerja empat bank besar Indonesia mencatatkan laba bersih agregat Rp137 triliun selama sembilan bulan pertama 2025. Angka ini turun 5% secara tahunan (YoY), namun dinilai sejalan (in-line) dengan estimasi konsensus (mencapai 74%).
Meski kinerja tahunan tertekan, Indo Premier Sekuritas menyoroti adanya perbaikan signifikan secara kuartalan (QoQ). Laba bersih agregat bank BUMN tercatat tumbuh +7% hingga +18% pada kuartal III-2025, menunjukkan sinyal pemulihan operasional yang solid.
Analis Indo Premier Sekuritas, Jovent Muliadi dan Axel Azriel, menilai perbaikan ini didorong oleh mulai meredanya tekanan biaya dana (Cost of Funds/CoF). Perusahaan efek ini pun mempertahankan status Overweight untuk sektor perbankan, dengan BBNI dan BBRI sebagai pilihan utama (top picks).
1. Sinyal Meredanya Tekanan Biaya Dana (CoF)
Indo Premier bilang kunci pemulihan ada pada margin bunga bersih (NIM) yang relatif stabil di kuartal III-2025. Tekanan biaya dana (CoF) yang selama ini menekan margin perbankan, kini menunjukkan sinyal perbaikan awal di mayoritas bank besar.
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatat CoF turun 12 basis poin (bps) QoQ. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga mencatat CoF turun 9 bps QoQ, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 8 bps QoQ.
Hanya PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang CoF-nya masih mencatatkan kenaikan tipis 12 bps QoQ. "Kami memperkirakan perbaikan bertahap pada CoF ini akan berlanjut hingga 4Q25F... yang akan mengurangi tekanan pada NIM," tulis mereka dikutip pada Kamis, 13 November 2025.
2. Pertumbuhan Kredit dan Injeksi Likuiditas
Dari sisi pertumbuhan kredit pun keempat bank secara keseluruhan masih solid, naik 9% YoY (+2% QoQ). Dalam hal ini, BMRI dan BBNI sukses mencatatkan pertumbuhan terkuat, masing-masing sebesar 11% YoY (+4% QoQ), diikuti oleh BBCA (+8% YoY) dan BBRI (+6% YoY).
Di sisi pendanaan, DPK tumbuh kuat 12% YoY (+2% QoQ). Pertumbuhan ini terutama didorong oleh Deposito Berjangka (TD) yang naik 16% YoY (+9% QoQ), hasil dari injeksi likuiditas Kementerian Keuangan (MoF) ke bank BUMN.
Meski deposito naik, dana murah (CASA) tetap sehat, tumbuh 10% YoY. BBRI dan BBNI memimpin pertumbuhan CASA di industri, dengan kenaikan masing-masing 14% YoY (+3% QoQ) dan 13% YoY (-5% QoQ).
3. Perbaikan Kualitas Aset (LAR)
Kualitas aset (asset quality) juga menunjukkan perbaikan bertahap di kuartal III-2025. Rasio Loan-at-Risk (LAR) tercatat menurun di seluruh bank besar, menunjukkan perbaikan pada portofolio kredit restrukturisasi.
BBNI mengalami perbaikan LAR terbesar, turun 60 bps QoQ menjadi 10,4%. Diikuti oleh BMRI yang turun 44 bps QoQ menjadi 6,5%, BBCA turun 20 bps QoQ menjadi 5,5%, dan BBRI turun 10 bps QoQ menjadi 10,7%.
Biaya kredit (CoC) untuk semua bank masih sejalan dengan panduan. Pengecualian terjadi pada BMRI (0,7% vs. panduan 0,8-1,0%), yang menurut Indo Premier mengindikasikan kemungkinan adanya kenaikan provisi di kuartal keempat.
4. Valuasi Murah Jadi Alasan Overweight
Berdasarkan banyak faktor itu, Indo Premier mempertahankan sikap Overweight untuk sektor perbankan. Alasan utamanya adalah valuasi yang dinilai memiliki risiko penurunan terbatas (limited downside), seiring prospek membaiknya kondisi likuiditas dan biaya dana.
Selain itu, sektor perbankan saat ini diperdagangkan pada 2,0x P/B (Price-to-Book Value). Valuasi ini masih berada di bawah rata-rata historis 10 tahunnya (2,2x P/B), sehingga dinilai masih menarik untuk diakumulasi oleh para investor.
"Kami mempertahankan sikap OW kami pada perbankan, mengingat penurunan valuasi terbatas... bersamaan dengan perbaikan berurutan pada CoF yang akan berdampak positif pada margin," tulis analis Indo Premier.
5. Rekomendasi Top Picks dan Target Harga
Pilihan utama (top picks) analis Indo Premier jatuh pada BBNI dan BBRI. Saham BBNI dinilai menarik karena memiliki potensi funding turnaround atau perbaikan di sisi pendanaan. Sementara itu, BBRI dipilih berkat penurunan cost of credit(CoC) serta prospek pertumbuhan kredit yang lebih solid.
Indo Premier memberikan rekomendasi “Buy” untuk seluruh bank yang dikaji. Adapun target harga (TP) untuk 12 bulan ke depan adalah sebagai berikut: BBCA di Rp10.400, BBRI di Rp4.700, BMRI di Rp6.000, dan BBNI di Rp4.800.

Alvin Bagaskara
Editor
