<p>JAKARTA,&nbsp;<a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.id/">TRENASIA.ID</a> – Euforia di pasar saham Indonesia yang didorong oleh makrekonomi terus berlanjut. Pada perdagangan hari ini,&nbsp;Rabu, 6 Agustus 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka menguat sebesar&nbsp;+0,22%&nbsp;dan parkir di level&nbsp;7.531,60.</p><p>Namun, ada anomali menarik di balik penguatan ini. Indeks LQ45, yang berisi 45 saham unggulan paling likuid, justru hanya naik tipis&nbsp;+0,03%&nbsp;alias nyaris stagnan, menunjukkan adanya divergensi pergerakan yang sangat signifikan antara keduanya.</p><p>Perbedaan ini menimbulkan pertanyaan: sentimen apa yang masih mendorong IHSG, dan kenapa saham-saham&nbsp;<i>blue chip </i>justru tertinggal? Untuk menjawabnya, mari kita bedah tuntas lima poin penting dari analisis pasar terkini.</p><ul><li>Baca Juga: <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.id/tren-pasar/bensin-baru-dari-data-pdb-misi-ihsg-tembus-8-000-makin-dekat"><strong>Bensin Baru dari Data PDB, Misi IHSG Tembus 8.000 Makin Dekat?</strong></a></li></ul><h2>1. Pesta PDB Hanya Euforia Sesaat</h2><p>Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, mengingatkan investor agar tidak terlalu larut dalam euforia rilis PDB. Menurutnya, sentimen positif dari data pertumbuhan ekonomi sebesar 5,12% ini kemungkinan besar hanya akan berdampak sementara.</p><p>Liza menjelaskan bahwa data PDB adalah data masa lalu (<i>lagging</i>), sementara pasar saham selalu melihat ke depan. Fokus pasar ke depan akan lebih tertuju pada tiga hal utama: musim rilis&nbsp;laporan laba kuartal II-2025, arah&nbsp;suku bunga, dan&nbsp;tensi dagang global.</p><h2>2. Bongkar Mesin Pertumbuhan Ekonomi</h2><p>Namun, data PDB ini memberikan peta yang jelas tentang kekuatan ekonomi saat ini.&nbsp;Sektor manufaktur dan ekspormenjadi bintang utama dengan pertumbuhan mencapai&nbsp;10,67%, menunjukkan kekuatan industri berbasis ekspor di tengah dinamika global.</p><ul><li>Baca Juga: <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.id/tren-pasar/bedah-portofolio-7-broker-teratas-juli-2025-saham-big-banks-dan-konglomerat-jadi-primadona"><strong>Bedah Portofolio 7 Broker Teratas Juli 2025: Saham Big Banks dan Konglomerat Jadi Primadona</strong></a></li></ul><p>Kekuatan lainnya datang dari&nbsp;sektor investasi&nbsp;yang berhasil tumbuh solid sebesar&nbsp;6,99%. Hal ini menjadi sinyal positif bagi sektor-sektor terkait seperti&nbsp;konstruksi dan properti, yang diuntungkan oleh maraknya pembentukan modal tetap bruto.</p><p>Tulang punggung ekonomi, yaitu&nbsp;konsumsi rumah tangga, juga tercatat masih tumbuh sehat di level&nbsp;4,97%. Pertumbuhan yang stabil ini memberikan fondasi yang kokoh bagi emiten-emiten di&nbsp;sektor konsumer.</p><h2>3. Sektor Anak Tiri yang Perlu Dihindari&nbsp;</h2><p>Di sisi lain, tidak semua komponen ekonomi menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan. Data PDB menunjukkan bahwa&nbsp;konsumsi pemerintah&nbsp;justru masih terkontraksi atau&nbsp;minus 0,33%. Hal ini menjadi sinyal waspada bagi investor terhadap sektor-sektor tertentu.</p><p>Oleh karena itu, analis Liza menyarankan untuk sementara waktu menghindari emiten yang sangat bergantung pada proyek pemerintah. Sektor-sektor ini kemungkinan baru akan merasakan dampak positif saat ada percepatan belanja negara di akhir tahun.</p><h2>4. Sinyal Kebangkitan di Semester II &amp; Proyek Potensial</h2><p>Meskipun belanja pemerintah saat ini lemah, Liza menuturkan bahwa secara historis kuartal III dan IV adalah periode percepatan belanja APBN. Investor disarankan untuk memantau waktu (<i>timing</i>) yang tepat untuk kembali masuk ke sektor terkait infrastruktur.</p><p>Beberapa program potensial yang bisa menjadi pendorong termasuk yang berhubungan dengan kesepakatan dagang AS, seperti&nbsp;pembelian pesawat Boeing atau impor energi. Liza menyebut ini sebagai katalis tak terduga yang bisa muncul di paruh kedua tahun ini.</p><p>Selain itu, proyek hilirisasi atau industrialisasi Danantara yang masif juga akan menjadi pendorong utama. Ini bisa menjadi sentimen positif yang sangat kuat bagi sektor&nbsp;infrastruktur, transportasi, hingga energi&nbsp;jika berhasil dieksekusi sesuai jadwal.</p><h2>5. Strategi Terbaik: Rotasi Sektor &amp; 'Stock Picking'</h2><p>Jadi, apa strategi investasi terbaik saat ini? Menurut Liza, ini bukan saatnya untuk membeli pasar secara membabi buta. Meskipun data PDB mendukung narasi ekonomi yang kuat, investor perlu tetap cerdas dan sangat selektif dalam menempatkan dananya.</p><p>Liza juga mengingatkan investor untuk mewaspadai potensi moderasi ekspor akibat efek&nbsp;<i>front-loading</i>&nbsp;menjelang tarif AS. Selain itu, penting untuk terus memantau arah kebijakan suku bunga Bank Indonesia yang akan menjadi katalis tambahan bagi sektor sensitif.</p><p>Artinya, investor perlu aktif mencari saham unggulan di sektor yang tepat, bukan hanya pasif mengikuti pergerakan indeks. “Strategi terbaik adalah rotasi sektor dan&nbsp;<i>stock picking</i>&nbsp;berdasarkan data&nbsp;<i>forward-looking</i>&nbsp;seperti proyeksi laba dan arah kebijakan,”&nbsp;pungkasnya.&nbsp;</p>

Pekerja berjalan di depan layar yang menampilkan pergerakan saham di Mail Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta 17 Oktober 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia

Aktifitas Bursa Saham - Panji 4.jpg

IHSG euforia pasca rilis PDB, tapi jangan salah langkah. Pelajari strategi rotasi sektor & stock picking yang tepat di tengah divergensi pasar dan waspadai sektor ini.

Harga Emas Hari Ini

IHSG Ngegas, Tapi Saham Blue Chip Lesu: Saatnya Rotasi Sektor?