Tren Pasar

IHSG Diprediksi Menguat, Cermati Saham HMSP, ANTM, dan BTPS Pekan Ini

  • IHSG diperkirakan lanjut menguat pada 29 September 2025, didorong sentimen The Fed, kesepakatan dagang RI–UE, stabilitas Rupiah, serta peluang saham pilihan IPOT di sektor perbankan, konsumer, dan komoditas.
Aktifitas Bursa Saham - Panji 3.jpg
Pekerja berjalan di depan layar yang menampilkan pergerakan saham di Mail Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta 17 Oktober 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Pasar saham Indonesia diprediksi akan melanjutkan tren penguatannya pada pekan ini, 29 September–3 Oktober 2025. Setelah pekan lalu berhasil ditutup di zona hijau, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kini mendapatkan serangkaian 'bensin' pendorong baru yang sangat kuat, baik dari dalam negeri maupun global.

Meskipun investor asing tercatat masih melakukan jual bersih (net sell) sebesar Rp1 triliun pekan lalu, IHSG justru berhasil ditutup menguat 0,73% ke level 8.099,33. Optimisme ini didorong oleh ekspektasi pelonggaran suku bunga The Fed dan sentimen positif dari kesepakatan dagang Indonesia-Uni Eropa.

Di tengah prospek yang cerah ini, para analis telah merilis 'contekan' saham-saham yang dinilai paling prospektif untuk ditunggangi. Lantas, seberapa kuat potensi penguatan IHSG dan saham apa saja yang menjadi jagoan pekan ini? Mari kita bedah tuntas.

1. Bensin Pendorong: Dari The Fed Hingga Kesepakatan Dagang

Menurut Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT), David Kurniawan, ada beberapa 'bensin' pendorong utama bagi IHSG. Dari sisi global, harapan pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed menjadi katalis utama yang berpotensi memicu aliran modal asing kembali masuk.

Dari dalam negeri, sentimen super positif datang dari kesepakatan dagang antara Indonesia dan Uni Eropa yang akan memangkas tarif hingga 80% untuk produk ekspor. “Kesepakatan dagang RI–Uni Eropa memberi katalis positif bagi saham eksportir,” kata David Kurniawan di Jakarta, Minggu, 28 September 2025.

2. Dinamika Domestik: Dari Cukai Rokok Hingga Freeport

Pasar domestik juga diwarnai oleh dua sentimen penting lainnya. Pertama adalah kebijakan cukai hasil tembakau 2026 yang dipastikan tidak akan naik. Keputusan ini menjadi angin segar bagi emiten-emiten di sektor rokok.

Namun, ada sedikit sentimen negatif dari terhentinya sementara operasional tambang Grasberg milik Freeport akibat bencana mudflow. Gangguan produksi ini berpotensi menekan prospek ekspor tembaga dan emas dari Indonesia dalam jangka pendek.

3. Contekan Saham Pilihan Indo Premier

Dengan mempertimbangkan semua faktor ini, IPOT merekomendasikan strategi investasi yang fokus pada saham-saham yang sedang dalam tren naik (uptrend) dan memiliki fundamental kuat. Berikut adalah contekan pilihan mereka:

  • PT HM Sampoerna Tbk (HMSP): Rekomendasi buy on breakout di level Rp900, dengan target harga Rp1.000. Saham ini dinilai menarik karena sentimen cukai yang positif dan yield dividen yang atraktif.
  • PT Aneka Tambang Tbk (ANTM): Rekomendasi buy di harga saat ini Rp3.210, dengan target harga Rp3.470. Sektor emas dinilai masih menjadi primadona di tengah rekor harga komoditasnya.
  • PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS): Rekomendasi buy on pullback di area Rp1.350–Rp1.370, dengan target harga Rp1.490. Saham ini ditopang oleh fundamental yang kuat dan secara teknikal sedang berada di area demand.

4. Alternatif Cerdas: Reksa Dana Saham Konsumer

Bagi investor yang ingin melakukan diversifikasi secara instan dengan biaya rendah, IPOT juga merekomendasikan produk reksa dana saham Premier ETF Indonesia Consumer (XIIC). Produk ini menawarkan eksposur langsung ke saham-saham di sektor konsumer.

Reksa dana yang dikelola oleh manajer berpengalaman yang menguasai 65% pasar ETF saham di Indonesia ini dinilai memiliki potensi imbal hasil 5–10% di atas IHSG. Ini adalah pilihan cerdas bagi investor yang ingin menunggangi gelombang pemulihan konsumsi domestik.