IHSG Ambles: Analis Ungkap Blunder Pemerintah yang Bikin Pasar Panik
- IHSG anjlok 1,73% ke 7.815 akibat gejolak politik domestik. Analis sebut pasar rapuh, investor panik, dan butuh sinyal stabilitas pemerintah.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terguncang hebat pada perdagangan hari ini, Jumat, 29 Agustus 2025. Indeks terpantau anjlok 1,73% ke level 7.815,34, sebuah pelemahan yang didorong murni oleh sentimen negatif dari dalam negeri.
Menurut Founder Stocknow, Hendra Wardana, 'longsor'-nya IHSG hari ini adalah cerminan dari rapuhnya psikologis pasar. Kekhawatiran investor kini mulai memuncak, bukan karena faktor global, melainkan karena gejolak politik dan keamanan di dalam negeri.
Lantas, apa saja yang menjadi pemicu IHSG begitu tertekan, kontras data ekonomi makro yang cukup kuat dan sehari sebelumnya indeks composit sukses mencatatkan all time high baru. Selain itu, apa yang sebenarnya dibutuhkan pasar saat ini? Mari kita bedah tuntas analisisnya.
1. Akar Masalah: Pasar Benci Ketidakpastian
Penyebab utama tekanan ini, menurut Hendra, adalah aksi massa yang merebak di Jakarta dan sejumlah daerah. Dalam analisisnya, ia menekankan bahwa pasar modal sangat sensitif terhadap isu stabilitas politik dan keamanan.
“Begitu muncul potensi risiko keamanan, investor asing maupun domestik cenderung menahan diri, bahkan melepas portofolio untuk mengamankan posisi likuid,” ungkap Hendra dalam keterangannya pada, Jumat, 29 Agustus 2025.
Kondisi inilah yang menjelaskan mengapa aksi jual terjadi begitu masif. Investor, terutama asing, tidak menyukai ketidakpastian. Mereka lebih memilih untuk keluar dari pasar terlebih dahulu daripada menanggung risiko yang tidak terukur.
2. Blunder Komunikasi yang Memperparah Keadaan
Gejolak sosial ini, menurut Hendra, diperparah oleh respons pemerintah yang dinilai kurang tepat. Alih-alih menjalin komunikasi yang terbuka dan menenangkan, langkah yang muncul justru berupa imbauan work from home (WFH) bagi anggota DPR.
Langkah ini justru menimbulkan persepsi negatif di pasar. “Kebijakan ini menimbulkan persepsi bahwa pemerintah dan wakil rakyat lebih memilih menjauh ketimbang mendengar aspirasi langsung. Padahal, pasar butuh sinyal stabilitas dan kepastian,” papar Hendra.
Ia menambahkan bahwa dalam ekonomi, persepsi seringkali lebih kuat pengaruhnya dibanding fakta. Persepsi inilah yang kemudian menjadi sorotan media internasional, memicu aksi jual lebih lanjut dari investor global yang memantau Indonesia.
3. Sinyal dari Sisi Teknikal: Pertarungan di Level 7.800
Secara teknikal, Hendra memprediksi IHSG hari ini akan bergerak mendekati area support penting di kisaran gap 7.800–7.840. Area ini diperkirakan akan menjadi benteng pertahanan pertama bagi IHSG untuk menahan tekanan jual yang sedang terjadi.
Jika level ini berhasil bertahan, ada peluang bagi IHSG untuk kembali bergerak konsolidasi. Namun, risikonya juga sama besar. “Namun bila jebol, risiko koreksi lebih dalam bisa terbuka,” tegas Hendra.
Karena adanya risiko ini, ia melihat banyak pelaku pasar saat ini lebih memilih untuk mengambil strategi defensif. Mereka cenderung menunggu hingga ada kepastian arah kebijakan dan respons yang lebih jelas dari pemerintah.
4. Apa yang Dibutuhkan Pasar Saat Ini?
Lalu, apa yang sebenarnya dibutuhkan pasar untuk kembali tenang? Menurut Hendra, jawabannya sederhana: komunikasi yang jelas dan menenangkan dari pemerintah. Pasar butuh diyakinkan bahwa situasi terkendali dan stabilitas akan tetap terjaga.
“Namun, jika psikologis pasar terus diganggu oleh ketidakpastian, maka pelemahan IHSG sulit dihindari meski faktor fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat,” ujarnya.
Pada akhirnya, ia menekankan bahwa pasar selalu bergerak berdasarkan sentimen. “Menjaga stabilitas sosial dan politik saat ini menjadi kunci untuk menahan pelemahan IHSG hari ini lebih dalam,” tutupnya.

Alvin Bagaskara
Editor
